16
1. Kepentingan atau interes dan nilai-nilai
Kepentingan dalam penulisan sejarah sangat ditentukan oleh tujuan dari penulisan sejarah tersebut. Dalam penulisan sejarah tersebut, berbagai kepentingan
muncul, baik yang bersifat pribadi, kelompok, maupun secara formal negara. Misalnya dalam penulisan sejarah sebagai mata pelajaran di sekolah, maka
sangat menonjol kepentingan negara. Pengajaran sejarah di sekolah memiliki misi untuk membangun semangat kebangsaan. Oleh karena itu, penulisan sejarah
buku ajar harus mengandung nilai-nilai kebangsaan. Peristiwa-peristiwa yang ditulis diseleksi dan dipilih untuk kepentingan penanaman nilai-nilai kebangsaan.
Mungkin saja suatu peristiwa yang ditulis dalam buku pelajaran sejarah sekolah berbeda dengan hasil-hasil penelitian sejarah yang baru. Buku teks pelajaran
sejarah tidak mencantumkan fakta sejarah berdasarkan hasil penelitian yang baru apabila fakta yang ditemukan tersebut bertentangan dengan kepentingan
pengajaran sejarah di sekolah. Begitu pula halnya dalam penulisan sejarah yang diwarnai oleh kepentingan individu. Seorang tokoh akan menulis sejarah
dirinya atau biografinya dengan tujuan untuk menonjolkan peran-peran yang ia lakukan. Dia melihat sejarah yang ada tidak mencantumkan dirinya.
Berbagai latar belakang kepentingan akan muncul dalam penulisan sejarah yang memiliki kepentingan kelompok. Penulisan sejarah daerah biasanya lebih
mementingkan pada aspek-aspek penting di daerah tersebut. Daerah bisa dalam bentuk kota, kabupaten, dan provinsi. Misalnya sejarah daerah Jawa
Barat, penulisan sejarah seperti ini akan mementingkan hal-hal penting dari sejarah yang ada di Jawa Barat, yang etnisnya sebagian besar suku Sunda.
Kepentingan agama misalnya penulisan sejarah perkembangan mesjid-mesjid di Indonesia, bagaimana perkembangan agama Islam melalui perkembangan
mesjid. Sejarah profesi misalnya sejarah perkembangan profesi guru, bagaimana peran-peran penting yang dilakukan oleh guru sebagai figur yang terlibat
langsung dalam pendidikan.
Subjektivitas ditentukan pula oleh nilai-nilai yang dimiliki penulis sejarah. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, keyakinan, moral, etika,
dan lain-lain. Agama yang dianut oleh seorang penulis dapat menjadi sumber nilai dalam penulisan sejarah. Misalnya seorang penulis sejarah yang memiliki
kegiatan aktif dalam kegiatan dakwah sebuah organisasi Islam, dia akan menulis sejarah organisasi yang ia masuki dengan penuh penilaian yang positif terhadap
organisasi tersebut. Dia akan menggambarkan sejarah organisasinya sebagai sebuah organisasi yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam mengembangkan
dakwah Islam. Dengan demikian, pendekatan nilai-nilai keagamaan terdapat dalam penulisan sejarah tersebut.
Di unduh dari : Bukupaket.com
17
Gambar 1.2 Buku berjudul Renungan dan Perjuangan merupakan
contoh Sejarah sebagai kisah perjuangan Sutan Syahrir
Sumber: Koleksi penulis, 2006
Kisah perjuangan yang ditulis oleh seorang purnawirawan tentang perlawanan bangsa Indonesia dalam menghadapi Belanda, akan diwarnai dengan nilai-
nilai nasionalisme yang tinggi. Cerita tentang bagaimana heroismenya para pejuang dalam menghadapi penjajahan. Para pejuang digambarkan sebagai
orang-orang yang berperang dalam rangka membela kebenaran. Belanda atau penjajah digambarkan sebagai pihak yang tidak terpuji karena menjajah itu
bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan, sedangkan para pejuang berada pada pihak yang benar.
Seorang pejuang yang terlibat langsung dalam perang melawan Belanda akan menuturkan kisah perjuangannya dengan penuh semangat. Dia akan
menuturkan bahwa perjuangan yang ia lakukan bersifat tanpa pamrih. Rela berkorban dan semangat nasionalisme sangat mewarnai perjuangan yang ia
lakukan. Kisah perjuangannya penuh dengan nilai-nilai berupa semangat rela berkorban yang tinggi, mementingkan kepentingan bersama, tidak mementingkan
kepentingan pribadi, bahkan jiwa dan raga sebagai taruhannya dalam berjuang.
2. Kelompok sosialnya