Apresiasi Sastra
241
Pada semester pertama, kalian telah belajar menanggapi pementasan drama. Sekarang coba kalian ingat kembali penjelasan
tersebut. Pada dasarnya pemahaman kalian dalam menanggapi drama dapat digunakan sebagai acuan membuat resensi drama.
Dibandingkan dengan jenis sastra lain puisi dan prosa, drama didominasi oleh dialog-dialog. Narasi hanya digunakan seperlunya
saja seperti pada prolog pengantar drama dan epilog akhir cerita. Dominannya dialog ini disebabkan drama umumnya dibuat untuk
tujuan pementasan.
Pengkajian terhadap drama berupa naskah dengan drama berupa pementasan berbeda. Untuk drama berbentuk naskah, kalian bisa
mengkajinya dari unsur-unsur intrinsik seperti tema, penokohan, background
, jalan cerita, dan amanat. Jika yang kalian nikmati drama dalam arti pementasan teater, unsur-unsur yang harus menjadi
penilaian adalah 1 acting sang aktor gerak gerik, ekspresi, dan dialeknya; 2 vokal pengucapan aktor kekuatan dan ketepatan
penjiwaannya; dan 3 blocking pengaturan posisi di atas panggung sang aktor. Blocking ini erat kaitannya dengan imajinasi sang aktor
dalam melihat panggung sebagai dunianya. Aspek lain yang perlu dikaji adalah panataan kostum, tata rias, dan artistik.
Untuk mengkaji drama pentas, kalian harus memahami pentingnya acting para pemain. Ketertarikan orang pada drama
kadangkala bukan saja pada ceritanya, tetapi pada acting dan kekuatan vokal aktornya. Acting dan vokal perlu mendapat penilaian
khusus sebab dengan acting suasana dramatisnya akan terlihat. Misalnya, drama komedi, apabila aktornya kurang maksimal dalam
ber-acting kelucuan-kelucuan tidak akan terasa. Dalam drama tragedi juga akan begitu, apabila aktor tidak bisa mendalami perannya maka
eksploitasi cerita tidak akan maksimal. Penonton tidak terhanyut oleh suasana yang diciptakan sang aktor. Sebab itu, seorang aktor harus
pintar ber-acting dan maksimal dalam vokalnya. Acting dibutuhkan karena acting bagian dari seni peran, yaitu si aktor memerankan
seseorang, meniru seseorang dengan segala karakternya berdasarkan tokoh dalam cerita tersebut.
Agar bisa memerankan tokoh dengan karakter yang dikehendaki oleh skenario, seorang aktor harus membaca berulang-ulang naskah
tersebut; melafalkan dialog dalam naskah; menirukan pelafalan, intonasi, serta artikulasi bunyi sesuai dengan karakter si tokoh.
Misalnya, tokohnya kakek-kakek, orang dewasa, remaja, atau anak- anak. Latar belakang budaya si tokoh pun perlu diperhatikan,
misalnya orang Minang, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Batak, dan lain- lain yang memiliki kekhasan dialek. Dengan demikian, gambaran
A. Membuat Resensi Drama
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 2 Bhs
242
tokoh yang diperankannya disesuaikan dengan usia, dialek bahasa, serta karakter yang di dalaminya. Kecocokan itu harus menjadi bahan
apresiasi si penonton drama. Sebagaimana meresensi buku, meresensi naskah atau pemen-
tasan drama perlu mencantumkan beberapa hal. Di antaranya adalah identitas drama, kelebihan, kekurangan, dan sinopsis drama.
Bentuklah beberapa kelompok, kemudian pentaskan kutipan naskah drama berikut. Sementara salah satu kelompok mementaskan
drama, kelompok yang lain membuat resensinya
Opera Kecoa
Di kolong jembatan, pada siang yang terik Seorang tukang sulap menggelar dagangannya, dia ngoceh dengan
menggebu-gebu. Orang-orang menonton. Tukang sulap
: Bangsa kita adalah bangsa yang religius, bangsa yang selalu ingat pada sejarah, bangsa yang pandai
mengambil hati pahlawan-pahlawan masa lampau, bangsa yang mulia dan luhur cita-citanya, bangsa
yang diluhung kebudayaannya. Oleh sebab itu, Saudara-Saudara, marilah kita bicara tentang kecoa-
kecoa. Sambil membuktikan keahlian saya dalam ilmu sulap-menyulap. Mari semuanya.
menunjukan sebuah gambar
Ini gambar apa? Semua
: Kecoaaa ... Tukang sulap
: menunjukan gambar lain Ini gambar apa?
Semua : Kecoa ...
Tukang sulap : menunjukan gambar lainnya
Ini apa? Semua
: Kecoaa... Tukang sulap
: Jelasnya, ini kecoa mabuk. Kenapa mabuk?
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 1
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 12.1 Pementasan drama
Orang-1 : Karena telerrrr ...
orang-orang tertawa Tukang sulap
: Karena obat semprot, Saudara- Saudara. Bukan sulap, bukan
sihir, tapi kenyataan. Beli obat semprot yang manjur,
tidak sama dengan membeli obat semprot yang tidak
manjur. Paham?
Semua : Pahaaammm ...
Di unduh dari : Bukupaket.com
Apresiasi Sastra
243
Tukang sulap : Bagus. Saudara-Saudara, kecoa itu bukan ubi. Jadi,
tidak mungkin kita pakai sebagai pengganti beras. Kecoa juga bukan udang. Kecoa tidak bisa kita makan.
Sebaliknya, kecoa makan bahan makanan persediaan kita. Deeeess, kecoa itu musuh kita. One hundred
persen, enemiess ... Kita harus membasminya
Let’s go Indonesia Together One, two, one two memimpin menyanyi bersama
Semua : Lalat, wereng, dan kecoa
Kita wajib membasminya Lalat, wereng dan kecoa
Kita wajib membasminya
Lalat, wereng, dan kecoa Musuh umat manusia
Lalat, wereng, dan kecoa Musuh umat manusia
Jangan biarkan kembang biak Jangan biarkan kembang biak
Lalat, wereng, dan kecoa Kita wajib membasminya
Lalat, wereng, dan kecoa Musuh umat manusia
Jangan biarkan kembang biak Jangan biarkan kembang biak
Lalat, wereng dan kecoa Yeah ... Tukang sulap
: melanjutkan pidatonya Kecoa ada di mana-mana, Saudara-Saudara, di
seluruh dunia. Coba bayangkan: di Amerika, yang kita sudah kenal kampiun dalam segala hal.
Sanitasinya bagus, demokrasinya berjalan mulus, tetap ada kecoa. Kata orang, satu orang Amerika
berbanding 150 kecoa. Hitung berapa penduduk Amerika. Wouww ... serem.
Di negeri kita? Jangan tanya lagi. Di sini, sanitasinya buruk, demokrasinya sangat tidak mulus. Banyak
teror, penculikan, dan pembunuhan yang tidak terungkap. Wouww ... bisa-bisa satu orang
berbanding 2000 kecoa. Masya Allah, Tuhan Maha Besar. Kalau penduduk kita 200 juta, maka ada 400
miliyar kecoa di sekeliling kita. Gila. Gila. Apa itu
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 2 Bhs
244
harus kita biarkan? Tidak, no, nehi, niet. Kita wajib membasminya. Ini tugas kita semua.
Nah, untuk itu saya datang. Vini, vidi, vici. Saya hadir, saya menjual, Saudara membeli. Saya niat menolong
kalian, tanpa pamrih. Ini. Saya bawa obat semprot pembasmi kecoa
Orang-orang mulai bubar satu persatu.
Orang-1 : Kirain mau bagi-bagi sembako. Eh, ceramah kecoa.
Orang-2 : Dagang obat ... asem
Tukang sulap : Duit itu mahal, Mas. Daripada duit untuk beli obat
semprot, mendingan untuk beli nasi. Kalau soal kecoa saja, sih, kita sudah biasa. Masuk lobang got
situ, kalau nggak percaya Orang 1
: Tapi, saya datang untuk menolong. Obat saya murah. Gratis juga saya kasih. Saya ini ahli kecoa, Saudara-
Saudara, saya ahli kecoa. Orang-1
: Prekk Diteriakkan ninja, mapus kamu. Mampus melempari tukang sulap
Tukang sulap : Sialan. Setan belang. Siput. Keong. Ditulung malah
mentung. Dasar mental kecoa. Sialan. Orang-orang masuk kolong jembatan lagi
Lampu berubah
Sumber: Penyutradaraan, Herman J. Waluyo
B. Mengevaluasi Pementasan Drama dalam Diskusi