23
4. Prosedur Asesmen
Melalui pendekatan formal atau informal, asesmen dapat dilakukan secara klasikal untuk menjaring siswa-siswa mana saja yang mengalami
hambatan baik perkembangan, akademik ataupun perilaku. Bagi siswa yang terjaring secara klasikal, kemudian dilanjutkan dengan asesmen individual.
Melalui asesmen individual siswa dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga kategori : mandiri independent, bmbingan, atau frustrasi. Secara umum
asesmen dapat dilakukan guru dengan menggunakan format yang fleksibel. Berikut merupakan contoh format yang dapat digunakan untuk menilai
perilaku siswa.
Tabel 3
: Contoh Format Asesmen Skala Penilaian Perilaku Anak
Aspek Perilaku yang akan diukur SK
K C
B SB
PEMAHAMAN AUDITORIS : 1. kemampuan mengikuti perintah
2. pemahaman mengikuti diskusi dalam kelas 3. dst.
BAHASA UJARAN: 1. kemampuan mengekspresikan pikiran
2. kemampuan memahami perbendaharaan kata 3. kemampuan menghafal kata
ORIENTASI : 1. ketepatan waktu
2. orientasi ruang 3. pemahaman tentang arah, dst
PERILAKU : 1. kemampuan bekerjasama
2. kemampuan memusatkan perhatian 3. dst.
dikutip dengan modifikasi dari Abdurahman, 2001.
C. DISKUSI DISKUSIKAN PERTANYAAN-PERTANYAAN BERIKUT:
1. Apa perbedaan dan persamaan antara identifikasi dan asesmen? 2. Mengapa perlu dilakukan identfikasi dan asesmen bagi anak
berkebutuhan khusus dalam seting pendidikan ? 3. Siapa yang harus melakukan identifikasi dan asesmen?
4. Aspek-aspek apa saja yang digali dalam melakukan identifikasi dan asesmen?
5. Rumuskan format asesmen yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran individual untuk anak berkebutuhan khusus.
24
BAB III PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ABK
A. KECENDERUNGAN PENDIDIKAN ABK DI DUNIA
Perhatian dunia
terhadap anak-anak
penyandang cacat
anak berkebutuhan khusus
istilah sekarang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sejak tahun 1970-an, di Eropa perubahan radikal telah terjadi di bidang
pendidikan luar biasa. Layanan pendidikan luar biasa pendidikan khusus istilah sekarang diperluas mencakup tidak hanya di sekolah khusus tetapi juga di
semua sekolah umum, anak usia pra-sekolah, remaja, sekolah menengah dan orang dewasa yang berkebutuhan pendidikan khusus Befring dan Tangen, 2001.
Meskipun pendidikan luar biasa telah cukup lama digunakan dalam melayani anak berkelainan, namun baru pada abad 20 dipelajari sebagai sebuah disiplin
ilmu yang mandiri.
B. PENDIDIKAN KHUSUS SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Pendidikan khusus sebagai disiplin ilmu merupakan bidang yang kompleks karena bersifat multidisipliner, dan oleh karena itu diperlukan
kolaborasi dengan disiplin ilmu lain. Disiplin ilmu yang terkait dengan pendidikan khusus PK meliputi pedagogik, psikologi, kedokteran dan sosiologi
yang membentuk area of congruence dengan fokus kajiannya sangat khas yaitu hambatan belajar barier to learning, hambatan perkembangan barrier to
development
, dan kebutuhan khusus pendidikan special needs education, baik yang sifatnya temporer maupun permanen, dan bukan fokus kepada kecacatan.
Istilah pendidikan khusus dalam dunia internasional dikenal dengan berbagai sebutan, seperti Special Education, Special Needs Education, Supportive
Education, dan Individually Adjusted Education Johnsen dan Skjorten, 2003.
Pendidikan khusus PLB dalam konteks ini sering hanya ditargetkan pada anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, danatau jenis ketunaan
yang lain. Penyediaan pendidikan semacam ini tidak selalu memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Di banyak negara, anak yang mempunyai kesulitan khusus
dalam berbahasa, membaca, menulis danatau matematika, serta yang mengalami gangguan emosi, perilaku maupun Attention Deficit Hyperactivities Disorder
ADHD tidak terlayani secara baik. Program yang diberikan biasanya dalam bentuk-bentuk pengajaran remedial Johnsen dan Skjorten, 2003.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, pendidikan khusus secara aksiologis memiliki nilai-nilai dan norma kebenaran yang ditegakkan dalam etika profesi dengan
empat fungsi utama yaitu : a.
Fungsi prevensi , untuk mencegah agar hambatan belajar, hambatan
pekembangan termasuk disabilities yang disandang oleh seorang individu tidak berdampak lebih luas pada aspek perkembangan sosial dan emosi
coping dengan konsdisi yang ada
b. Fungsi intervensi
, menangani hambatan yang dimiliki agar potensi yang dimiliki dapat berkembang optimal