55
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulan bahwa tingkah laku yang muncul baik dalam keluarga atau kelas karena adanya cues isyarat untuk
muncul. Selanjutnya, tingkah laku diberi ganjaran dalam berbagai cara, sehingga muncul kembali; atau diberi hukuman dalam berbagai bentuk,
sehingga menurun atau tidak muncul lagi. Ini berarti, bila kita menjumpai siswa yang bertingkah laku yang dikehendaki, berarti kita telah menciptakan
lingkungan untuk membentuk tingkah laku siswa tersebut. Demikian pula, jika kita menjumpai siswa yang mengalami masalah tingkah laku buruk
dalam belajar, berarti kita telah pula menciptakan lingkungan baginya. Dengan kata lain, terjadinya suatu tingkah laku dapat dijelaskan dengan
menganalisis hubungan fungsional antara:
Antesedents Behavior
Consequents A-B-C.
c. Tingkahlaku Dapat Diubah Dengan Mengubah Lingkungan
Tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah lingkungan. Asumsi ini berarti bahwa lingkungan dapat diatur kembali untuk mengajarkan cara
bertingkah laku baru yang lebih adaptif atau sebagaimana yang kita harapkan dilakukan oleh siswa. MP didesain secara khusus agar para orang tua dan
guru memiliki metode yang sistematis dalam mengubah lingkungan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Kaudara dapat mengubah lingkungan yang
mendukung terjadinya tingkah laku yang dikehendaki dengan menstruktur kembali anteseden dan konsekuennya.
Dalam menstruktur anteseden, kita dapat menciptalan cues atau model, serta memanfaatkan pengalaman belajar anak sebelumnya. Cues berbeda
dengan stimulus. Cues merupakan kejadian atau isyarat lingkungan yang mengarahkan
siswa untuk bertingkah laku tertentu, sedangkan stimulus berupa rangsangan yang dapat menimbulakan terjadinya tingkah laku yang
bervariasi. Misalnya, bel tanda masuk kelas berdering merupakan contoh cue yang mengarahkan siswa untuk segera masuk kelas bukan tingkah laku yang
lainnya. Lain halnya dengan contoh: bunyi lonceng berdering setiap jam, reaksi setiap orang akan berbeda-beda yang demikian itu adalah stimulus.
Cues dapat berupa isyarat verbal karena sifatnya yang bisa didengar dan
ada pula cues visual karena isyarat itu dapat dilihat. Contoh cues verbal misalnya nasihat dan tata tertip sekolah yang dibacakan guru, bunyi bel
masuk kelas, dan sebagainya. Contoh cues visual seperti: tata tertip kelas yang ditempel di ruang kelas; guru meletakan ibu jarinya di bibir, kartu
kuning atau merah sebagai peringatan dan hukuman, tanda lalu lintas yang ada di pinggir jalan, dan yang sejenisnya.
Anteseden yang lainnya adalah model atau contoh. Model tingkah laku
orang sering ditiru oleh anak. Cobalah setiap mengajar, guru meletakkan pensil di telinga untuk beberapa hari. Selanjutnya, amatilah apa yang
dilakukan anak-anak setelah itu. Hitunglah berapa anak yang meniru tingkah laku guru tersebut.
Anteseden yang lainnya lagi dan barangkali paling penting adalah
pengalaman belajar anak sebelumnya. Anak yang sering berperilaku buruk selama belajar akan tetap dilakukan pada waktu-waktu berikutnya. Anak
56
yang setiap ulangan matematika mendapat nilai di bawah rata-rata kelas cenderung akan memperoleh nilai yang tidak jauh dari sebelumnya.
Demikian pula anak-anak yang sering ngobrol di kelas akan mempertahankan perilakunya diwaktu-waktu mendatang. Oleh sebab itu pengalaman belajar
anak merupakan anteseden bagi tingkah lakunya mendatang. Diagram berikut ini menggambarkan prinsip utama MP.
A B
C ANTESEDEN
TINGKAH LAKU KONSEKUEN
1. Cues verbal 2. Cues visual
3. Model 4. Prior learning atau readiness
Tingkah laku Ganjaran atau
hukuman
5. Model Analisis Tingkah Laku atau Behavioristik