164
Gambar 5.5 Obelisk
Sumber: http:images.google.co.id
d. Kuil
Untuk pemujaan terhadap dewa Amon-Ra, dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
4. Sistem kepercayaan
Masyarakat Mesir Kuno menyembah beberapa dewa politheisme yaitu sebagai berikut.
a. Dewa matahari yang disebut Amon Mesir Selatan dan Ra Mesir Utara.
Namun pada perkembangannya dewa matahari itu disebut Amon-Ra. b.
Dewa peradilan di akhirat yaitu Dewa Osiris. c.
Dewa Sungai Nil, yaitu Dewi Horus yang merupakan dewa kecantikan Dewi Isis.
d. Dewa Anubis, yaitu dewa kematian.
e. Dewa Aris sebagai dewa kesuburan.
Masyarakat Mesir Kuno sudah mempercayai tentang kehidupan sesudah mati. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya mumi. Di balik mumi
terkandung kepercayaan bangsa Mesir Kuno tentang kehidupan setelah mati. Masyarakat Mesir Kuno berkeyakinan bahwa selama jasadnya masih
utuh, maka dia akan tetap hidup. Oleh karena itu, masyarakat berusaha untuk mengawetkan mayat agar dia tetap hidup abadi. Alasan masyarakat
membuat mumi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindar dari kehendak dewa maut. Tetapi tidak semua masyarakat Mesir mayatnya diawetkan,
biasanya mereka yang yang diawetkan adalah para bangsawan dan raja.
Di unduh dari : Bukupaket.com
165 Mayat-mayat yang diawetkan itu disimpan di dalam piramida. Wujud kepercayaan
yang berkembang di Mesir didasarkan pada pemahaman sebagai berikut: 1.
Penyembahan terhadap dewa berangkat dari idegagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
2. Dewa yang disembah adalah dewadewi yang menakutkan seperti Dewa
Anubis atau yang memberi sumber kehidupan. Dengan taat menyembah pada dewa, masyarakat Lembah Sungai Nil mengharap jangan menjadi
sasaran maut.
Gambar 5.6 Raja Firaun yang telah dibuat Mummy
Sumber: http:images.google.co.id
5. Masyarakat
Masyarakat Mesir Kuno terdiri atas beberapa lapisan masyarakat. Lapisan pertama terdiri atas para bangsawan, raja, dan pendeta mempunyai
hak-hak istimewa. Golongan kedua yaitu masyarakat kelas menengah yang umumnya terdiri atas pedagang kaya dan pemilik tanah, dan lapisan ketiga
terdiri atas rakyat biasa, yaitu para petani dan buruh serta budak. Dengan demikian, sebutan Mesir merupakan berkah Sungai Nil tidak sepenuhnya
dapat dinikmati oleh rakyat Mesir, karena rakyat kecil kekayaannya banyak habis untuk membayar pajak.
Lembah Sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air Sungai Nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air,
terusan-terusan, dan waduk. Air sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk keperluan irigasi, dibuatlah
organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir yaitu gandum, sekoi atau jamawut, dan jelai
yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung.
Kegiatan 5.1
Buatlah dalam bentuk tabel benda-benda yang dihasilkan dari kebudayaan Sungai Nil dan sebutkan fungsi dari benda-benda tersebut.
Di unduh dari : Bukupaket.com
166
B. PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS