Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Gangguan fisiologis

Biologi untuk SMAMA kelas XI Program IPA 64 Gambar 4.12 Gerak antagonistik otot pada otot bisep dan trisep Tendon Bisep kontraksi Tendon Trisep relaksasi Tendon Bisep relaksasi Tendon Trisep kontraksi Sumber: Image.google.co.id Fleksi Ekstensi

2. Gerakan Antagonistik

Gerakan antagonistik adalah gerak berlawanan antara dua atau lebih otot yang mengendalikan gerak pada suatu bagian tubuh. Sebagian besar otot tersusun dalam pasangan yang antagonis. Contoh gerakan antagonis ini adalah otot bisep dan trisep pada lengan. Otot dilekatkan pada tulang oleh tendon. Tendon yang melekat pada tulang dan tidak menimbulkan gerakan disebut origo . Sedangkan, tendon yang melekat pada tulang dan menimbulkan gerakan disebut insersio. Otot bisep memiliki origo pada skapula dan humerusnya, serta insersio pada tulang radius. Sedangkan, otot trisep memiliki dua origo pada humerus dan insersio pada ulna. Jika, otot bisep berkontraksi, maka lengan bawah akan bergerak menekuk pada siku. Sedangkan, jika otot trisep berkontraksi, maka lengan bawah akan bergerak melurus. Berdasarkan arah geraknya, gerakan antagonis dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Fleksi Ekstensi

Fleksi merupakan gerak otot fleksor sehingga bagian tubuh menekuk, misalnya menekuknya lutut dan siku. Sedangkan, ekstensi merupakan gerakan otot ekstensor untuk meluruskan kembali bagian tubuh yang telah ditekuk, misalnya meluruskan kaki atau siku.

b. Abduksi Aduksi

Abduksi adalah gerakan anggota tubuh menjauhi sumbu tubuh, misalnya merentangkan tangan hingga sejajar dengan bahu. Sedangkan, aduksi ialah gerakan anggota tubuh mendekati sumbu tubuh, misalnya menegapkan tangan kembali setelah direntangkan. Di unduh dari : Bukupaket.com

Bab 4 Sistem Gerak pada Manusia

65 Kelainan dan Penyakit pada Sistem Gerak C Gangguan pada sistem gerak sering dialami oleh tulang, persendian, dan otot dalam melaksanakan tugasnya. Gangguan ini dapat terjadi, karena tulang dan otot di dalam tubuh sering menanggung beban terlalu berat, maupun karena pengaruh hormon, vitamin, infeksi kuman penyakit, dan lain-lain.

a. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis bisa disebabkan karena kelainan fungsi vitamin atau hormon. Contoh gangguan fisiologis ialah rakhitis, mikrosefalus, hidrosefalus, akromegali, dan osteoporosis. 1 Rakhitis ialah penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. Vitamin D berfungsi membantu proses penimbunan zat kapur pada waktu pembentukan tulang. Jadi, jika kekurangan vitamin D menyebabkan tulang anggota gerak berbentuk X atau O. 2 Mikrosefalus ialah pertumbuhan tulang tengkorak yang terhambat karena abnormalitas tirosin sehingga ukuran kepala menjadi kecil. 3 Hidrosefalus ialah suatu kelainan yang ditandai dengan pengumpulan abnormal cairan spinal dan terjadi pelebaran rongga otak sehingga kepala membesar. 4 Akromegali ialah penyakit pada tulang pipa yang menebal karena kelebihan somatotropin yang bersifat lokal. 5 Osteoporosis ialah penurunan berat tulang karena osifikasi dan terjadi penghambatan reabsorpsi bahan tulang. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan fungsi hormon parahormon.

1. Gangguan Tulang