Singkatan lainnya Peranan sekolah Katolik dalam mengembangkan kepedulian sosial remaja usia SMA

4 Tanpa pendidikan karakter, kita membiarkan campur aduknya kejernihan pemahaman akan nilai-nilai moral dan sifat ambigu yang menyertainya, yang pada gilirannya menghambat para siswa untik dapat mengambil keputusanyang memiliki landasan moral yang kuat. Pendidikan karakter akan memperluas wawasan para pelajar tentang nilai-nilai moral dan etis yang membuat mereka semakin mampu mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks ini, pendidikan karakter yang diterapkan dalam lembaga pendidikan kita bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Kita ingin menciptakan sebuah lingkungan hidup yang menghargai hidup manusia, menghargai keutuhan dan keunikan ciptaan, serta menghasilkan sosok pribadi yang memiliki kemampuan intelektual dan moral yang seimbang sehingga masyarakat akan menjadi semakin manusiawi. Pendidikan karakter bukan sekadar memiliki dimensi integratif, dalam arti, mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat kita. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan kita. Mulyadi Waseso 1986: 133 mengutip pernyataan Brooks dan Goble yang menyatakan bahwa “Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalam pendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah daya tawar berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan 5 keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka, membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif. ” Tugas-tugas guru menjadi lebih ringan dan lebih memberikan kepuasan ketika para siswa memiliki disiplin yang lebih besar di dalam kelas. Orang tua bergembira ketika anak-anak mereka belajar untuk menjadi lebih sopan, memiliki rasa hormat dan produktif. Para pengelola sekolah akan menyaksikan berbagai macam perbaikan dalam hal disiplin, kehadiran, beasiswa, pengenalan nilai-nilai moral bagi siswa maupun guru, demikian juga berkurangnya tindakan vandalisme di dalam sekolah. Memasuki abad ke-21 banyak pendidik ingin menekankan kembali hadirnya pendidikan budi pekerti, untuk memprmosikan nilai-nilai positif bagi anak-anak muda dalam kaitannya dengan merebaknya perilaku kekerasan dalam masyarakat. Mulyadi Wasesa 1986: 113 mengindikasikan bahwa, “...kejahatan dan bentuk- bentuk lain perilaku tidak bertanggungjawab telah meningkat dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan dan telah merember menembus berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari dan telah menjadi proses reproduksi sosial. ” Masyarakat kita sedang berada dalam ancaman tindak kekerasan, vandalisme, kejahatan di jalan, adanya geng-geng jalanan, anak-anak yang kabur dari sekolahbolos truancy , kehamilan di kalangan anak-anak muda, bisnis hitam business fraud , korupsi para politisi, kehancuran dalam kehidupan rumah tangga, hilangnya rasa hormat pada orang lain, dan memupusnya etika profesi.”