2.2.7. Pemahaman Self Assessment System
Self Assessment System sebagai sistem penetapan pajak di Indonesia telah diterapkan sejak reformasi perpajakan tax reform tahun 1983, setelah sebelumnya
pernah memakai system Official Selft Assessment. Pembaharuan itu dilakukan antara lain melalui penyederhanaan jenis-jenis pajak, penyederhanaan ketentuan cara
pemenuhan kewajiban pajak, dan pemberian wewenang kepada wajib pajak. Selft Assessment System itu sendiri adalah system pemungutan pajak dimana wajib pajak
diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Menurut Resmi 2009:12, selft assessment system adalah system pemungutan
pajak yang memeberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Dalam system ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada pada wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu memahami
peraturan perpajakan yang sedang berlaku dan mempunyai kejujuran yang tinggi serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu wajib pajak diberi
kepercayaan untuk:
Menghitung sendiri pajak yang terutang
Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang
Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang
Dengan demikian, berhasil tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri peranan dominan ada pada wajib pajak.
Shoup Zain, 2005:110 menyatakan selft assessment system merupakan tipe keenam dari tipe-tipe administrasi perpajakan. Dalam tipe keenam ini wajib pajak
mendapat beban yang berat, karena wajib pajak harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam Surat Pemberitahuannya SPT, menghitung dasar pengenaan
pajaknya, mengkalkulasi jumlah pajak yang terutang dan melunasi pajak yang terutang atau mengangsur jumlah pajak yang terutang.
Menurut Tunggal 1995:43 untuk mensukseskan selft assessment system ini dibutuhkan beberapa prasyarat dari wajib pajak, antara lain:
1. Kesadaran wajib pajak tax consciosness
2. Kejujuran wajib pajak
3. Kemauan membayar pajak dari wajib pajak tax mindedness
4. Kedisiplinan wajib pajak tax diciplin
2.2.7.1.Kesadaran Wajib Pajak
Dalam kamus Bahasa Indonesia 2002:975, kesadaran adalah keinsyafan, keadaan mengerti, tahu dan merasa. Jadi kesadaran wajib pajak adalah suatu sikap tahu
dan mengerti yang dimiliki oleh wajib pajak untuk memahami arti dan fungsi dari pembayaran pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gunadi 2003 menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan kunci dari sistem perpajakan yang ditetapkan di Indonesia yaitu self assessment system. Dalam
system ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang. Oleh karena itu, apabila
semakin tinggi kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak atas kewajiban perpajakannya maka tidak mustahil target penerimaan pajak akan tercapai.
Banyak masyarakat yang belum mengerti akan pentingnya arti pajak, hal ini disebabkan karena masih terdapat pandangan yang salah mengenai pajak. Dengan
adanya hal tersebut dapat menyebabkan keengganan atau perasaan berat untuk membayar pajak. Pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak hanya karena
dalam keadaan terpaksa atau karena adanya kepentingan yang mendadak, bukan sama sekali karena kesadaran akan membayar pajak Tunggal, 1995:7-8
Menurut Soemitro 1992:5 kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dapat dipupuk melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Dengan memiliki
kesadaran akan pajak, maka wajib pajak juga harus mempunyai keinginan membayar pajak tax minded dan sekaligus ditanamkan kedisiplinan pajak tax dicipline yang
kuat dan didasari dengan kejujuran yang mantab. Sesuai dengan selft assessment system, kepatuhan wajib pajak ini meliputi
kesadaran masyarakat untuk Gunadi,2004: 1.
Mendaftarkan diri memperoleh NPWP 2.
Menyampaikan SPT dengan perhitungan yang lengkap dan benar atas segenap obyek pajaknya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Membayar pajak berdasarkan jumlah yang sebenarnya dan tepat waktu
2.2.7.2.Kejujuran Wajib Pajak
Kejujuran merupakan hal yang paling sulit karena kejujuran bertalian erat dengan moral seseorang yang terbentuk dalam masa yang panjang. Kejujuran adalah
sifat keadaan jujur ketulusan hati, kelurusan hati Kamus Bahasa Indonesia,2002:479. Jadi kejujuran wajib pajak adalah suatu sikap ketulusan hati yang dimiliki oleh wajib
pajak untuk jujur dan terbuka dalam memenuhi kewajiban perpajakan, terutama dalam pengisian SPT.
Kejujuran wajib pajak merupakan salah satu faktor terpenting dalam penerapan selft assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak harus aktif memenuhi kewajiban
perpajakannya mulai dari mendaftarkan diri, mengisi SPT dengan jujur, baik dan benar sampai melunasi pajak terutang tepat pada waktunya Nurmantu,2003:148.
2.2.7.3.Hasrat Membayar Pajak
Hasrat adalah keinginan kuat Kamus Bahasa Indonesia,1990:300. Jadi hasrat untuk membayar pajak adalah keinginan yang kuat untuk melakukan kewajiban
perpajakan yaitu membayar pajak. Hasrat membayar pajak dapat muncul dari hati wajib pajak yang telah memiliki kesadaran pajak.
Menurut Simatupang 2002 menyatakan bahwa adanya keinginan yang kuat dari sebagian masyarakat untuk tidak membayar, karena ketidakrelaan untuk
mengalihkan senagian kekayaan kepada Negara. Selain itu, ada satu yang menyebabkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
rakyat belum secara sukarela membayar pajak yaitu adanya image ditengah-tengah masyarakat bahwa membayar pajak untuk orang pajak.
Proses dan prosedur pembayaran pajak yang berbeli-belit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan hasrat membayar pajak. Untuk itu dibutuhkan
modernisasi administrasi pajak. Menurut Perris 2004 menyatakan salah satu contoh modernisasi administrasi pajak adalah penerapan sistem administrasi baru yang
memungkinkan seseorang atau badan usaha cukup melakukan pembayaran sekali dengan menggunakan Single Identity Number SIN atau nomor identitas tunggal.
Sistem ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kewajibannya membayar pajak. Kemudahan ini dalam administrasi saat ini diharapkan
akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membayar pajak.
2.2.7.4.Kedisiplinan Wajib Pajak
Dalam Kamus Bahasa Indonesia 2002:268 disiplin adalah tata tertib, ketaatan atau kepatuhan pada peraturan bidang studi yang memiliki obyek sistem dan metode
tertentu. Sedangkan menurut Ma’arat 1982:90 menyatakan bahwa disiplin adalah sikap peseorangan atau kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah-
perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang perlu seandainnya tidak ada perintah.
Menurut Tunggal 1995:44 tax discipline adalah disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan perpajakan, sehingga pada waktunya wajib pajak dengan
sendirinya memenuhi kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
undang seperti memasukkan SPT pada waktunya. Membayar pajak pada waktunya, tanpa diperingatkan untuk melakukan hal itu.
Jadi kedisiplinan pajak merupakan suatu sikap patuh, taat yang dimiliki oleh wajib pajak dalam melakukan kwajibannya dalam hal perpajakan, tanpa diperingatkan
terlebih dahulu. Menurut Tunggal 1995:45 dengan pemberian kepercayaan yang penuh kepada wajib pajak untuk melakukan self assessment system, memberikan
konsekuensi yang berat bagi wajib pajak, yaitu apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya dengan baik dan benar, maka kepada wajib pajak tersebut akan
dijatuhkan sanksi. Jadi, untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya perlu dilakukan pengawasan oleh aparat perpajakan.
2.2.8. Penghindaran Pajak