Bab 10 Sistem Reproduksi Manusia
169
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di setiap satu bagian tubulus, berbagai
tahapan tersebut berlangsung secara berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu
tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang
membutuhkan waktu 16 hari.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone
FSH, Luteinizing hormone LH, dan hormon testosteron. Mari cermati.
a. Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan
anterior agar mengeluarkan hormon FSH dan LH.
b. FSH Follicle Stimulating Hormone
FSH dihasilkan oleh hipofisa anterior. Hormon ini berfungsi mempengaruhi dan merangsang perkembangan tubulus
seminiferus dan sel sertoli untuk menghasilkan ABP Androgen Binding Protein yang memacu pembentukan sperma.
c. LH Luteinizing Hormone
LH dihasilkan oleh hipofisa anterior. Hormon ini berfungsi merangsang sel-sel interstitial sel leydig agar mensekresi
hormon testosteron androgen.
d. Hormon Testosteron
Hormon testosteron dihasilkan oleh testis. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada
saat embrio, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong spermatogenesis.
Ovarium menghasilkan ovum. Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Pada ovarium yang ada
di dalam tubuh embrio atau fetus terdapat sekitar 600.000 buah sel induk telur atau disebut oogonium. Pada saat umur fetus
embrio lima bulan, oogonium memperbanyak diri secara mitosis, membentuk kurang lebih 7 juta oosit primer.
Pada saat embrio fetus umur 6 bulan, oosit primer dalam tahap meiosis profase I. Setelah itu, terjadi pengurangan
jumlah oosit primer sampai lahir. Pada saat lahir dua ovarium mengandung 2 juta oosit primer. Selanjutnya, oosit primer yang
sedang tahap membelah tersebut istirahat sampai masa pubertas. Pada waktu anak berumur 7 tahun jumlahnya susut
lagi menjadi sekitar 300.000 - 400.000 oosit primer.
2. Oogenesis
Di unduh dari : Bukupaket.com
Biologi untuk SMAMA Kelas XI Program IPA
170
Setelah masuk masa pubertas, perempuan akan mengalami menstruasi atau haid. Saat itu kelenjar hipofisis mampu
menghasilkan FSH, dan oosit primer yang terbentuk melanjutkan pembelahan meiosis menghasilkan dua sel yang ukurannya tidak
sama. Sel yang berukuran besar disebut oosit sekunder dan yang berukuran kecil disebut badan polar pertama.
Penyelesaian tahap meiosis I sekitar menjelang ovulasi. Oosit sekunder melanjutkan tahapan meiosis II dan berhenti
pada metafase II. Jadi, pada saat ovulasi, yang dikeluarkan bukan ovum melainkan oosit sekunder pada
metafase II. Jika tidak terjadi penetrasi oleh sperma, oosit sekunder mati. Jika terjadi penetrasi
sperma, oosit sekunder akan melengkapi tahapan meiosis II. Hasilnya adalah satu sel yang besar
disebut ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua. Sedangkan, badan polar I
menghasilkan 2 badan polar. Pada saat menjelang terjadinya peleburan inti sel telur
dengan inti sperma, ootid berkembang menjadi ovum telur.
Ketiga badan polar yang menempel pada ovum tidak berfungsi dan mengalami degenerasi.
Dengan demikian, hasil oogenesis adalah sel ovum yang besar dan tiga sel badan polar yang
menempel di ovum.
Seperti halnya spermatogenesis, proses oogenesis juga dipengaruhi oleh berbagai jenis
hormon. Hormon-hormon tersebut dapat dihasilkan oleh hipofisa, dan ovarium.
Gambar 10.4 Oogenesis
Hormon apa sajakah yang berperan dalam
oogenesis? Diskusikan dengan teman
sebangkumu.
Sel diploid
OOSIT PRIMER
OOSIT SEKUNDER
OVUM Dalam embrio
Diferensiasi dan permulaan MEIOSIS I
MEIOSIS I komplet dan permulaan MEIOSIS II
Polarbodi I MEIOSIS II komplet saat
sperma masuk
Polarbodi II Sumber: Image.google.co.id
Fertilisasi, Menstruasi, dan
Kehamilan
C
Setelah sel telur berkembang menjadi matang dan mampu mengadakan penyatuan dengan sperma akan terjadi ovulasi.
Sel telur ini akan ditangkap oleh infundibulum, kemudian melewati tuba fallopii. Jika di tuba fallopii terdapat sperma maka
akan terjadi peleburan antara sperma dan sel telur, proses ini disebut dengan fertilisasi.
Fertilisasi internal memerlukan kopulasi, yaitu penyimpanan sperma dari alat kelamin jantan ke dalam alat
kelamin betina. Biasanya terdapat suatu mekanisme neural dan hormonal yang rumit agar terjadi daya tarik dan perilaku
prakopulasi yang diperlukan untuk kopulasi. Pada waktu kopulasi, sperma yang tersimpan terutama di dalam epididimis
1. Fertilisasi
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab 10 Sistem Reproduksi Manusia
171
disemprotkan oleh kontraksi mendadak dari otot di dalam dan di sekitar saluran reproduksi jantan dan bersamaan dengan
itu kelenjar kelamin aksesori mengeluarkan sekresinya. Cairan seminal yang dikeluarkan demikian itu dapat mengandung
400.000.000 sperma. Lendir di dalam cairan seminal berguna sebagai wahana bagi sperma. Setelah semen dideposisikan
dalam vagina, enzim proteolitik mengubah lendir tersebut menjadi cairan yang lebih encer agar sperma menjadi sangat
motil. Fruktosa merupakan sumber energi bagi sperma, zat basa mencegah matinya sperma karena suasana asam yang lazimnya
terdapat di dalam vagina.
Tiap telur hanya dibuahi oleh sebuah sperma, tetapi meskipun demikian jika sperma tidak dilepaskan dalam jumlah
jutaan, maka tidak akan terjadi fertilisasi. Salah satu sebabnya ialah hanya sebagian kecil sperma yang dapat sampai ke bagian
atas tuba fallopii, yang lainnya hancur di perjalanan. Sel telur masuk ke dalam tuba fallopii masih dilapisi oleh sebagian dari
sel folikel yang membungkusnya di dalam ovarium dan sperma tidak dapat menembusnya jika lapisan ini tidak hilang.
Gambar 10.5 Fertilisasi
Sumber: Image.google.co.id
2. Menstruasi pada Wanita