33
Yaitu kesulitan atau kesalahan dalam memproduksi simbol-simbol bunyi bahasa yang selanjutnya dirangkaikan menjadi kata dan kalimat, disebabkan
adanya kerusakan pada sistem akustik atau kesalahan bentuk organ artikulasi yang sebagian besar bersifat bawaan. Misalnya : celah bibir, celah langit-langit,
rahang atas dan rahang bawah tidak harmonis.
d. Gangguan Wicara Pada Disartria Merupakan kesulitan dalam memproduksi symbol-simbol bunyi bahasa,
disebabkan adanya perusakan sistem neuromuskular. Perusakan saraf dapat bersifat sentral kerusakan diotak dan diluar otak. Yaitu adanya kelumpuhan
saraf dan ototnya. Gangguan ini juga dipersulit adanya gagguan sistem pernafasan. Ada dua macam disartria yaitu : a. disartria perkembangan,
misalnya : akibat CP. dan b. disartria yang didapat, misalnya : cidera otak akibat kecalakaan. Cirinya tempo wicara lambat, terputus-putus, tidak
kurang berirama.
e. Gangguan Wicara Pada Dislalia Kesulitan atau kesalahan dalam memproduksi simbol-simbol bunyi
bahasa yang disebabkan oleh kesalahan dalam belajar, kesalahan meniru dan kebiasaan yang salah dan menetap.
2. Batasan
Bina komunikasi khususnya bina bicara merupakan suatu upaya untuk tindakan, baik untuk perbaikan, upaya koreksi maupun upaya pelurusan dalam
pengucapan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata agar dapat dimengerti oleh orang yang mengajardiajak bicara.
Jadi bina bicara merupakan pemeriksaan dan pengobatan secara khusus terhadap penyandang gangguan bahasa dan gangguan suara. Tindakan itu
dimulai sejak pengumpulan data, pemeriksaan sampai dengan terapinya.
3. Tujuan
Tujuan bina wicara untuk tunarungu adalah untuk a meletakkan dasar ucapan yang benar, b mampu membentuk bunyi bahasa vokal dan konsonal
dengan benar, c menanamkan pemahaman bahwa bunyisuara yang diproduksi melalui alat biaara harus mempunyai makna, d mampu mengoreksi ucapannya
yang salah, e mampu membedakan ucapan yang satu dengan yang lain, serta f dapat memfungsikan alat-alat bicara yang kaku sehingga anak dapat berbicara
secara wajar baik.
4. Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama
Mengajar dan membina bicara yang tepat serta mengevaluasinya dengan baik merupakan suatu proses dengan urutan dari 4 tingkatan keterampilan yang
berkelanjutan Daniel Ling, dalam Edja Sadjaah, 2005, yaitu integrasi dari tingkatan pengembangan kemampuan phonologic dan phonetic anak dan
pemberian penguatan untuk produksi suara dengan pola-pola bahasa yang tepat atau benar. Keempat sasaran tingkah laku yang dimaksud adalah bagaimana
memproduksi konsonan depan dan bagaimana cara membedakan produksi
34
suaranya sebaik mungkin serta bagaimana guru melatih pengucapan vowels yang baik.
Tingkatan mengajar phonologic dan phonetic adalah:
a. Menyuarakan bunyi yang disukai, artinya bunyi yang ia miliki dan mampu menyuarakannya.
b. Mulai dengan dasar-dasar pola suprasegmental, yaitu komponen bagian bahasa, bunyi bahasa yang terjadi karena getaran pita suara. Kemudian
membentuk suku kata oleh tekanan subglottal bagian celah suara, terjadinya penyesuaian larink dan oleh kerjanya pantulan sistim suara vocal tract dan
duration
, yaitu terjadinya keharmonisan antara suara, intonasi, tekanan, irama. c. Mengenalkan semua bunyi diftong bunyi rangkap, seperti bunyi au dalam
kata baur, harimau, kacau balau, dsb. Juga mengenalkan semua vokal dengan pengaturan bunyi voice control. Misal pengucapan au dalam kata harimau
akan dikenal apabila diucapkan pelan-pelan dan sebaliknya apabila diucapkan cepat maka posisi lidah akan bisa berubah sehingga pendengar merasakan
adanya penyimpangan suara. Dalam pengucapan bunyi rangkap tadi, tekanan posisi lidah harus sesuai dengan sasaran.
d. Pengembangan sesegera mungkin kegiatan latihan vokal. Bunyi vokal diucapkan apabila kesesuaian bunyi sudah di seleksi atau disaring oleh sistem
suara yang digetarkan oleh pita suara, seperti tampak pada vokal u, a dan i. Selaras dihasilkan oleh larink dan dihasilkan oleh pengiring bunyi sebagai hasil
saringan dalam sistim suara. Pengiring dimaksudkan sebagai kekuatan yang dihasilkan vokal lainnya. Hal ini harus dilatihkan sebagai lanjutan dari latihan
sebelumnya.
Bahwa kemampuan berbahasa dapat diperoleh melalui aspek-aspek keterampilan sebagai berikut Edja Sadjaah, 2005: 1 keterampilan menyimak
mendengarkan listening skill,
keterampilan berbicara speaking skill, keterampilan membaca reading skill, dan keterampilan menulis. Oleh karena itu
membina kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat dilakukan dengan mengkombinasikan ke empat keterampilan tersebut.
5. Metode Bina Bicara