84 Pertama melihat usia dari informan. Semakin tua usia informan tersebut,
kemungkinan akan semakin lupa apa yang ia ingat. Kedua, melihat peran yang dilakukan oleh informan dalam peristiwa yang diteliti. Apakah ia menyaksikan
langsung kejadian itu atau tidak. Ketiga, melakukan cek silang antara informan yang satu dengan informan yang lainnya.
4. Interpretasi
Interpretasi artinya penafsiran. Penafsiran dilakukan terhadap sumber- sumber yang ditemukan. Dalam melakukan penafsiran, peneliti sejarah melakukan
analisis sesuai dengan fokus penelitiannya. Kajian sejarah yang bersifat ilmiah, dalam penafsiran biasanya menggunakan teori-teori dari ilmu-ilmu sosial. Dengan
cara seperti ini, diharapkan penulisan sejarah akan lebih objektif dalam batas keilmiahannya. Walau demikian, penafsiran dalam sejarah tidak bisa terlepas
sama sekali dari unsur subjektivitas penulisnya. Subjektivitas terjadi disebabkan penulis sejarah memiliki pandangan tersendiri terhadap sumber yang ia temukan.
Bahkan data yang sama tidak menutup kemungkinan menimbulkan interpretasi yang berbeda. Apabila hal ini terjadi, dalam penelitian sejarah sah-sah saja
dan dibenarkan, asalkan peneliti menggunakan sumber yang valid.
Dalam melakukan penafsiran, kita harus memiliki keterampilan membaca sumber. Keterampilan yang dimaksud ini bisa berupa keterampilan dalam
menfsirkan bahasa yang digunakan oleh sumber yang ditemukan, terutama untuk sumber-sumber tertulis. Misalkan sumber itu berbahasa Belanda atau
bahasa-bahasa daerah yang kuno, misalkan bahasa Sunda Kuno atau Jawa Kuno. Apalagi bahasa-bahasa yang lama, struktur kalimatnya akan berbeda
dengan struktur kalimat bahasa yang sekarang. Bahasa Indonesia pun, mengalami perkembangan. Kalau kita membaca sumber berbahasa Indonesia yang terbit
tahun 1950-an, sudah barang tentu memiliki struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia saat sekarang.
Penafsiran sumber pada dasarnya merupakan langkah yang kita lakukan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari topik yang kita teliti. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka kita mencoba menguraikan data-data atau sumber-sumber yang sudah kita pilih atau seleksi. Misalnya,
tema penelitian Perubahan Sosial Desa Tahun 1950-1955. Dengan tema ini, maka kita akan menguraikan berbagai sumber yang menunjukkan adanya
perubahan sosial. Sumber-sumber atau data-data yang diuraikan misalnya adanya laporan tentang jumlah orang-orang yang sekolah, jenis-jenis sekolah
yang dimasuki, jenis-jenis pekerjaan penduduk dan jumlah pendapatannya, jumlah luas tanah di desa, adanya catatan tentang transaksi pembelian hasil-
hasil pertanian oleh petani dengan pedagang yang berasal dari kota, catatan rapat di desa dan kecamatan tentang penyuluhan pertanian yang akan dilakukan
Di unduh dari : Bukupaket.com
85 oleh petugas pertanian kepada petani di desa, dan laporan dari desa tentang
program pengembangan pertanian. Bagaimanakah penulis sejarah atau sejarawan memberikan penafsiran
berdasarkan contoh sumber-sumber yang ditemukan tersebut? Sumber-sumber tersebut harus dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, terutama
bisa dihubungkan dalam konteks hubungan sebab akibat atau adanya hubungan yang sangat signifikan. Berdasarkan sumber-sumber tersebut, sejarawan bisa
memberikan penafsiran bahwa di desa itu pada tahun 1950-1955 terjadi perubahan sosial. Bagaimana perubahan sosial itu bisa dilihat? Perubahan
sosial itu bisa dilihat, misalnya dengan semakin banyaknya atau meningkatnya jumlah anak-anak yang sekolah di desa itu, semakin tingginya tingkat pendidikan
masyarakat desa. Pertanyaan berikutnya ialah bagaimana bisa terjadi peningkatan jumlah anak yang sekolah dan meningkatnya jenjang pendidikan? Untuk menjawab
pertanyaan ini bisa dihubungkan dengan menafsirkan sumber yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan pada masyarakat petani. Faktor penyebab
meningkatnya pendapatan petani bisa disebabkan oleh peningkatan produksi pertanian.
Para petani dapat meningkatkan hasil produksinya, dari panen yang biasanya hanya dua kali setahun menjadi tiga kali setahun. Bahkan dalam mengelola
sawahnya petani juga menggunakan tepian-tepian sawahnya dengan menanam palawija dan jenis-jenis tanaman lainnya yang bisa dijual, sehingga bisa menambah
pendapatan petani. Mengapa produksi pertanian bisa meningkat? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka bisa dijawab dengan bukti dari sumber-sumber laporan
desa yang menunjukkan adanya program pengembangan pertanian dan notulen rapat tentang penyuluhan pertanian dari petugas pertanian kepada petani.
Berdasarkan sumber tersebut dapat ditafsirkan bahwa peningkatan produksi pertanian karena adanya intervensi langsung dari pemerintah yang melaksanakan
program pengembangan bidang pertanian.
Dalam memberikan penafsiran, biasanya sejarawan akan melihat berbagai faktor yang menjadi faktor penentu perubahan. Secara garis besar, faktor
penentu perubahan dalam sejarah dapat ditentukan oleh manusia sendiri dan faktor di luar manusia. Faktor di luar manusia misalnya lingkungan fisik atau
alam di mana manusia itu hidup, seperti iklim, tanah, dan sumber-sumber daya alam lainnya.
Interpretasi sejarah dengan melihat manusia sebagai faktor penentu perubahan dalam sejarah, bisa dilihat dari manusia sebagai individu maupun manusia
sebagai kelompok atau masyarakat. Contoh interpretasi sejarah yang melihat individu sebagai faktor penentu sejarah misalnya sejarah tentang “orang-orang
besar” atau tokoh. Dalam sejarah-sejarah yang lama, sering ditampilkan peran sentral seorang tokoh dalam sebuah peristiwa. Tokoh tersebut sangat menentukan
terjadinya sebuah peristiwa sejarah, misalnya Perang Dunia II banyak ditentukan
Di unduh dari : Bukupaket.com
86 oleh peran-peran individu yang menyebabkan perang tersebut terus berlangsung.
Tokoh-tokoh individu yang menentukan dalam Perang Dunia II misalnya Hitler dari Jerman, Musolini dari Italia, dan Kaisar Hirohito dari Jepang.
Manusia sebagai kelompok dapat ditinjau dari manusia sebagai sebuah masyarakat. Masyarakat dalam pengertian di sini bisa didefinisikan sebagai
sekumpulan individu yang terintegrasi dalam suatu struktur. Interpretasi dalam pendekatan ini dilakukan dengan melihat perubahan masyarakat secara struktur.
Misalnya dengan tema penulisan sejarah Perubahan Sosial Desa 1950-1955, perubahan struktur yang terjadi yaitu dari struktur masyarakat yang tadinya
berprofesi sebagai petani kemudian berubah menjadi buruh perkotaan.
Interpretasi sejarah dengan melihat lingkungan fisik atau alam sebagai faktor penentu dalam sejarah dapat berupa interpretasi geografis. Dalam
interpretasi model ini, kehidupan manusia sangat ditentukan oleh faktor geografis. Model seperti ini misalnya sejarah timbulnya peradaban-peradaban atau kerajaan-
kerajaan kuno. Peradaban-peradaban kuno yang lahir banyak terletak di tepian sungai, seperti peradaban Lembah Sungai Indus di India, peradaban
Cina di Lembah Sungai Huang Ho, peradaban Lembah Sungai Nil di Mesir, dan peradaban-peradaban lainnya. Mengapa peradaban-peradaban itu selalu
terletak di tepi sungai? Dengan interpretasi geografis, dapat dikatakan bahwa sungai pada waktu itu merupakan sumber kehidupan dan tempat lalu lintas,
karena pada saat itu belum ada kendaraan darat yang bermesin seperti sekarang ini. Kehidupan manusia masih banyak tergantung pada faktor alam. Pada
daerah-daerah sungai yang demikian, akan muncul sebuah masyarakat manusia. Dengan demikian, kehidupan manusia sangat ditentukan oleh faktor geografis.
Selain interpretasi geografis, terdapat pula interpretasi ekonomi. Interpretasi ekonomi artinya bahwa faktor ekonomi sangat menentukan perubahan dalam
sejarah atau kehidupan manusia. Sejarah perang misalnya, tidak hanya dilihat dari faktor politik atau peran sentral individu atau tokoh. Sebuah perang
dapat pula terjadi lebih disebabkan oleh faktor ekonomi. Misalnya perang itu terjadi disebabkan oleh adanya perebutan dari kedua negara terhadap
sumber-sumber daya alam. Kedua negara itu ingin menguasainya. Bahkan penjajahan atau imperialisme bisa dilihat dari perspektif ekonomi. Negara-
negara Barat melakukan penjajahan terhadap bangsa-bangsa Asia Afrika pada abad ke-19, lebih disebabkan oleh adanya keinginan bangsa-bangsa Barat
menguasai sumber-sumber daya alam
Subjektivitas dalam interpretasi sejarah mungkin terjadi, karena seorang penulis sejarah atau sejarawan memiliki kewenangan untuk memberikan interpretasi
terhadap sumber-sumber atau fakta-fakta yang telah ditemukannya. Walaupun demikian, seorang sejarawan harus berusaha semaksimal mungkin untuk
menghindari subjektivitas yang berlebih-lebihan, apalagi kepentingan pribadi
Di unduh dari : Bukupaket.com
87 atau golongannya yang mewarnai interpretasinya. Cara yang dilakukan untuk
menghindari subjektivitas yaitu dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang bersifat ilmiah atau menggunakan konsep-konsep atau teori-
teori, dalam menginterpretasikan sumber yang ditemukannya. Dengan cara seperti ini, diharapkan interpretasi sejarah akan lebih objektif.
5. Historiografi