14
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.
9. Sejarah Singkat PMRI
PMRI berkembang dari Realistic Mathematics Education RME yang dikembangkan oleh institude Freudenthal. Institut ini
didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University Belanda sebagai penolakan terhadap gerakan Matematika Modern yang elanda
sebagian besar dunia saat itu. Ujicoba RME di Indonesia dilakukan tahun 1998 dan diujicoba di sekolah dasar tahun 2011 dengan nama PMRI.
Bakker2004: 42 menyatakan RME adalah sebuah teori yang pembelajaran dalam pendidikan matematika yang menawarkan filosopi
pedagogis dan didaktis dalam proses belajar dan mengajar matematika, terutama dalam mendisain instruksi dan materi. Freudenthal dalam Wijaya
2012:20 mengatakan bahwa matematika sekolah tidak ditempatkan sebagai sistem tertutup closed system melainkan sebagai aktivitas yang
disebut matematisasi. Adanya pendapat tersebut menjadi landasan untuk mengembangkan Pendidikan Matematika Realistik Realistic Mathematics
Education. Sistem yang sama juga diadopsi di negara Indonesia, dalam perkembangnya RME menjadi PMRI.
10. Prinsip PMRI
Suryanto 2010:42 menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan RME terdapat tiga prinsip
utama, yaitu:
15
1 Guided Re-invention Penemuan kembali secara terbimbing
dan Progressive Mathematization Matematisasi progresif Prinsip Guided Re-invention
ialah penekanan pada “penemuan kembali” secara terbimbing. Melalui masalah kontekstual yang realistik
yang dapat dibayangkan atau Matematika dipahami oleh siswa, yang mengandung topik-topik matematika tertentu yang disajikan, siswa diberi
kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis.
Prinsip Progressive
Mathematization menekankan
“matematisasi” atau “pematematikaan”, yang dapat diartikan sebagai “upaya yang mengarah ke pemikiran matematis”. De Lange dalam
Wijaya 2011:42 membagi matematisasi menjadi dua, yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Gravemeijer dalam Dhoruri
2000:3-4 menyatakan bahwa matematisasi horizontal merupakan proses penalaran dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika.
Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses penalaran yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri, misalnya : penemuan cara
penyelesaian soal, mengkaitkan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus-rumus matematika.
2 Didactical Phenomenology Fenomenologi didaktis
Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk
memperkenalkan topik-topik matematik kepada siswa. 3
Self-developed model Membangun sendiri model Maksud dari mengembangkan model yaitu dalam mempelajari
konsep-konsep, prinsip-prinsip atau materi lain yang terkait dengan matematika, dengan melalui masalah-masalah konteksual, siswa perlu
16
mengembangkan sendiri model-model atau cara-cara menyelesaikan masalah tersebut. Model-model atau cara-cara tersebut dimaksudkan
sebagai wahana untuk mengembangkan proses berpikir siswa, dari proses berpikir yang paling dikenal siswa, ke arah proses berpikir yang lebih
formal. Jadi dalam pembelajaran guru tidak memberikan informasi atau menjelaskan tentang cara penyelesaian masalah, tetapi siswa sendiri yang
menemukan penyelesaian tersebut dengan cara mereka sendiri.
11. Karakteristik PMRI