140
Gambar 4.19 Batu Gajah, di punggung penunggangnya kiri atas nampak sebuah nekara
yang diikat dengan tali
Sumber: Lukisan Sejarah, halaman 8
3. Masa perundagian
Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari
bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga
menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.
Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-
orang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan
persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada
zaman perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.
a. Sistem sosial-ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan
barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-orang tertentu yang
memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat dan pemilik,
tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal sistem kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma-
norma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka
Di unduh dari : Bukupaket.com
141 sendiri, disepakati dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya.
Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan, pada masa ini sudah ada pemimpin dan ada masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan
ada kalau dilihat dari penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan yang ada terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai bekal bagi mayat.
Model kuburan ini diperkirakan hanya untuk para pemimpin.
Sistem mata pencaharian pada masa perundagian sudah mengalami kemajuan. Keterikatan terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan
oleh alam mulai berkurang. Mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma
sudah mulai berubah menjadi bertani dengan bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma dengan bersawah. Dalam bertani berhuma ada
kebiasaan meninggalkan tempat olahannya, apabila tanahnya sudah tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak menetap secara permanen. Sedangkan
dalam bertani bersawah tidak lagi berpindah, mereka tinggal secara permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah pertanian sudah menggunakan pupuk
yang membantu kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya. Bukti adanya kehidupan bersawah yaitu
dengan ditemukannya alat-alat pertanian dari logam, seperti bajak, pisau, dan alat-alat yang lainnya.
b. Benda-benda yang dihasilkan
Benda-benda yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan dalam hal teknik pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang
utama adalah melebur, yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik pencetakan logam yaitu bivolve dan a cire
perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian
kadang-kadang lebih, khususnya untuk benda-benda besar diikat. Ke dalam rongga cetakan itu dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu
dibuka setelah logamnya mengering.
Teknik a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan
tersebut kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang berisi lilin itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah
dibuat. Maka terjadilah benda tanah liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam
dingin, cetakan tanah liat dipecah dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang sesuai dengan rongga yang ada dalam
tanah liat.
Di unduh dari : Bukupaket.com
142 Pada masa perundagian dihasilkan benda-benda yang terbuat dari perunggu,
yaitu sebagai berikut.
1 Bejana
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa
pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
Gambar 4.20 Bejana perunggu dari Madura
Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 432
2 Nekara
Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias
yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar
harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara
Gambar 4.21 Nekara dari kepulauan Selayar
Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 64
Gambar 4.22 Moko dari Alor
Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 65
Di unduh dari : Bukupaket.com
143 yang bentuknya besar dan masyarakat di sana mempercayai bahwa benda
itu jatuh dari langit.Nekara tersebut disimpan di sebuah pura kuil di desa Intaran daerah Pejeng. Puranya diberi nama Pura Panataran Sasih bulan.
Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut moko. Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di Alor ini
bergambar, bentuk hiasannya ada yang merupakan hiasan jaman Majapahit.
Hubungan antarwilayah di Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara. Hal ini dapat dilihat dari
Nekara yang berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei dihiasi gambar- gambar gajah, merak, dan harimau. Sedangkan binatang yang tercantum
pada nekara tersebut tidak ada di di daerah itu. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua
Asia.
Hal yang menarik lagi ditemukannya nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah ini bergambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya
yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan adanya gambar tersebut menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan Cina. Jadi, hubungan
antara Indonesia dengan Cina sudah ada sejak zaman perunggu. .
3 Kapak corong
Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam
corong itu dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan
sepatu bentuknya. Ukuran kapak kecil itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek besar, bulat, dan panjang
sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya disebut candrasa.
Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani.
Gambar 4.23 Berbagai macam kapak corong
Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 426
Di unduh dari : Bukupaket.com
144 Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan
sebagaimana layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara,
seperti candrasa. Di Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar seekor burung terbang sambil memegang candrasa.
Gambar 4.24 Candrasa panjangnya kira-kira satu meter
Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 62
4 Perhiasan
Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan
berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Benda- benda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang
diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai
alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda
tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali.
Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan
untuk upacara, bekal orang yang meninggal disimpan dalam kuburan, dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan.
Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah
yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa
daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
Di unduh dari : Bukupaket.com
145
5 Perunggu
Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan
cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang
sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang
berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang Provinsi Riau, Lumajang, Palembang, dan Bogor.
Gambar 4.27 Arca Perunggu dari Bangkinang, Riau - Sumatera
Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 433
Gambar 4.25 Gelang dan cincin dari perunggu
ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan
Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1,
halaman 433
Gambar 4.26 Manik-manik
Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 71
Di unduh dari : Bukupaket.com
146
c. Sistem kepercayaan
Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan
masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian,
benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu.
Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini,
praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu dibekali dengan
barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya
sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang mewah.
Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan
tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya
para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa
inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada
kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.
C. KEBUDAYAAN DONGSON, SAHUYINH, DAN INDIA