Deskripsi Data Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.
1999 16286.7
2.01 22.93
7100 2000
92410.4 9.4
16.6 9595
2001 58816
12.55 17.9
10400 2002
25307.6 10.03
17.82 8940
2003 48484.8
5.16 15.68
8465 2004
37140.4 6.4
14.05 9290
2005 30665
17.11 15.66
9830 2006
20788.4 6.6
15.1 9020
2007 34979.7
6.59 13.01
9419 2008
20363.4 11.06
14.4 10850
2009 37799.9
2.78 12.96
9400 2010
60626.3 6.96
12.28 8991
2011 76000.7
3.79 12.04
9068 2012
92182 4.3
11.27 9670
2013 128150.6
8.38 11.82
12189 2014
156126.2 8.36
12.36 12440
MEAN
48284.69048 13.98333
15.41048 8296.81
Sumber: data primer dari BPS dan Bank Indonesia data diperoleh 2015 Keterangan :
Y = PMDN Milyar Rupiah per tahun
X
1
= Inflasi Persen per tahun X
2
= Suku Bunga Kredit Persen per tahun X
3
= Kurs Rupiah
Grafik 5.1 Penanaman Modal Dalam Negeri
Pada tabel dan grafik diatas dapat dilihat perkembangan realisasi PMDN di Indonesia stabil pada tahun 1994-1999 dan mengalami fluktuasi pada periode setelah
krisis. Pertumbuhan PMDN yang cenderung meningkat tiap tahunnya pada periode 1995-1997 dari Rp11.312,5 milyar menjadi Rp18.628,8 milyar. Pada tahun 2000,
PMDN meningkat tajam sebesar Rp92.410,4 milyar. Setelah tahun tersebut mengalami perubahan menjadi trend negatif. Karena tingginya inflasi pada tahun
1997 menurunkan minat investor sehingga nilai PMDN terus mengalami penurunan pada tahun-tahun setelah krisis dari nilai Rp16.512,5 milyar menjadi Rp18.628.8
milyar. Pasca krisis moneter 1997, perkembangan realisasi PMDN pada tahun 2003 mengalami trend penurunan, yakni merosot dari Rp48.484,8 milyar menjadi
Rp37.140,4 milyar. Trend penurunan tersebut mencapai 30 persen pertahunnya dan
50000 100000
150000 200000
Tahun
Y Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
sampai pada level Rp20.363,4 milyar pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2010 terjadi peningkatan investasi menjadi Rp60.626,3 milyar.
Di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat akibat krisis global, perekonomian Indonesia diperkirakan masih cukup kuat. Pertumbuhan ini didukung
oleh tetap kuatnya permintaan domestik dan investasi yang meningkat. Hal tersebut jelas terlihat pada ahun 2011 investasi Indonesia naik menjadi Rp76.000,7 milyar dan
terus mengalami kenaikan mencapai 30 persen setiap tahunnya sampai tahun 2014 mencapai Rp15.6126,2 milyar.
Grafik 5.2 Perkembangan Inflasi
Dari grafik diatas terlihat stabilnya tingkat inflasi pada tahun 1994-1996 dari angka 9,24 persen menurun menjadi 6,47 persen. Namun, imbas dari krisis moneter
yang melanda Indonesia pada tahun 1997 ditandai besarnya inflasi mencapai 77,55
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Tahun
X
1
Inflasi
persen. Selain itu tingginya Inflasi disebabkan tingginya harga barang-barang impor. Kondisi ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan investor terhadap perekonomian
Indonesia. Pada tahun 1998 tingkat inflasi berhasil ditekan oleh Bank Indonesia dari besar inflasi 77.55 persen di tahun 1998 menjadi 2,01 persen pada tahun 1999. Dan
mengalami fluktuasi pada tingkat 5-12 persen pada tahun berikutnya. Sebelum krisis tahun 2008, tanda adanya lonjakan perekonomian juga terasa
sejak tahun 2005 yang ditandai besar inflasi pada 17,11 persen. Pada tahun 2010 tingkat inflasi berhasil ditekan kembali oleh Bank Indonesia dari besar inflasi 11.06
persen di tahun 2008 menjadi 2,78 persen pada tahun 2009. Walaupun inflasi tahun 2010 sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yaitu 6,96 persen, namun inflasi di tahun
2010 jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2008. Tingginya inflasi tahun 2010 bersumber dari tekanan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga barang impor yang terus
meningkat seiring dengan penguatan nilai tukar yang semakin mereda. Laju inflasi dari 4,3 persen di tahun 2012 menjadi 8,38 dan 8,36 persen di tahun 2013 dan 2014.
Grafik 5.3 Perkembangan Suku Bunga Kredit
Suku bunga kredit bank umum merupakan acuan para investor untuk melakukan investasi. Dari grafik diatas, suku bunga kredit SBK pada tahun 1994
sampai tahun 1997 stabil pada angka 14,96 persen sampai 17,34 persen. Namun perekonomian yang bergejolak pada tahun 1997 menyebabkan pemerintah menaikkan
tingkat suku bunga menjadi 23,16 persen pada tahun 1998. Pada tahun 2000 sampai sekarang, terlihat bahwa suku bunga mengalami tren
penurunan. Mulai dari 16,6 persen pada tahun 2000 naik menjadi 17,9 persen dan 17,82 persen pada tahun 2001 sampai 2002. Kemudian dari tingkat suku bunga 17,82
turun sampai 13,01 persen pada tahun 2007. Dan naik lagi akibat krisis finansial tahun 2008 menjadi 14,4 persen. Dari tahun 2008 sampai ahun 2014 suku bunga
stabil yaitu pada angka tertinggi 12,96 pada tahun 2009 sampai pada angka terendah 11,27 pada tahun 2012. Dan saat tahun 2014 berapa pada angka 12,36 persen.
5 10
15 20
25
Tahun
X
2
Suku Bunga Kredit
Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar
Nilai tukar pada tahun 1994 masih berada pada Rp2.200, Rp2.308 pada tahun 1995, Rp2.383 pada tahun 1996, kemudian nilai tukar rupiah merosot dengan cepat dan
tajam dari rata-rata Rp2450 per dollar AS bulan Juni 1997 menjadi Rp16.500 per dollar pada bulan Juni 1998, namun berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp8.000 di awal
Mei 1999. Pasca krisis, Kurs Rupiah juga melemah pada Rp10.850 di tahun 2008 yang
pada tahun sebelumnya stabil pada Rp9.419. Hal tersebut dipengaruhi oleh intensitas krisis yang semakin membesar seiring dengan bangkrutnya bank investasi terbesar
AS Lehman Brothers, yang diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin parah di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS, Eropa, dan Jepang seperti UBS
Bank, Citibank, Merryl Lynch, dan lain sebagainya. Pada tahun 2010 nilai tukar dapat
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
Tahun
X
3
Nilai Tukar
ditekan oleh Bank Indonesia, Rupiah berhasil menguat dari Rp10.850 di tahun 2008 menjadi Rp9.400 dan kembali menguat menjadi Rp8.991 pada tahun 2010.
Namun, ditengah baiknya iklim investasi di Indonesia, Rupiah semakin terpuruk dari Rp9.068 pada tahun 2011 menjadi Rp9.670 di tahun 2012. Menurut
Bank Indonesia, pelonggaran likuiditas keuangan di kawasan Eropa dan Jepang mendorong pelemahan Rupiah yang terjadi saat ini. Pada tahun 2013 telah mencapai
level Rp12.189 dan semakin lemah pada tahun 2014 yaitu Rp12.440.