menumbuhkan dalam diri siswa rasa belarasa. Guru dalam hal ini memotivasi siswai dan mengatur jadwal kunjungan. Siswa yang mendapatkan giliran melaksanakan
kunjungan biasanya akan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa saat kunjungan misalnya buku cerita. Hal-hal yang dilakukan siswa dalam kunjungan ini
adalah menghibur mereka dengan membacakan sebuah cerita, mendoakan atau sekedar membawakan oleh-oleh. Keterlibatan guru dan karyawan dalam hal ini
sangat mendukung siswa, misalnya siswa selalu diantar oleh karyawan sekolahs sehingga selalu merasa aman di jalan menuju rumah orang yang akan dikunjungi.
Hal-hal lain yang dilakukan oleh siswa dalam mengunjungi orang sakit adalah mengumpulkan dana apabila orang yang sakit tersebut dalam keadaan kekurangan
dana untuk berobat, biasanya mereka menyampaikan inisiatif ini kepada guru sehingga guru turut mendukung usaha siswa dalam menolong sesamanya yang sakit.
2 Kunjungan ke lembaga sosial
Program sekolah kunjungan ke lembaga sosial bertujuan mengajak para siswa untuk memiliki kepedulian bagi sesama yang tinggal di Panti Sosial. Para siswa
dalam melaksanakan aksi sosialnya diajak untuk mengadakan kunjungan ke lembaga sosial. Kunjungan biasanya dilakukan saat menjelang natal atau menjelang Paskah
dalam rangka mewujudkan perhatian siswa bagi penghuni panti yang memerlukan penghiburan. Hal-hal yang dilakukan siswa adalah mereka membawa bingkisan untuk
penghuni panti dan mengadakan kegiatan untuk menghibur mereka.
3 Pendampingan belajar dan tambahan gizi bagi anak-anak keluarga pemulung
Para guru mendapat kewajiban untuk secara bergilir mendampingi belajar bagi anak-anak dari keluarga-keluarga pemulung. Usaha ini dilakukan dalam rangka
membantu anak-anak untuk mendapat bimbingan belajar yang baik. Pendampingan ini melibatkan guru dan karyawan. Tujuannya adalah melibatkan para siswa agar
mereka mengetahui keadaan teman-teman mereka yang berkekurangan, agar mereka bisa bergaul dengan teman sebaya yang miskin dan menumbuhkan dalam diri mereka
rasa solidaritas yaitu untuk ikut merasakan keadaan mereka yang serba kekurangan.
4 Aksi Amal
Kolekte adalah kegiatan pengumpulan dana oleh seluruh warga sekolah. Melalui kolekte dimaksudkan agar para siswa-siswi sungguh belajar untuk memiliki
kepedulian kepada sesamanya yang menderita. Kolekte dilaksanakan dalam berbagai kesempatan seperti Aksi Natal atau Aksi Paskah. Para siswa juga menghimpun
kolekte, bila ada bencana alam, bila ada kematian dari saudara siswa atau keluarga karyawan dan guru. Kebiasaan mengumpulkan dana juga dilakukan oleh siswa
berdasarkan kebutuhan mereka di kelas, misalnya ketika ada teman yang sakit, mereka berinisiatif untuk mengumpulkan dana dengan sepengetahuan guru.
5 Aksi Bakti Sosial
Pramuka peduli adalah salah satu kegiatan sosial yang digelar untuk menghimpun dana sosial bila ada bencana alam yang terjadi, misalnya gempa atau
bencana banjir, dengan mengadakan bazaar. Bazaar dilakukan dengan cara bahwa setiap siswa wajib menyumbangkan bahan makanan untuk disumbangkan dan
kemudian dijual dalam bazaar. Hasil penjualan Bazaar seluruhnya dipakai untuk menyumbang masyarakat korban bencana alam.
BAB IV
LIVE IN
SEBAGAI USAHA PENGEMBANGAN KEPEDULIAN SOSIAL REMAJA USIA SMA
A. Pengertian
Live in
dan Aspek-aspek Kepedulian Sosial yang Dikembangkan 1.
Pengertian
Live in
Secara etimologis
live in
berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yakni
live
dan
in
. Menurut
New World Dictionaries
2005: 108,
live
berarti
to practice or carry out
in one’s life. Sedangkan
in
diartikan sebagai
from a point outside to one inside New
World Dictionaries
2005: 918. Terjemahan bebas dalam Bahasa Indonesia untuk
live
adalah hidup sedangkan padanan kata untuk
in
adalah di dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Edisi V,
hidup
berarti mengalami kehidupan dalam keadaan atau dengan cara tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
live in
berarti mengalami kehidupan dalam keadaan atau dengan suatu cara hidup tertentu yang
merupakan kenyataan hidup yang lain dari yang biasa dialami.
2. Aspek-aspek Kepedulian Sosial yang dikembangkan dalam
Live in
Live in
mengembangkan tiga aspek kepedulian sosial dalam diri remaja usia SMA. Aspek-aspek kepedulian sosial tersebut adalah :
a. Aspek Kesadaran
Menurut Mulyadi Waseso 1986: 15, kesadaran hidup seorang individu sangat dipengaruhi oleh fakta-fakta sosial dan hubungan-hubungan sosial sesuai dengan
interaksi individu tersebut dengan lingkungannya.
Live in
memfasilitasi peserta dengan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai kehidupan. Mereka diajak melihat
dan mengalami sendiri tentang kehidupan orang lain dengan aktifitas yang berbeda. Mereka juga bisa diajak merasakan keadaan hidup yang lain itu bersama dengan
keluarga dan anak-anak mereka. Dengan cara demikian peserta difasilitasi dengan pengalaman untuk
mempelajari dan memperoleh pengalaman, bukan sekedar mendapat informasi. Dari sinilah kesadaran akan realitas sosial dapat terbentuk. Nilai
–nilai seperti nilai keutamaan, nilai kerja dan nilai kemanusiaan akan terinternalisasi dengan baik pada
diri remaja usia SMA yang mengalami
live in
. Melalui pertemuan dengan warga dan pengamatan terhadap kehidupan riil di
lokasi live-in, remaja dapat melihat dan merasakan secara langsung kondisi dan permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Remaja juga dapat belajar untuk
menangkap kebutuhan yang ada, secara khusus pada warga di lokasi
live in.
b. Aspek Kehendak
Kehendak merupakan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menggerakkannya melakukan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini benar.
Sagala 2013: 132-133 merumuskan kehendak sebagai kekuatan dari dalam diri untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan yang merupakan pilihan antara
berbagai tujuan yang bertentangan. Dalam kepedulian sosial, kehendak juga berkerja
sebagai penggerak yang berperan mengaktifkan keinginan-keinginan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hasil yang ingin diperoleh dari aspek kesadaran.
Kehendak yang dikolaborasi dengan kemampuan otak dan bekerjasama dengan perasaan suara hati akan membantu manusia untuk menentukan jalan mana yang
akan diambil, pilihan hidup seperti apa yang akan ditempuh. Begitu juga dengan kepedulian sosial. Dengan kehendak yang menuntun otak dan berkolaborasi dengan
hati untuk kearah peduli terhadap kehidupan sosial, maka seseorang itu dapat menjadi seorang yang berkepedulian sosial tinggi.
c. Aspek Keterlibatan
Live in
mencakup pengolahan daya pikir dan bela rasa. Pengalaman kognitif saja kurang dapat menimbulkan rasa belas kasih secara optimal. Lain halnya dengan
pengalaman langsung karena di dalamnya orang mengalami keterlibatan secara keseluruhan, yaitu pikiran dan perasaan.
Keterlibatan sebagai wujud kepedulian untuk ikut ambil bagian terhadap situasi tertentu akan tampak dalam interaksi remaja usia SMA dengan masyarakat.
Misalnya, bilamana ada gotong royong, mereka akan melihat bagaimana sebuah masalah diselesaikan secara bersama. Dengan ini mereka akan ikut terlibat aktif
sehingga daya-daya yang ada dalam dirinya terlatih untuk bergerak dalam gotong royong tersebut. Dalam
live in
seseorang hadir dan memberikan sumbangsih baik tenaga maupun pikiran. Sikap dan tindakan seseorang sebagai wujud kepedulian
untuk ikut ambil bagian terhadap situasi sosial yang terjadi di tengah masyarakat lalu menjadi suatu bagian dari diri mereka sendiri.
Pengalaman yang didapatkan menjadi nilai-nilai hidup yang menggerakkan dirinya untuk menjadi semakin bijaksana. Ia mengalami perubahan hati dan pikiran di
dalam hidupnya. Ia menjadi manusia baru yang juga melihat dunia dengan cara yang baru.
Live in
memasukkan individu ke dalam kehidupan masyarakat orang dewasa, untuk dapat ikut serta berpartisipasi di dalamnya. Pengalaman untuk menumbuhkan
persaudaraan, solidaritas, dan saling membantu adalah pengalaman bekerjasama dalam
live in
sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, tenggang rasa, dan akrab.
3. Tahap-tahap
Live in
dalam Mengembangkan Kepedulian Sosial.
Dewasa ini
live in
menjadi program
co-curriculer
di sekolah-sekolah.
Live in
menjadi suatu program yang memfasilitasi orang untuk mengalami kehidupan orang lain, tinggal bersama, berkomunikasi secara intensif, terlibat dalam rutinitas dalam
rangka mendapatkan pengetahuan tentang situasi hidup orang lain, mengolah kepedulian sosial dan mendorong adanya aksi konkrit yang dapat mengarah pada
perubahan sikap dan tindakan. Tahap-tahap yang terdapat dalam
live in
yakni : a.
Tahap mengalami Pengalaman merupakan keseluruhan konteks atau realitas yang dialami oleh
manusia, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ig. Aris Dwiatmoko 2011:13 mengatakan bahwa pengalaman manusia dibedakan menjadi dua bagian,
yakni pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung berkaitan dengan situasi belajar: diskusi, kegiatan lintas alam, dan lain-lain.
Sedangkan, pengalaman tidak langsung diperoleh lewat membaca atau mendengarkan.
Menurut Jean Piaget dalam Paul Suparno 2001: 107 bahwa pengalaman manusia dapat dilihat dalam dua bagian, yakni pengalaman fisis dan pengalaman
matematis-logis. Menurutnya, pengalaman fisis terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
Sedangkan, pengalaman matematis-logis terdiri dari tindakan untuk mempelajari akibat tindakan terhadap objek tersebut. Misalnya, pengalaman
menjumlahkan atau mengurangkan benda akan membantu pemikiran orang akan operasi pada benda tersebut. Dalam pengalaman tersebut, bukan sifat-sifat objeknya
yang diambil melainkan sifat-sifat dari tindakan terhadap objek tersebut yang dilihat. Uraian di atas menggambarkan bahwa pengalaman melahirkan adanya
pembentukan pola pikir. Dengan kata lain, pengalaman memberikan suatu gambaran mengenai apa yang dilihat, diamati, dan dirasakan. Begitu pun dalam
live in
, pengalaman akan membentuk penilaian seseorang mengenai persoalan atau peristiwa
yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu, unsur pengalaman jelas menjadi bagian utama dalam pengembangan kepedulian sosial karena secara tidak langsung
membentuk perspektif seseorang mengenai permasalahan yang dialami dan sekaligus juga melahirkan suatu aksi untuk memecahkan masalah tersebut.