Latar Belakang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

tersebut hanya untuk memperluas ataupun membiayai investasi yang sudah ada sebelumnya. Investasi pada hakekatnya yaitu langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, maka setiap negara berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Upaya yang diciptakan pemerintah dalam menciptakan iklim yang dapat meggairahkan investasi salah satunya menerapkan berbagai aturan mengenai investasi, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri tersebut semuanya telah diubah dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang berisi bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Investasi merupakan salah satu komponen penting pembangunan suatu negara. Salah satu tingkat keberhasilannya yaitu dengan tingginya tingkat pendapatan nasional atau laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB yang tinggi dan stabil. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS, sejak awal tahun 2000, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif, setelah dua tahun sebelumnya negatif. Namun disamping itu laju pertumbuhannya sangat rendah, terutama jika dibandingkan rata- rata per tahun yang dialami Indonesia pada periode pra krisis. Sebabnya pergerakan ekonomi nasional sejak akhir tahun 1999 hingga kini lebih didorong oleh pertumbuhan konsumsi bukan pertumbuhan investasi. Apabila pola pertumbuhan ekonomi Indonesia terus seperti ini tanpa adanya konstribusi yang berarti dari investasi, maka dapat dipastikan pertumbuhan tersebut tidak dapat berlanjut terus. Tabel 1.1 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia Periode 1994-1999 Tahun Proyek unit Investasi dalam milyar Rupiah 1994 582 12786.9 1995 375 11312.5 1996 450 18609.7 1997 345 18628.8 1998 296 16512.5 1999 248 16286.7 Sumber: www.bkpm.go.id Terlihat pada tahun 1994 yang menunjukan besar investasi yaitu Rp12786.9 milyar menurun sebesar 8 pada tahun 1995, begitu pun pada proyek investasinya. Dan pada tahun berikutnya proyek investasi cenderung mengalami penurunan sampai tahun 1999 tetapi berbeda pada investasinya yang mengalami tren meningkat. Pada tahun 1997 negara Indonesia mengalami krisis yang mengakibatkan perekonomian Indonesia menurun tajam. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut berada tidak hanya di bawah rata-rata dunia tetapi menjadi negatif dan perkonomian nasional mengalami kemunduran. Untuk itu diperlukan investasi yang sangat besar untuk memulihkan perekonomian terutama pada sektor riil, disamping banyaknya hambatan-hambatan yang menyulitkan masuknya investasi. Terlihat pada realisasi investasinya yang menunjukan penurunan pada proyek investasi maupun investasinya yaitu sebesar 8 yang dimulai pada tahun 1996. Pada tahun 1998 permintaaan domestik khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi dalam negeri yang menjadi penggerak pertumbuhan juga mengalami penurunan. Penyebab utama turunnya investasi dalam negeri adalah belum pulihnya kepercayaan investor pada kondisi politik dan ekonomi Indonesia serta dikarenakan masih tingginya tingkat suku bunga kredit. Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia Periode 2000-2014 Tahun Proyek unit Nilai Investasi dalam milyar Rupiah 2000 300 22,038.0 2001 160 9,890.8 2002 108 12,500.0 2003 120 12,247.0 2004 130 15,409.4 2005 215 30,724.2 2006 162 20,649.0 2007 159 34,878.7 2008 239 20,363.4 2009 249 37,799,8 2010 875 60,626.3 2011 1313 76,000.7 2012 1210 92,182.0 2013 2129 128,150.6 2014 2392 156,126.2 Sumber: www.bkpm.go.id Dari data terlihat bahwa, pada tahun 2000 investasi dengan nilai sebesar Rp22.038 milyar begitu pula dengan proyek investasinya yang menunjukan angka sebanyak 300 proyek investasi. Namun lain hal nya dengan tahun 2001, investasi dalam negeri di Indonesia mengalami kemerosotan yang cukup tajam dimana nilai investasi hanya berada pada nilai Rp9.890,8 milyar diikuti dengan proyek investasinya yang juga merosot. Pada perkembangan selanjutnya, investasi di Indonesia dari tahun 2002 hingga tahun 2006 nilai investasi sangat fluktuatif yaitu mengalami naik turun baik jumlah proyek maupun nilainya. Di ikuti dengan kenaikan yang signifikan pada tahun berikutnya, yaitu pada tahun 2007 dimana nilai investasi tersebut mencapai Rp34.878,7 milyar dengan jumlah proyek 159 proyek. Kemudian investasi kembali turun di tahun 2008 yaitu sebesar Rp20.363,4 milyar, meskipun proyek investasi pada tahun 2008 meningkat dari pada tahun sebelumnya menjadi 239 proyek tetapi tidak sama hal nya dengan nilai investasinya yang justru merosot, kemudian pada tahun 2009 investasi kembali meningkat menjadi Rp37.799,8 milyar diikuti dengan peningkatan proyek investasi menjadi 249 proyek. Setelah tahun 2009 keadaan investasi semakin membaik selama 5 tahun terakhir yakni tahun 2010 sampai tahun 2014, dengan ditandai oleh besarnya investasi dan proyek investai yang hampir selalu meningkat. Tahun 2010 proyek investasi sebesar 875 dengan total investasinya Rp60,626,3 milyar. Diikuti kenaikan proyek investasi sebesar 50 pada tahun 2011 yaitu 1313 proyek dengan total investasi yang hanya naik sekitar 15 yaitu Rp76.000,7 milyar. Kemudian pada tahun 2012 proyek investasi menurun sebesar 1210 tetapi total investasinya meningkat sebesar Rp92.182,0 milyar. Selanjutnya tahun 2013 proyek investasi menin gkat tajam yakni 2129 dan investasi mencapai Rp128,150,6 milyar. Tahun 2014 ini investasi sebesar Rp156.126,2 milyar dengan jumlah proyek sebesar 2392 proyek investasi. Dapat dilihat perkembangan nilai investasi dan proyek investasi di Indonesia yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor makro ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman modal, baik dalam bentuk penanaman modal dalam negeri PMDN maupun penanaman modal asing PMA membutuhkan daya tarik daerah dan negara dan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Menurut Tambunan 2006:58 terdapat sejumlah faktor yang sangat berpengaruh pada baik tidaknya iklim berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut tidak hanya menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan, berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja termasuk isu-isu perburuhan, regulasi dan perpajakan, birokrasi dalam waktu dan biaya yang diciptakan, masalah good governance termasuk korupsi, konsistensi serta adanya kepastian dari kebijakan pemerintah. Secara sederhana, kurs mata uang asing atau biasa disebut kurs valuta asing adalah rasio nilai antara suatu mata uang dengan mata uang lainnya. Artinya kurs menunjukkan perbandingan nilai antara dua mata uang yang berbeda. Shikawa 1994, mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia membuat kebijakan suku bunga yang tinggi untuk menstabilkan perekonomian Indonesia yang terpuruk akibat krisis moneter pada pertengahan 1997. Pada saat itu rupiah merosot sangat drastis dari level semula Rp2.300 per dollar AS pertengahan 1997 menjadi level terburuk Rp17.000 per dollar AS Januari 1998. Pada tahun 2008 Indonesia kembali mengalami krisis moneter. Nilai tukar rupiah yang mulai menguat kembali mengalami gejolak dari level Rp9.200 per dollar AS menjadi kini Rp11.000 per dollar AS. Berawal dari krisis tahun 2008 tersebut nilai tukar Rupiah melemah sampai tahun 2014. Krisis ekonomi Indonesia yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 2008 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak pada kondisi Indonesia secara umum, tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut. Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil. Untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi dalam negeri, sumber dana dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana utama agar perekonomian dan pembangunan nasional stabil. Dampak negatif dari situasi krisis yang terjadi di Indonesia terhadap kegiatan konsumsi dan investasi, ternyata telah membalikkan posisi kesenjangan tabungan dan investasi saving-investment gap dari defisit selama periode sebelum krisis 1990 – 1997 menjadi surplus setelah periode krisis 1998 – 2007. Setelah krisis tahun 1998 – 2007, celah tabungan-investasi menunjukkan angka positif, dalam kisaran 0,2 – 7,1 persen. Secara nominal, ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat potensi investasi yang belum termanfaatkan di Indonesia rata-rata setiap tahunnya sebesar Rp61,8 trilyun. Potensi investasi pada tahun 2004-2007 cenderung menunjukkan peningkatan. Fakta ini menunjukkan bahwa peningkatan investasi sesungguhnya sangat memungkinkan terutama mengingat potensi tabungan domestik yang masih berada di atas tingkat investasi. Selain itu, fakta ini juga memberikan arti bahwa persoalan investasi di Indonesia sesungguhnya bukan terletak pada faktor kurangnya pembiayaan, tetapi lebih kepada iklim investasi yang kurang mendukung pengembangan usaha. Dalam jangka panjang perekonomian suatu negara dikatakan baik apabila bertumpu pada produksi dan investasi. Investasi dalam negeri yang tinggi akan membantu meningkatkan kapasitas produksi nasional, daya saing industri, serta tabungan domestik. Selain hal tersebut persediaan sarana dan prasarana yang memadai, peraturan perundangan serta kebijakan ekonomi yang tepat dan baik diharapkan juga mampu meningkatkan nilai penanaman modal dalam negeri dapat berkembang pesat. Apalagi di tahun 2015 ini Negara ASEAN akan bertemu dengan Masyarakat Ekonomi Asean MEA, dimana investasi sangat dibebaskan diseluruh Negara ASEAN. Peluang yang baik jika Indonesia bisa memanfaatkan keadaan tersebut. Jika suatu Negara mengalami krisis ekonomi ataupun inflasi maka tingginya inflasi mengakibatkan kenaikan harga pada hampir seluruh barang yang ada di suatu negara. Kenaikan harga barang tersebut mengurungkan minat investor untuk berinvestasi di dalam negeri, karena investor merasa lebih terjamin untuk berinvestasi pada saat tingkat inflasi cenderung rendah dan stabil. Hal tersebut yang dikhawatirkan terjadi jika kesempatan investasi dikuasai Negara lain, maka Negara Indonesia akan terpuruk dan hanya melihat tanpa mendapatkan hasil. Untuk melihat perkembangan investasi dalam negeri tersebut perlu juga diteliti faktor-faktornya. Faktor-faktor yang digunakan peneliti dalam melihat investasi dalam negeri adalah tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia, tingkat suku bunga dan nilai tukar Rupiah karena faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap investasi dalam negeri.

B. Batasan Masalah

1. Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukarkurs dalam penelitian ini adalah laporan data time series dari tahun 1994 sampai tahun 2014. Pengambilan data Tahun 1994 dikarenakan pada tahun tersebut merupakan pra krisis hebat yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Perekonomian yang mulai stabil pada tahun-tahun berikutnya kembali tersandung krisis pada tahun 2008. Dan perekonomian sampai tahun 2014 masih fluktuatif. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh laju inflasi terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014? 2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014? 3. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh laju inflasi terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014. 2. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014. 3. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Bagi Masyarakat : Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan investasi dalam negeri dengan cara pengembangan UMKM. 2 Bagi Penulis : Bagi penulis penelitian ini digunakan untuk mengimplementasikan atau menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan. 3 Bagi Peneliti Selanjutnya : Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian serupa maupun lanjutan di bidang Investasi.