Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Bentuk penghindaran pajak terbagi menjadi dua, yaitu : 1 Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang 2 Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang- undang Nurmantu 2003:151 menyatakan bahwa tax avoidance dan tax evasion merupakan bentuk penghindaran pajak yang mempunyai akibat yang sama yaitu berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas Negara, atau bahkan tdak ada dana pajak yang masuk ke kas Negara, tetapi keduanya mempunyai cara yang berbeda dalam hukum.

2.2.9. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Gunadi 2003 menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan kunci dari sistem perpajakan yang ditetapkan di Indonesia yaitu self assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang. Kurang meratanya proses penyaluran pajak dapat menimbulkan avoidance penghindaran pada masyarakat. Hal ini dapat memacu masyarakat untuk malas membayar pajak. Satu hal yang menyebabkan masyarakat belum secara sukarela membayar pajak adalah image ditengah-tengah masyarakat bahwa membayar pajak untuk orang-orang pajak. Penilaian mereka sebenarnya bukan tanpa alasan, justru mereka sadar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sepenuhnya dalam mengungkapkan hal tersebut. Dari kondisi ini ternyata dapat menciptakan pikiran-pikiran negatif dari mayarakat terhadap pihak pajak, mereka beranggapan bahwa dana-dana tersebut bukan untuk keperluan pembangunan melainkan hanya untuk oknum pajak saja, sehingga hasilnya tidak akan pernah dirasakan secara maksimal oleh masyarakat Silalahi,2002. Menurut Pamungkas 2003:16-21 apabila mengacu pengertian system pepajakan dengan self assessment system yang berarti pemenuhan kewajiban seseorang dipercaya kepada masyarakat wajib pajak, maka secara umum wajib pajak sepenuhnya membayar sendiri pajaknya baik itu secara bulanan atau tahunan, sehingga tidak akan pernah melibatkan pihak lain atau pihak ketiga. Hal tersebut kembali lagi banyak ditentukan beberapa faktor yang ada dan yang dapat mendukung keberhasilannya yaitu : 1 Tingkat kepatuhan wajib pajak yang dimiliki dari pengetahuan 2 Pemahaman dan kesadaran mereka dalam masalah kewajiban pajaknya 3 Kemampuan administrasi fiskus untuk mengadministrasikan semua perihal perpajakan dari semua masyarakat wajib pajak Dengan adanya keinginan dari masyarakat untuk tidak mau atau enggan membayar pajak, akhirnya dapat menyebabkan adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh masyarakat. Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan sikap sadar terhadap fungsi Negara. Sikap demikian merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun yang merasa menjadi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. warga Negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk melaksanakan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya Suparmoko, 1992:25. Pengertian kognitif, afektif dan konatif dapat dijelaskan sebagai berikut Schiffman dan Kanuk, 1994:242 : 1 Cognitif component knowledge and perception that are arquired by a combination of direct experience with the attitude object and related information from various source. 2 Affective component: a consumer’s emotion or feeling about a particular product or brand. 3 Conative component: it is concerned with the like hood or tendency that and individual will undertake a specific action or behave in particular way with regard to the attitude object. Maksud dari pernyataan diatas adalah komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari pengalaman langsung atas sikap terhadap obyek dan variasi sumber informasi lain yang relevan. Komponen afektif merupakan sebuah emosi konsumen atau perasaan terhadap keistimewaan produk atau merek. Komponen konatif adalah perhatian atas kemungkinan atau tendensi bahwa seorang individual akan berusaha melakukan tindakan khusus atau berperilaku hormat dalam bersikap terhadap obyek. Mengacu pada kesadaran bernegara, maka kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap pajak berupa konstilasi komponen kognitif, afektif, dan konatif, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yaitu dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap makna dan fungsi pajak. Wajib pajak berkonsekuensi agar rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pajak dengan cara membayar pajak secara tepat waktu dan tepat jumlah. Apabila wajib pajak tidak sadar akan hal itu maka akan terjadi penghindaran pembayaran pajak dan pembangunan Negara akan terhambat karena pemasukan ke Negara juga terhambat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kamila, 2010 menemukan hubungan yang positif atas kesadaran wajib pajak dan Penghindaran pajak, tetapi tidak menemukan adanya hubungan yang tidak signifikan. Sedangkan dari hasil penelitian Pradinyawati, 2005 menemukan adanya hubungan yang negatif atas kesadaran wajib pajak dan penghindaran pajak, tetapi tidak menemukan adanya hubungan signifikan.

2.2.10. Pengaruh Kejujuran Wajib Pajak terhadap Penghindaran Pajak

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara).

0 0 101

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya).

0 0 88

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat).

3 16 117

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat)

0 0 24

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya)

0 0 21

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut)

0 0 23

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara)

0 0 20

ANALISIS PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

0 2 94