18 kabar atau majalahnya. Begitu pula, ada guru yang menulis sejarah untuk
kepentingan pengajaran sekolahnya. Setiap kelompok sosial tersebut kemungkinan akan berbeda dalam
memberikan interpretasi terhadap sejarah yang ditulisnya. Seorang sejarawan, akan menulis sejarah dengan menggunakan kaidah-kaidah akademik dari ilmu
sejarah. Langkah-langkah penelitian sejarah sebagai salah satu dari disiplin ilmu pengetahuan akan digunakan oleh sejarawan dalam menulis sejarah. Dalam
hal ini, sejarah menjadi suatu tulisan ilmiah. Kepentingannya adalah untuk lingkungan akademik, misalnya di perguruan tinggi.
Profesi guru sebagai pendidik akan menampilkan penulisan sejarah untuk kepentingan nilai-nilai kependidikan. Hal ini dapat kita lihat dalam buku-
buku pelajaran sejarah yang ada di sekolah. Peristiwa sejarah yang ditampilkan bukan untuk kepentingan akademik yang bersifat ilmiah, tetapi ditujukan untuk
kepentingan nilai-nilai kependidikan yang bersifat praktis.
Walaupun buku sejarah di sekolah ditujukan untuk kepentingan nilai- nilai kependidikan, tidaklah berarti mengabaikan aspek ilmiah dari buku tersebut.
Hanya kadar ilmiah yang ditampilkan tidak sederajat dengan di perguruan tinggi. Keilmiahan tetap harus ditampilkan dalam mengungkap sumber sejarah
yang merupakan sumber pengetahuan sejarah. Misalnya dalam menulis perjuangan bangsa Indonesia ketika melawan Belanda, harus ada sumber yang mengungkap
siapa yang berjuang, di mana perjuangannya, kapan peristiwa itu terjadi dan lain-lainnya. Adapun nilai-nilai kependidikan yang dapat diinterpretasikan
dari peristiwa tersebut misalnya semangat kebangsaan dalam menentang penjajahan.
Begitu pula halnya penulisan sejarah yang dilakukan oleh seorang wartawan. Wartawan dalam menulis sejarah akan diwarnai oleh gaya bahasanya sebagai
seorang jurnalis. Tulisan sejarah seorang wartawan biasanya akan layak dibaca oleh masyarakat umum. Misalnya dalam menulis biografi seorang tokoh, seorang
wartawan berusaha agar tokoh tersebut dapat dikenal oleh khalayak umum.
3. Perbendaharaan pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh terhadap hasil karya tulis sejarah yang ditulisnya. Profesi yang dimiliki oleh seseorang
dapat menjadi ukuran seberapa jauh pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan tersebut dapat berupa pengetahuan fakta maupun pengetahuan dari ilmu
pengetahuan. Penulis yang memiliki pengetahuan fakta yang banyak, maka cerita sejarahnya akan lebih lengkap, mendetail, dan memberikan informasi
yang lebih banyak.
Penutur lisan pun akan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya ketika ia menuturkan kisah sejarah. Kisah sejarah akan memiliki perbedaan
Di unduh dari : Bukupaket.com
19 antara seorang penutur yang mengalami langsung peristiwa tersebut dengan
yang tidak langsung menyaksikannya. Seorang saksi yang melihat suatu peristiwa sejarah akan memiliki pengetahuan fakta yang lebih banyak dibanding dengan
orang yang tidak terlibat langsung, walaupun orang tersebut mengetahuinya. Misalnya, apabila kita menanyakan kepada seorang mantan prajurit pada
masa perang dengan Belanda, maka ceritanya akan lebih lengkap. Dia akan menceritakan bagaimana strategi yang dilakukan agar tidak diketahui oleh
Belanda, bagaimana sikap masyarakat yang membantu para pejuang, berapa orang yang ikut terlibat, dan pengetahuan-pengetahuan fakta lainnya. Lain
halnya kalau kita menanyakan kisah perjuangan kepada seorang petani. Mungkin petani itu tahu adanya serangan Belanda ke daerahnya, akan tetapi pada
saat itu ia tidak melakukan tindakan membalas serangan Belanda sebagaimana yang dilakukan oleh prajurit. Ketika peristiwa itu terjadi, mungkin petani
tersebut mengungsi sehingga informasi tentang perjuangan melawan Belanda sangat terbatas.
Sebagaimana telah dikemukakan, pengetahuan dalam ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi dalam hal penuturan kisah sejarah. Seorang yang memiliki
ilmu pengetahuan sejarah akan berbeda dengan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan sejarah. Sejarawan akan kaya dengan pendekatan penulisan,
dibandingkan dengan seorang guru, sehingga karya sejarahnya pun akan memberikan interpretasi yang berbeda.
Seorang penulis sejarah yang berasal dari kalangan sejarawan atau orang yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu sejarah, akan memiliki perbedaan
dalam mengisahkan sejarah dengan orang yang bukan sejarawan atau tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu sejarah. Dalam mengisahkan suatu
peristiwa sejarah, seorang sejarawan atau orang yang memiliki latar belakang pendidikan sejarah, akan menggunakan analisis berdasarkan pada metodologi
dan teori yang digunakannya. Bukan hanya sekedar cerita yang bersifat naratif atau hanya menyajikan rentetan waktu dan peristiwa. Sejarah pada dasarnya
adalah sejarah masyarakat, maka sejarawan akan melihat masyarakat sebagai suatu struktur. Dalam konteks waktu bagaimana struktur itu berubah. Misalnya
bagaimana perubahan yang terjadi pada masyarakat dalam suatu desa dari tahun 1970-1980 ketika munculnya industrialisasi dalam bentuk dibangunnya
pabrik-pabrik di daerah desa tersebut? Apakah masyarakat berubah pekerjaan dari petani menjadi tukang ojek; dari petani menjadi kuli bangunan atau dari
petani menjadi buruh pabrik?
Lain halnya kalau sejarah dikisahkan oleh orang yang bukan seorang sejarawan. Kisah sejarah lebih banyak berupa cerita yang sebatas pada rentetan
waktu dan peristiwa. Seleksi terhadap fakta-fakta sejarah tidak bersifat analisis. Kisah cerita sejarah lebih banyak menampilkan apa yang terjadi, siapa tokohnya,
kapan peristiwa itu terjadi, dan di mana peristiwa itu terjadi. Bahkan kalau
Di unduh dari : Bukupaket.com
20 sejarah itu bercerita tentang seseorang pada masa lalunya, ada kesan bahwa
orang tersebut melakukan suatu tindakan yang benar, tidak ada kesalahannya. Penulisan sejarah yang seperti inilah yang biasanya menimbulkan kontroversial
di kalangan masyarakat. Kritik terhadap sumber yang bersifat analitis tidak banyak dilakukan. Kebenaran bukan didasarkan pada sumber atau faktanya,
tetapi lebih pada cerita yang dikisahkannya atau sering dikatakan retorikanya.
4. Kemampuan berbahasa