78 adanya bangunan Candi Borobudur yang sangat menakjubkan. Secara akal
pembangunan Candi Borobudur dapat dijelaskan, misalnya bangunan tersebut dibuat oleh manusia biasa dengan menggunakan teknik-teknik tertentu sehingga
terciptalah sebuah bangunan yang megah. Janganlah kita menjelaskan bahwa Borobudur dibangun dengan menggunakan kekuatan-kekuatan di luar manusia,
misalnya jin, sihir, setan, atau jenis makhluk-makhluk lainnya. Kalau penjelasan seperti ini, maka sejarah bukanlah sebagai ilmu pengetahuan.
Empiris artinya ilmu itu berdasarkan kenyataan. Kenyataan yang dimaksud di sini yaitu berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi
atau wujud fisik. Empiris dalam sejarah yaitu sejarah memiliki sumber sejarah yang merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah. Misalnya kalau kita bercerita
tentang terjadinya Perang, maka perang itu benar-benar ada berdasarkan bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan yang ditemukannya. Kemungkinan
masih adanya saksi yang masih hidup, adanya laporan-laporan tertulis, adanya tempat yang dijadikan pertempuran, dan bukti-bukti lainnya. Dengan demikian,
cerita sejarah merupakan cerita yang memang-memang empiris, artinya benar- benar terjadi. Kalau cerita tidak berdasarkan bukti, bukan sejarah namanya,
tetapi dongeng yang bersifat fiktif.
Sementara artinya kebenaran ilmu pengetahuan itu tidak mutlak seperti halnya kebenaran dalam agama. Kemutlakan kebenaran agama misalkan dikatakan
bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang berbeda dengan makhluknya. Ungkapan ini tidak dapat dibantah harus diyakini atau diimani oleh manusia.
Lain halnya dengan ilmu pengetahuan, kebenarannya bersifat sementara, artinya dapat dibantah apabila ditemukan teori-teori atau bukti-bukti yang baru. Dalam
sejarah, kesementaraan ini dapat dalam bentuk perbedaan penafsiran terhadap suatu peristiwa. Perbedaan ini dapat diterima selama didukung oleh bukti
yang akurat. Kesementaraan inilah yang membuat ilmu pengetahuan itu berkembang terus.
Sejarah sebagai ilmu memiliki metode atau langkah-langkah dalam penelitiannya. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah yaitu sebagai berikut.
1. Pemilihan topik
Sebelum melakukan penelitian sejarah, langkah pertama yang harus dilakukan ialah menetapkan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti haruslah merupakan
topik yang layak untuk dijadikan penelitian dan bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian sebelumnya. Kelayakan topik penelitian sejarah
dapat dilihat dari ketersediaan sumber yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian. Jangan sampai kita menetapkan topik yang menarik untuk
diteliti, tetapi sumbernya ternyata tidak ada. Berbeda dengan penelitian ilmu pengetahuan lainnya, penelitian sejarah sangat bergantung pada ketersediaan
Di unduh dari : Bukupaket.com
79 sumber. Jadi, topik yang diteliti harus merupakan hal yang baru dan diharapkan
dapat memberikan informasi yang baru atau ditemukan suatu teori baru. Pemilihan topik ini penting agar penelitian sejarah lebih terarah dan terfokus
pada masalah yang akan diteliti. Untuk mengarahkan masalah yang akan diteliti dalam topik tersebut, sebaiknya kita ajukan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan
yang akan menjadi masalah yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi sebagai berikut ini.
Pertama apa what yang akan kita teliti, apakah kita akan meneliti aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, keluarga, militer, dan lain-lain. Pertanyaan
tentang apa, lebih melihat pada aspek-aspek yang akan kita teliti. Misalnya kita ingin membuat sejarah desa kita, maka apanya yang ingin kita lihat dari
desa tersebut, apakah ekonominya, sosialnya, politiknya, budayanya, dan aspek-aspek lainnya.
Kedua, yaitu siapa who yang akan diteliti. Dalam menulis sejarah desa misalnya, kita harus menetapkan siapa-siapa saja yang akan kita teliti, atau
kelompok-kelompok sosial mana yang akan diteliti, apakah para tokohnya, masyarakat petani, masyarakat pengrajin, aparat desanya, kaum wanitanya,
dan lain-lain. Kalau kita ingin meneliti bagaimana perkembangan sosial ekonomi suatu desa, maka salah satu komponen yang harus kita teliti yaitu kaum petani
dan pengrajin dari desa tersebut. Pengrajin dan petani ini perlu kita teliti karena kelompok inilah yang berhubungan langsung dengan kehidupan ekonomi.
Kita bisa melihat berapa jumlah petani dan pengrajin di desa tersebut, berapa pendapatannya, bagaimana cara mereka bekerja, berapa jumlah produksi
yang dihasilkannya, dan lain-lainnya.
Ketiga, pertanyaan yang diajukan yaitu di mana where yang akan kita teliti. Pertanyaan ini merupakan aspek spasial atau keruangan yang menjadi
ciri dari disiplin ilmu sejarah. Spasial dapat berupa tempat atau geografis yang akan diteliti. Apakah kita akan meneliti kota atau desa, atau wilayah
yang bersifat administratif seperti desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Kalau kita meneliti geografis desa, maka harus jelas batasan geografis
desa yang kita teliti.
Keempat, yang diajukan adalah kapan when. Maksud dari pertanyaan ini adalah menyangkut aspek batasan waktu atau periodisasi yang akan dijadikan
objek penelitiannya. Salah satu ciri penting dari ilmu sejarah adalah adanya konteks waktu. Misalnya perubahan sosial desa 1950-1955. Penetapan angka
tahun ini harus memiliki pertimbangan-pertimbangan yang bersifat akademis, misalnya karena pada tahun tersebut merupakan awal dari perubahan sampai
dengan tahun menurunnya perubahan-perubahan penting. Perubahan tersebut bisa dalam konteks sosial, ekonomi, politik, dan konteks lainnya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
80 Kelima, pertanyaan berikutnya yaitu mengapa why. Pertanyaan ini
lebih bersifat analitis dan mendalam. Dengan contoh tema penulisan tentang perubahan sosial desa 1950-1955, pertanyaan mengapa dapat menyangkut
mengapa pada tahun tersebut terjadi perubahan sosial? Perubahan sosial ini bisa dilihat dari berbagai ciri, misalkan status pekerjaan, pemilikan tanah,
pendidikan, dan lain-lain. Perubahan pada status pekerjaan misalnya perubahan dari petani menjadi buruh bangunan, menjadi buruh perkebunan, menjadi
buruh pabrik, dan perubahan ke arah pekerjaan-pekerjaan lainnya. Perubahan pemilikan tanah bisa dilihat, misalnya adanya pemilikan lahan yang semakin
sempit atau pemindahan pemilikan dari penduduk setempat ke orang lain atau orang di luar desanya. Perubahan sosial dalam pendidikan, misalnya
terjadi peningkatan masyarakat yang terlibat langsung dalam pendidikan sekolah, jumlah anak yang sekolah baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah,
maupun di tingkat Perguruan Tinggi semakin meningkat.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial, misalnya akibat kebijakan-kebijakan politik pemerintah atau bisa saja merupakan
akibat terjadinya perubahan geografis atau iklim. Dari pertanyaan mengapa, dapat dicari jawaban yang lebih mendalam dengan mengajukan pertanyaan
bagaimana How perubahan itu terjadi. Pertanyaan bagaimana ini, misalnya bagaimana hubungan kebijakan politik pemerintah terhadap perubahan sosial
di pedesaan. Misalnya, kebijakan pemerintah yang mengembangkan sektor industri berakibat berdirinya pabrik-pabrik di daerah pedesaan. Sektor industri
ini kemudian memakan lahan pertanian yang ada di pedesaan. Akibatnya, penduduk yang berpenghidupan dari pertanian beralih ke sektor industri.
Akibat perubahan iklim, misalnya terjadi musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga para petani berpindah pekerjaan dari mengerjakan atau menggarap
sawah, menjadi buruh bangunan di kota.
Pertanyaan-pertanyaan di atas amatlah penting dalam menetapkan topik penelitian. Fungsi dari pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengarahkan
ketika kita mencari sumber-sumber yang akan dijadikan data penelitian. Misalnya kita ingin melihat bagaimana perubahan sosial yang dicirikan dengan perubahan
status pekerjaan, maka kita harus mencari apa saja pekerjaan masyarakat pedesaan tersebut, berapa jumlahnya, apa saja produk yang dihasilkan, dan
berapa jumlah pendapatan mereka selama kurun waktu yang telah kita tentukan.
2. Pengumpulan sumber