Seni Rupa
157
Pada pelatihan sebelumnya, kalian telah melakukan penelitian tentang penggunaan bahasa di media massa. Sampaikanlah hasil
penelitian kelompok kalian di depan kelas secara lisan. Gunakan semacam bagan untuk menggambarkan masalah, metode, dan hasil
penelitian kalian.
C. Membaca Cepat Teks
Kalian tentu pernah belajar membaca cepat. Kemampuan membaca cepat harus terus kalian pelajari agar kalian semakin
terampil membaca cepat dan skor kemampuan efektif membaca kalian terus meningkat.
Di bawah ini telah disediakan wacana dengan panjang
±
600 kata. Bacalah wacana di bawah ini dalam waktu 2 menit Kemudian,
jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahnya
Lukisan Kaca Nagasepaha Tumbuhnya Generasi Baru dalam Ranah Kontekstual
Ketika Jro Dalang Diah menanamkan benih bagi tumbuhnya lukisan wayang kaca di Desa Nagasepaha, Buleleng, sekitar tahun
1927, banyak orang tak memedulikannya. Setelah benih itu berkembang lalu menarik perhatian pakar seni-budaya dunia,
sejumlah pihak di Buleleng bahkan Bali seakan tak pernah menghiraukannya, apalagi merasa memilikinya. Padahal sejumlah
pakar seni-budaya menilai Desa Nagasepaha adalah salah satu kekayaan besar bagi Indonesia, karena pusat kehidupan pelukis kaca
di Nusantara sudah tidak banyak lagi. Lalu apa upaya yang dilakukan oleh pemda dan masyarakat setempat dalam melestarikan seni yang
semakin langka ini?
Beberapa bulan lalu, lukisan kaca Nagasepaha hadir dalam pameran nasional di Jakarta. Pameran itu mendapat sambutan positif.
Padahal pelukisnya sendiri di rumahnya di Nagasepaha terengah- engah kekurangan alat dan bahan melukis. Namun mereka tetap
berkarya, sambil meraba-raba pasar, sembari menerka-nerka kapan kiranya nasib sebagai seniman sejahtera bisa mendekati mereka.
Hardiman, perupa dari Universitas Pendidikan Ganesha Undiksha yang punya perhatian besar terhadap lukisan wayang
kaca di Nagasepaha, mengatakan perubahan adalah suatu kondisi baru yang disadari atau tidak, telah terkonstruksi secara sosial melalui
proses yang relatif panjang. Dan sebagai tempat awal tumbuhnya lukisan wayang kaca, Desa Nagasepaha termasuk desa yang dengan
gampang mengakomodasi berbagai perubahan dalam berbagai cipta dan gubah karya seni.
Lukisan kaca di desa tersebut termasuk yang mengalami perubahan cukup besar. Perubahan terjadi pada tataran konsep dan
visualisasinya. Semua ini terefleksikan dalam pilihan tema dan gaya
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 3
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 2 Bhs
158
lukisannya. Pilihan tema misalnya, selain yang secara tradisi terus berulang membuat lukisan bertema Ramayana, Sutasoma,
Mahabaratha, dan Arjunawiwaha. Juga kini muncul tema legenda, kehidupan sehari-hari, bahkan tema sosial-politik. Perubahan ini
dimungkinkan karena para pelukis kaca Nagasepaha, seperti umumnya seniman dari belahan Bali Utara amat gampang menyerap
pengaruh luar melalui proses akulturasi dan interpretasi.
Di samping itu, beberapa pelukis kaca Nagasepaha memiliki kemampuan merespon persoalan kontekstual yang sedang terjadi.
Selain tema yang berubah, juga gaya lukisan kaca Nagasepaha mengalami beberapa perubahan. Dalam hal gaya, lukisan kaca
Nagasepaha memiliki beberapa gaya pelukisan. Pertama, tentu saja gaya dekoratif. Gaya ini dibangun melalui penggambaran bentuk
wayang yang mengikuti norma penggambaran bentuk wayang klasik Bali gaya kemasan Klungkung, yaitu penggambaran wajah wayang
yang menampakkan tigaperempat bagian, posisi badan dan posisi kaki menampakkan pandangan dari depan. Hal ini selalu berlaku
untuk penggambaran tokoh-tokoh utama lukisan wayang seperti
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.2 Melukis di atas kaca
Arjuna, Bima, Rama, dan sebagainya. Namun, Hardiman melihat penggambaran Punakawan
tidak mengikuti norma tersebut. Para Punakawan justru digambarkan posisi wajah
nampak menyamping dan amat profil. Hal ini mengingatkan pada penggambaran dalam
wayang kulit Bali dan Jawa.
Kedua, gaya naturalistik. Gaya ini hanya nampak pada penggambaran setting latar
belakang dan latar depan saja. Sementara itu, pokok lukisan, yakni wayang, tetap
dilukiskan dengan gaya dekoratif. Gaya pada latar belakang yang naturalistik ini muncul kira-kira pada pertengahan tahun 1960-an.
Lahirnya gaya ini mulanya atas permintaan seorang kolektor dari Denpasar yang menghendaki penerapan gaya naturalistik berupa
pemandangan pedesaan yang dimintanya disandingkan dengan lukisan wayang yang dekoratif. Gaya ini kemudian mendapat tempat
tersendiri pada beberapa kolektor lainnya. Hal ini ditandai dengan munculnya pesanan baru lukisan kaca dengan setting suasana
pesawahan dan air terjun.
Ketiga, gaya dekorasi pada latar setting. Gaya ini diinjeksikan melalui sebuah penelitian tindakan yang dilakukan oleh sejumlah staf
pengajar Jurusan Seni Rupa IKIP Negeri Singaraja kini Undiksha pada tahun 1995. Menurut para peneliti di jurusan tersebut, hal ini dilakukan
karena bertimbang pada kondisi lukisan wayang kaca dengan latar naturalistik, secara estetik tidak memiliki kesatuan gaya. Yang tentu
saja menimbulkan ketidakutuhan artistik, di mana berbagai bagian tidak melahirkan hubungan yang selaras dan tidak memiliki makna.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Seni Rupa
159
Jadi, Hardiman menyimpulkan, jika harus diurut berdasarkan periodisasi, maka di Nagasepaha telah terjadi tiga gaya. Pertama,
periode awal dengan gaya dekoratif yang sepenuhnya terdapat pada pokok lukisan wayang dengan latar belakang hanya berupa sapuan
datar dengan menempatkan warna sebagai warna, dan bukan wakil situasi waktu. Periode kedua dimulai tahun 1960-an dengan gaya
naturalistik pada latar belakang dengan pokok lukisan yang tetap bergaya dekoratif. Periode ketiga, gaya dekoratif pada setting latar
belakang dan latar depan dengan pokok lukisan yang juga dekoratif. gaya ini dimulai sejak tahun 1995. Ketiga gaya ini, kini masing-
masing bisa saling bermunculan kembali sesuai dengan pesanan yang datang dari kolektornya, atau sesuai dengan keinginan si senimannya
sendiri. Dengan kata lain, satu gaya tidak menghilangkan atau menghentikan gaya sebelumnya.
Sumber: www.balipost.com
Berdasarkan pokok-pokok itu, jawablah pertanyaan di bawah ini 1.
Kapan dan di mana seni lukis wayang kaca pertama kali masuk di Bali?
2. Siapa yang pertama kali memperkenalkan lukis wayang kaca?
3. Perubahan apa yang terjadi dengan lukisan kaca di Buleleng?
4. Siapa yang mempunyai perhatian besar terhadap lukisan kaca
di Nagasepaha? 5.
Apa tema yang diangkat dalam lukisan kaca tersebut? 6.
Sebutkan gaya apa yang dilakukan Pemda dan masyarakat untuk mengenalkan lukisan wayang kaca?
8. Kapan gaya dekoratif pada setting mulai dipakai para pelukis
wayang kaca? 9.
Jelaskan makna satu gaya tidak menghilangkan atau menghentikan gaya sebelumnya
pada teks tersebut 10. Siapa yang melakukan penelitian dalam upaya menginjeksikan
gaya dekoratif pada latar setting? Berapa pula nilai yang kalian peroleh setelah menjawab
pertanyaan di atas? Cobalah hitung kecepatan efektif membaca kalian dengan menggunakan rumus di bawah ini.
KEM = KB : SM : 60 x PI : 100 KPM KEM = Kemampuan membaca
KB
= Jumlah kata dalam wacana SM
= Waktu baca dalam satuan detik PI
= Skor pemahaman isi KPM
= Kata per menit
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 4
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 5
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 2 Bhs
160
Temukan teks bacaan tentang kesenian di media massa cetak yang berisi sekitar 650 kata, kemudian mintalah temanmu untuk mengukur
kecepatan membacamu. Sebaliknya, berilah penilaian terhadap temanmu yang juga membaca cepat teks bacaan yang ditemukannya
Buka Wawasan
Agar dapat membaca cepat dengan baik, ada beberapa hal yang harus dihindari, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Membaca dengan bersuara.
2. Membaca dengan menunjuk kata per kata.
3. Membaca dengan menggerakkan anggota tubuh, misalnya menggeleng-gelengkan
kepala atau menggerakkan bibir. 4.
Membaca dengan regresi atau mengulang kalimat yang telah dibaca.
Kalian tentu sering membaca berbagai artikel dalam media massa. Akan tetapi, pernahkah kalian membuat ringkasan isi artikel
tersebut? Pada saat kelas X, kalian telah belajar menyusun ringkasan buku. Pada pelajaran ini, kalian akan belajar menyusun ringkasan
artikel dalam media massa. Tahap-tahap menyusun artikel sama dengan cara menyusun ringkasan buku, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
membaca artikel secara keseluruhan; 2.
menemukan pokok-pokok pikiran tiap paragraf dalam artikel; 3.
menyusun pokok-pokok tersebut dalam sebuah paragraf atau teks secara ringkas.
Bacalah paragraf pertama artikel Lukisan Wayang Kaca Nagasepaha berikut
Lukisan Wayang Kaca Nagasepaha
Kadek Nurining 32, seorang ibu setengah baya asal Desa Nagasepaha, Buleleng Bali, sejak usia lima tahun belajar melukis
dari kakeknya. Sampai ia menghasilkan ratusan lukisan dengan media kaca dan motif wayang, Nurining masih tak yakin bisa hidup dari
melukis. Ia masih tetap nyambi bekerja membantu suaminya di ladang.
Setelah kalian membaca secara saksama, kalian dapat menemu- kan pokok pikiran paragraf tersebut ”Nurining telah menghasilkan
ratusan lukisan kaca.” Temukan pokok pikiran paragraf kedua sampai paragraf terakhir
artikel ”Lukisan Wayang Kaca Nagasepaha” pada pembahasan sebelumnya. Kemudian, susunlah pokok-pokok pikiran tersebut
menjadi teks ringkas tentang isi artikel tersebut
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Tugas 2
D. Menyusun Ringkasan Artikel