Variabel yang Mempengaruhi PMDN

Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia, ketika faktor-faktor investasi mengalami naik turun, maka penulis mengambil 3 faktor yang mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan yaitu Inflasi, Suku Bunga Kredit, dan Nilai Tukar. a Tingkatlaju inflasi Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno, 2002:223. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain Boediono, 2000:156. Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan Pohan, 2008:53. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi Nopirin, 2000:57. Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Inflasi di Indonesia sangat tinggi pada zaman Presiden Soekarno karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent jika negara memerlukan uang, maka negara tinggal mencetaknya saja. Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi, akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bias mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagan nilai Rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah maka inflasi inti masih lebih besar daripada 5 persen setahun. Tingkat inflasi dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian disuatu daerah, bila inflasi terjadi maka akan terjadi kenaikan biaya produksi barang sehingga akan mempengaruhi iklim investasi dan penanaman modal Mankiew, 2006:177. Inflasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu inflasi rendah atau ringan, inflasi moderat atau sedang dan inflasi tinggi atau serius serta hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10 setahun; inflasi sedang antara 10 - 30 setahun; berat antara 30 - 100 setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100 setahun. Inflasi yang buruk akan mendorong para pengusaha untuk melakukan kegiatan yang spekulatif, sehingga akan mengurangi investasi karena yang berkembang adalah kegiatan spekulatif. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan investasi menurun dan apabila inflasi turun maka investasi akan mengalami kenaikan atau dengan inflasi yang rendah para pengusaha berusaha untuk meningkatkan kegiatan investasi Sukirno, 1998:88. a Sumber-Sumber Penyebab Inflasi 1 Demand Pull Inflation Demand pull inflation adalah kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh adanya gangguan shock pada sisi permintaan barang dan jasa. Kenaikan permintaan barang yang tidak seimbang dengan kenaikan penawaran akan mendorong harga naik sehingga terjadi inflasi. Dalam demand pull inflation , kenaikan harga barang akhir output mendahului kenaikan harga barang input dan harga faktor produksi misalnya tingkat upah. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total aggregate demand , sedangkan produksi sudah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati keadaan kesempatan kerja penuh full employment. Dalam keadaan hampir mendekati full employment, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga juga dapat menaikkan hasil produksi atau output. Akan tetapi, bila keadaan full employment telah tercapai, penambahan permintaan tidak akan menambah jumlah produksi melainkan hanya akan menaikkan harga saja sehingga sering disebut dengan inflasi murni. 2 Supply Side Inflation Berbeda dengan demand pull inflation, cost push inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan shock dari sisi penawaran barang dan jasa atau yang biasa juga disebut dengan supply side inflation, biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang disertai oleh turunnya produksi atau output. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan penawaran total aggregate supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kurva 2.1 Kurva Supply Side Inflation P 1 E 1 E P Perubahan ini digambarkan dari pergeseran kurva penawaran ke kiri, sehingga dengan aggregate demand yang tetap, maka keseimbangan pasar berubah E0 ke E1 dengan disertai peningkatan harga P0 ke P1 dan tingkat output Y yang lebih rendah daripada tingkat full employment. Faktor lain yang menyebabkan perubahan aggregate supply antara lain dapat berupa terjadinya kenaikan tingkat upah wage cost-push inflation, harga barang di dalam negeri dan harga barang impor atau karena kekakuan struktural. Kekakuan struktural sendiri terjadi karena anggapan bahwa sumber daya ekonomi tidak dapat dengan cepat diubah pemanfaatannya dan juga bahwa upah dan tingkat harga mudah naik tapi sukar untuk turun kembali rigidity of price . Dengan asumsi ini, bila terjadi perubahan pola permintaan dan biaya, maka mobilitas sumber daya dari sektor yang kurang berkembang ke sektor yang berkembang akan sulit sekali, sehingga suatu sektor yang kurang berkembang akan terjadi idle capacity, sedangkan sektor yang berkembang akan kekurangan sumber daya. Dan hal ini justru mendorong meningkatnya harga pada sektor yang berkembang. Kekakuan di sektor yang lemah dan kenaikan harga di sektor yang berkembang menyebabkan inflasi. 3 Demand Supply Inflation Peningkatan permintaan total aggregate demand menyebabkan kenaikan harga yang selanjutnya diikuti oleh penurunan penawaran total aggregate supply sehingga menyebabkan kenaikan harga yang lebih tinggi lagi. Interaksi antara bertambahnya permintaan total dan berkurangnya penawaran total yang mendorong kenaikan harga ini merupakan akibat adanya ekspektasi bahwa tingkat harga dan tingkat upah akan meningkat atau dapat juga karena adanya inertia dari inflasi di masa lalu. b Tingkat Suku bunga Kredit Tingkat suku bunga interest rate merupakan salah satu variabel ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang memiliki dampak langsung terhadap kondisi perekonomian. Berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan investasi terkait erat dengan kondisi tingkat suku. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi loanable funds. Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung Boediono, 1994 :76 Apabila dalam suatu perekonomian ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya, maka kelebihan pendapatan akan dialokasikan atau digunakan untuk menabung. Penawaran akan loanable funds dibentuk atau diperoleh dari jumlah seluruh tabungan masyarakat pada periode tertentu. Di lain pihak dalam periode yang sama anggota masyarakat yang membutuhkan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Menurut Marshall Principle : ”bunga selaku harga yang harus dibayar untuk penggunaan modal di semua pasar, cenderung ke arah keseimbangan, sehingga modal seluruhnya di pasar itu menurut tingkat bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada tingkat itu”. Tingkat bunga ditetapkan pada titik dimana tabungan yang mewakili penawaran modal baru adalah sama dengan permintaannya. Suku bunga tidak hanya dipengaruhi perubahan preferensi para pelaku ekonomi dalam hal pinjaman dan pemberian pinjaman tetapi dipengaruhi perubahan daya beli uang, suku bunga pasar atau suku bunga yang berlaku berubah dari waktu ke waktu. Tidak jarang bank-bank menetapkan suku bunga terselubung, yaitu suku bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang di informasikan secara resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung daripada memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif atau menyimpannya dalam bentuk kas dirumah. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga. c Nilai tukar Rupiah Nilai tukar Rupiah menurut para ahli sebagai berikut; Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nlai tukar riil. Nilai tukar nominal nominal exchange rate adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil real exchange rate adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain Mankiw, 2006:243. Nilai tukar valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintan dan penawaran valuta asing. Permintan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri impor, diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan ìkuatî apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit surplus neraca pembayaran, sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayaranya mengalami defisit, atau bisa dikatakan jika permintan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing Nopirin, 2000:90. Menurut Sukirno 2002 Besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Nilai tukar mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu Negara mengalami perubahan, maka biasanya dikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, di mana masing- masing negara mengunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank central terhadap pasar uang. Nilai tukar yang lazim disebut nilai tukar, mempunyai peran penting dalam rangka stabiltas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabiltas nilai tukar, bank central pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memilki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga- harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan mengunakan rumus di bawah ini: Di mana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P adalah tingkat harga di luar negeri. Nilai tukar inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Turunya nilai tukar menurunkan kemampuan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, salah satu dampaknya terhadap impor.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah: Y = α + + + + ε Dimana : Y = Investasi dalam negeri = Laju Inflasi = Tingkat Suku Bunga = Nilai Tukar Rupiah

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

a. Hubungan Investasi dengan Inflasi

LAJU INFLASI TINGKAT SUKU BUNGA NILAI TUKAR RUPIAH INVESTASI DALAM NEGERI Hubungan antara inflasi dengan investasi adalah negatif. Tingginya inflasi disuatu negara, mengakibatkan penawaran uang atau money supply meningkat, kemudian diikuti dengan tingginya suku bunga, dengan suku bunga yang cenderung tinggi maka investasi akan turun. Tingginya inflasi juga menyebabkan daya beli pada masyarakat menurun yang kemudian menyebabkan berkurangnya pengembalian atau keuntungan investasi, sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Seorang investor akan cenderung untuk melakukan investasi apabila tingkat inflasi di suatu negara adalah stabil atau rendah. Hal ini dikarenakan dengan adanya kestabilan dalam tingkat inflasi, maka tingkat harga barang-barang secara umum tidak akan mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan.

b. Hubungan Investasi dengan Tingkat Suku Bunga

Suku bunga yang dipakai dalam penelitian ini adalah suku bunga kredit. Hubungan tingkat suku bunga kredit dengan investasi adalah negatif. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi investasi. Fluktuasi tingkat suku bunga menjadi pertimbangan bagi investor. Apabila tingkat suku bunga lebih rendah dari yang diharapkannya, maka seseorang akan memilih menginvestasikan uangnya daripada menyimpan uangnya di Bank ataupun meminjamkan uangnya kepada orang lain.

c. Hubungan Investasi dengan Nilai Tukar