Gambaran Umum Kehidupan Sosial Remaja Usia SMA dan Masalah Yang

berupa “konflik” yang ada beberapa macam, yaitu masalah yang dihadapi di dalam keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat. Masalah-masalah tersebut dapat dijabarkan seperti berikut ini : a. Masalah-masalah yang dihadapi remaja dalam keluarga Meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah masing-masing anggota keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang yang lebih tua di dalam keluarga tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar . Remaja melakukan hal negatif adalah karena jarangnya meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak mendapat teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain. b. Masalah-masalah yang dihadapi remaja dalam sekolah Seperti yang telah dijabarkan di atas, sekolah merupakan pendidikan nomor dua setelah keluarga. Dengan sekolah, diharapkan para remaja dapat menimba ilmu dan nilai-nilai serta belajar berelasi dengan sesama. Namun, dunia sekolah masa kini juga ternyata membuat remaja tidak lepas dari berbagai masalah seperti membolos sekolah, karena malas mendengarkan guru mengajar, mencontek pada saat tes atau ujian berlangsung. Selain itu, remaja juga mengalami masalah dalam perilakunya di sekolah, yaitu perilaku bermasalah problem behavior , perilaku menyimpang behaviour disorder , penyesuaian diri yang salah behaviour maladjustment , dan perilaku tidak dapat membedakan benar-salah conduct disorder . Masalah perilaku remaja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Perilaku Bermasalah problem behavior Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi, problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri. 2 Perilaku menyimpang behaviour disorder Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup nervous dan perilakunya tidak terkontrol uncontrol . Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder . Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya. 3 Penyesuaian diri yang salah behaviour maladjustment Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah SMPSMA. 4 Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah conduct disorder Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman punishment pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah reward saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain. c. Masalah-masalah yang dihadapi remaja dengan teman sebaya Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada remaja-remaja, diantaranya adalah: 1 Menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua, sehingga akan memperlemah ikatan emosional antara kedua pihak. 2 Permusuhan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan semakin meluas. Hal ini disebabkan karena remaja perempuan mencapai masa puber lebih cepat dibandingkan remaja laki-laki. Sehingga remaja perempuan akan tampil lebih dewasa dibanding remaja laki-laki. 3 Kecenderungan remaja yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap remaja yang berbeda sehingga sering terjadi prasangka dan diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial, agama dan sosial ekonomi. 4 Seringkali bersikap kejam terhadap remaja-remaja yang tidak dianggap sebagai anggota geng. Banyaknya rahasia yang ada diantara anggota geng dimaksudkan untuk menjauhkan remaja yang tidak disenangi. d. Masalah remaja dalam kehidupan sosial di masyarakat Masalah sosial dalam perilaku menyimpang dalam lingkungan masyarakat diantaranya adalah kenakalan remaja. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai peraturan sosial ataupun nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan dan merusak sistem sosial yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua macam diantaranya ada perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja. Perilaku menyimpang yang tidak disengaja karena pelaku kurang memahami peraturan yang berlaku. Sedangkan untuk perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan, tetapi memang sengaja dilakukannya. Hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melakukan pelanggaran pada situasi tertentu, tetapi pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Dalam kehidupannya para remaja berusaha untuk mencari jati diri dan ingin melepaskan diri dari pengaruh dan bayang-bayang orang tua atau bisa juga disebut proses mencari identitas ego. James S. Colemen dalam Sarlito W. Sarwono 1991: 38 mengemukakan teori tentang Youth Culture budaya anak muda. Menurut Colemen para remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolak ukur terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pedoman, arah, persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja. Akan tetapi mereka juga punya keinginan untuk mandiri, untuk berotonomi.

C. Pengembangan Kepedulian Sosial bagi Remaja Usia SMA

1. Pengertian Kepedulian Sosial Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Kepedulian sosial dimulai dari kemauan “memberi” bukan “menerima” Waseso, 1986: 84. Kepedulian sosial juga berarti minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah keluarga, teman-teman, dan lingkungan tempat bertumbuh besar. Karena merekalah kita mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga sesama. Dalam konteks pemikiran Paulo Freire 1972: 68, pendidikan memiliki peranan utama dalam membentuk kepribadian seseorang. Perkembangan kepribadian seseorang ditentukan oleh tingkat kesadaran kritis yang dimilikinya. Artinya, kesadaran yang bersikap kritis terhadap dirinya sendiri mau pun terhadap lingkungan sosial tempat seseorang berada. Kesadaran kritis ini dibedakan dari kesadaran naif yang hanya tunduk, pasif dan sekedar menyesuaikan diri dengan segala keadaan yang dihadapinya. Kesadaran kritis mampu membuat orang memahami dunianya dengan baik, dunia yang bersama dengannya manusia hidup. Maka pendidikan merupakan usaha untuk menciptakan kesadaran kritis dalam kepribadian seseorang. Melalui kesadaran kritisnya seseorang mampu memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. 2. Aspek-aspek Pengembangan Kepedulian Sosial a. Aspek Kesadaran Kesadaran diri mempengaruhi semua aspek kehidupan. Melalui kesadaran diri, seseorang akan mampu mengelola emosional diri sendiri untuk kebahagiaan, kesehatan, keluarga, pekerjaan, persahabatan, karir, uang, kesejahteraan, dan mengelola hubungan dengan setiap orang yang berada di luar inti kehidupan. Orang-orang yang sangat sadar diri terhadap realitas kehidupan selalu menjadi sangat cerdas untuk mengidentifikasi, mengenali, dan mengendalikan emosi mereka sendiri serta mengenali dan merespons dengan tepat terhadap emosi orang lain. Mereka sangat peduli untuk mengembangkan nilai-nilai pribadi atas dasar etika, moralitas, dan integritas. Mereka selalu membangun dan mengelola dirinya melalui standar kehidupan yang tidak berbenturan dengan realitas sosial di sekitar mereka. Mereka sangat mencintai kehidupan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, nilai-nilai pribadi personal core values mereka selalu mengacu kepada kebersatuan dalam keragaman dan perbedaan melalui perilaku toleransi dan kemanusiaan yang sangat tinggi. Menurut Komensky dalam Doni Koesuma 2007: 368, “anak didik semestinya diajarkan seluruh keutamaan tanpa mengecualikannya. Ini adalah prinsip dasar pendidikan karakter, sebab sekolah merupakan sebuah lembaga yang dapat menjaga kehidupan nilai-nilai sebuah masyarakat. ” Oleh karena itu, bukan sembarang cara bertindak, pola perilaku yang diajarkan di dalam sekolah, melainkan nilai-nilai yang semakin membawa proses membudaya dan manusialah yang boleh masuk di dalam penanaman nilai di sekolah. Ada beberapa kriteria nilai yang bisa menjadi bagian dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Nilai-nilai ini diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka, masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi kelembagaan pendidikan tempat setiap individu bekerja Doni Koesoema, 2007: 205. Nilai-nilai itu antara lain nilai keutamaan, nilai kerja dan nilai kemanusiaan. Secara lebih lengkap dapat dijelaskan seperti di bawah ini : 1 Nilai Keutamaan Manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam konteks Yunani kuno, misalnya, nilai keutamaan ini tampil dalam kekuatan fisik dan moral. Kekuatan fisik disini berarti ekselensi, kekuatan, keuletan dan kemurahan hati. Sementara, kekuatan moral berarti berani mengambil resiko atas pilihan hidup, konsisten dan setia. Sejarah pendidikan di negeri ini, sejak zaman kolonial, menempatkan nilai keutamaan, seperti kesatuan dalam hidup bersama sebagai sebuah bangsa sebagai nilai utama yang diperjuangkan. Para pahlawan bangsa dan pendiri bangsa ini lebih mengutamakan nilai-nilai yang berguna bagi kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompoknya sendiri. Bahkan, kalu perlu mengorbankan dirinya demi kemerdekaan bangsa. Itulah sebabnya, nilai-nilai seperti kepahlawanan, jiwa pengorbanan, mementingkan kesatuan bangsa daripada kepentingan kelompok, merupakan nilai keutamaan yang memiliki akar tradisi sejarah yang kuat dalam perjalanan bangsa kita. 2 Nilai Kerja Jika ingin berbuat adil, manusia harus bekerja. Penghargaan atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seorang individu. Menjadi manusia utama adalah menjadi manusia yang bekerja. Untuk itu butuh kesabaran, ketekunan dan jerih payah. Jika lembaga pendidikan kita tidak menanamkan nilai kerja ini, individu yang terlibat di dalamnya tidak akan dapat mengembangkan karakter dengan baik. Bangsa kita adalah sebuah bangsa yang bekerja keras. Dinamika masyarakat kita yang sebagian besar adalah petani membuktikan adanya etos kerja itu. 3 Nilai-nilai kemanusiaan Apa yang membuat manusia sungguh-sungguh manusiawi itu merupakan bagian dari keprihatinan setiap orang. Menghayati nilai-nilai kemanusiaan mengandaikan sikap keterbukaan terhadap kebudayaan lain, termasuk di sini kultur agama dan keyakinan yang berbeda. Yang menjadi nilai bukanlah kepentingan kelompokku sendiri, melainkan kepentingan yang menjadi kepentingan setiap orang, seperti keadilan, persamaan di depan hukum, kebbeasan, dll. Nilai-nilai kemanusiaan ini menjadi sangat relevan diterapkan dalam pendidikan karakter karena masyarakat kita telah menjadi masyarakat global. b. Aspek Kehendak Kehendak merupakan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menggerakkannya melakukan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini benar. Sagala 2013: 132-133 merumuskan kehendak sebagai kekuatan dari dalam diri untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan yang merupakan pilihan antara berbagai tujuan yang bertentangan. Dalam kepedulian sosial, kehendak juga berkerja sebagai penggerak yang berperan mengaktifkan keinginan-keinginan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hasil yang ingin diperoleh dari aspek kesadaran. Setiap manusia diciptakan dengan kehendak bebasnya masing-masing. Kehendak bebas berfungsi agar manusia dapat memilih apa akan dilakukan untuk kehidupannya. Kehendak ini tidak pernah dapat lepas dari pikiran atau otak manusia untuk mencapai suatu tujuan. Otak yang mengatur seluruh tubuh itu juga