Panggilan Gereja dalam Dunia Pendidikan

Berkat kelahiran kembali dari air dan Roh Kudus umat kristen telah menjadi ciptaan baru, serta disebut dan memang menjadi putera-puteri Allah. Maka semua orang kristen berhak menerima pendidikan kristen. Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibabtis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran lih. Yoh 4:23, terutama dalam perayaan Liturgi; supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati Ef 4:22-24; supaya dengan demikian mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus lih. Ef 4:13, dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh Mistik GE art. 2. Seperti yang tertulis di atas, orang Kristen yang telah dibaptis berhak menerima pendidikan kristen supaya semakin memiliki kedewasaan iman kristiani. Dengan ini pula proses pendidikan mencakup penyadaran atas kurnia yang dimiliki sampai kepada peran serta untuk mengusahakan karya-karya nyata dalam Tubuh Mistik, yakni meneruskan karya Kristus di dunia.

B. Pendidikan di Sekolah Sebagai Usaha Pengembangan Manusia yang Utuh

1. Visi dan Misi Sekolah dalam Pendidikan Karakter Visi yang baik akan membentuk kultur sekolah yang pada gilirannya akan menunjang prestasi dan mutu sekolah. Visi dapat diartikan sebagai latar belakang filosofis kinerja pendidikan yang dipercaya oleh lembaga pendidikan Doni Koesuma, 2007: 157-159. Visi ini merupakan cita-cita yang akan diraih. Rumusan visi ini, agar operasional dan terukur, dijelmakan melalui rumusan misi sekolah. Misi sekolah merupakan sebuah rumusan akan tujuan goal yang ingin direalisasikan secara nyata. Tujuan yang ingin direalisasikan ini dapat ditera dan diukur melalui indikator tertentu. Oleh karena itu, berhasil tidaknya misi sekolah dapat dievaluasikan secara transparan dan obyektif melalui parameter tertentu. Visi ini sesungguhnya merupakan roh dan jiwa yang menjadi dasar bagi kinerja sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu, tujuan dan maksud didirikannya lembaga pendidikan, yang tampil dalam hal pernyataan tentang visi dan misi menjadi sentral dalam kerangka pengembangan pendidikan karakter sekolah. Tanpa visi dan misi ini, perubahan pada tingkat di bawahnya tidak akan mengubah banyak hal. Sebab, visi dan misi itu akan menentukan bagaimana lapisan-lapisan yang lebih luar itu bergerak, berkembang, berproses dalam setiap kegiatan pendidikan. Ada sekolah yang tidak memiliki visi dan misi, namun tetap saja mereka memberikan hasil-hasil tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan itu. Namun, hasil-hasil itu akan semakin terarah dan dapat diperkirakan jika sekolah memiliki visi dan misi yang jelas. Tanpa visi dan misi, sekolah akan tetap memberikan hasil, namun sebuah hasil yang tidak dapat diprediksi, tak terarah dan karena itu menjadi sebuah kinerja yang tidak efektif. Visi sebuah lembaga pendidikan akan menentukan sejauh mana program pendidikan karakter itu berhasil diterapkan di dalan lingkungan sekolah. Melalui visi ini, sekolah memberikan sebuah lingkungan nyata dimana idealisme dan cita-cita secara konkret menjadi pedoman perilaku, sumber motivasi, sehingga setiap individu di dalam lembaga itu semakin bertumbuh secara utuh dan penuh. Pendidikan karakter yang memiliki basis dasar pendekatan nilai-nilai, dengan adanya visi lembaga pendidikan, akan menjadi contoh nyata sebuah sikap hidup berdasarkan nilai-nilai ideal. Siswa mendapatkan bukti bahwa hidup yang berdasarkan idealisme itu memang layak diperjuangkan. Hal ini tampil dalam visi ideal lembaga pendidikan tadi. 2. Visi dan Misi Sekolah Katolik Diantara segala upaya pendidikan sekolah katolik mempunyai makna yang istimewa. Sementara terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akal budi, berdasarkan misinya sekolah menumbuhkan kemampuan memberi penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh generasi- generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata nilai, menyiapkan siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memupuk rukun persahabatan antara para siswa yang beraneka watak-perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling memahami. Hal ini terangkum dalam GE sebagai berikut: Kecuali itu sekolah merupakan bagaikan suatu pusat kegiatan kemajuan, yang serentak harus melibatkan keluarga-keluarga, para guru, bermacam-macam perserikatan yang memajukan hidup berbudaya, kemasyarakatan dan keagamaan, masyarakat sipil dan segenap keluarga manusia. Maka sungguh indah tetapi berat jugalah panggilan mereka semua, yang untuk membantu para orang tua menunaikan kewajiban mereka sebagai wakil-wakil masyarakat, sanggup menjalankan tugas kependidikan disekolah-sekolah. Panggilan itu memerlukan bakat-bakat khas budi maupun hati, persiapan yang amat saksama, kesediaan tiada hentinya untuk membaharui dan menyesuaikan diri GE art 5. Visi adalah gambaran tentang apa yang ingin dicapai dengan pendirian sekolah. Bagi sekolah seperti Santa Ursula BSD, secara universal visi tersebut akan berhubungan dengan tujuan untuk menyebarkan nilai-nilai kehidupan yang positif yang dianggap penting dan bernilai bagi kehidupan. Untuk mencapai visi tersebut sekolah juga membutuhkan suatu misi mission sebagai landasan tentang apa yang akan atau harus dilakukan oleh sekolah tersebut. Penulis akan lebih menyoroti dan fokus pada bagaimana visi dan misi Santa Ursula BSD tersebut menjiwai setiap aktivitas yang diselenggarakan oleh sekolah Santa Ursula BSD Majalah Basis, 2007: 34. Kehadiran Gereja di dunia persekolahan secara khas nampak melalui sekolah katolik. Tidak kurang dari sekolah-sekolah lainnya, sekolah katolik pun mengejar tujuan-tujuan budaya dan menyelenggarakan pendidikan manusiawi kaum muda. Tetapi ciri khasnya ialah menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah, yang dijiwai oleh semangat Injil kebebasan dan cinta kasih, dan membantu kaum muda, supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru, sebab itulah mereka, karena menerima Baptis. Termasuk ciri sekolah katolik pula, mengarahkan seluruh kebudayaan manusia akhirnya kepada pewartaan keselamatan, sehingga pengetahuan yang secara berangsur-angsur diperoleh para siswa tentang dunia, kehidupan dan manusia disinari oleh terang iman. Demikianlah sekolah katolik, sementara sebagaimana harusnya membuka diri bagi kemajuan dunia modern, mendidik para siswanya untuk dengan tepat-guna mengembangkan kesejahteraan masyarakat di dunia, serta menyiapkan mereka untuk pengabdian demi meluasnya Kerajaan Allah, sehingga dengan memberi teladan hidup merasul mereka menjadi bagaikan ragi keselamatan bagi masyarakat luas. Seperti dinyatakan Gereja Katolik dalam Gravissimum Educationis bahwa : Karena sekolah katolik dapat memberi sumbangan begitu besar kepada umat Allah untuk menunaikan misinya dan menunjang dialog antara Gereja dan masyarakat yang menguntungkan kedua pihak, maka juga bagi situasi kita sekarang ini tetap penting sekali. Oleh karena itu Konsili ini sekali lagi mengulangi pernyataan, bahwa – seperti berkali-kali telah ditetapkan dalam dokumen-dokumen Magisterium – Gereja berhak secara bebas mendirikan dan mengurus segala macam sekolah pada semua tingkat. Sementara itu Konsili mengingatkan juga, bahwa pelaksanaan hak itu merupakan dukungan kuat sekali untuk melindungi kebebasan suarahati serta hak-hak para orangtua, lagi pula banyak menunjang kemajuan kebudayaan sendiri. Hendaknya para guru menyadri, bahwa terutama peranan merekalah yang menentukan bagi sekolah katolik, untuk dapat melaksanakan rencana-rencana dan usaha- usahanya. Maka dari itu hendaklah mereka sungguh-sungguh disiapkan, supaya membawa bekal ilmu-pengetahuan profane maupun keagamaan yang dikukuhkan oleh ijazah-ijazah semestinya, dan mempunyai kemahiran mendidik sesuai dengan penemuan-penemuan zaman modern GE art.8. Hal ini ditegaskan dalam Dimensi Religius Sekolah Katolik art. 1, bahwa salah satu aspeknya dimensi religius adalah “penerangan ilmu pengetahuan oleh cahaya iman.” Ilmu pengetahuan perlu mendapatkan penerangan iman agar ilmu pengetahuan tidak hanya dimengerti secara intelektual, tapi mampu diterjemahkan dalam kehidupan nyata, atau dalam arti ini, ilmu pengetahuan yang diterangi iman sungguh bermanfaat untuk membawa perubahan bagi masyarakat. Hal ini selaras dengan pendapat Banawiratma 1991:18, bahwa “pendidikan yang mendapat inspirasi dari iman Kristiani, berhubungan dengan perubahan sosial tersebut, mencita- citakan munculnya pelaku- pelakunya.” Sekolah Katolik Kristiani selain mengembangkan bidang intelektual dan bakat, pendidikan Kristiani berupaya untuk