Metode Penelitian Tipe Penelitian Informan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode studi kasus karena peneliti ingin menggambarkan secara detail strategi komunikasi yang dilakukan oleh individu dalam mempertahankan hubungan perkawinan serta mencari keunikan dari setiap individu. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana perbedaan penghasilan dapat terjadi pada rumah tangga informan, apakah hal tersebut terjadi pada awal atau bahkan saat pernikahan sudah berjalan. Ketika perbedaan ini terjadi pada awal pernikahan, apakah sudah ada komitmen yang disepakati oleh pasangan tersebut. Sebaliknya ketika perbedaan ini terjadi setelah perkawinan berjalan sebagai akibat dari suami tidak lagi mampu mencukupi kenutuhan rumah tangga, apakah juga ada komitmen yang dibuat oleh keduanya. Setelah komitmen disepakati, bagaimanakah kondisi perkawinan informan saat ini dan mengapa informan bertahan dengan adanya perbedaan ini. Dan yang lebih ditekankan lagi adalah bagaimana strategi komunikasi dalam mempertahankan hubungan perkawinan informan.

3.2 Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif‐deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menggali informasi lebih dalam tentang strategi yang dilakukan oleh individu dalam mempertahankan hubungan perkawinan agar hubungan pernikahannya dapat terus bertahan.

3.3 Informan

Pada penelitian ini, informan yang dipilih adalah memiliki cirri‐ciri sebagai berikut: 1. Pasangan suami‐istri, yang sama‐sama bekerja dan penghasilan istri lebih tinggi daripada penghasilan suami. Karena perbedaan penghasilan merupakan fokus penelitian, maka penelitian hanya dilakukan pada pasangan yang sama‐sama bekerja dan mendapat penghasilan. Penelitian tidak dilakukan pada kondisi hanya istri yang bekerja dan mendapat penghasilan, sedangkan suami tidak bekerja dan tidak mendapat penghasilan. Disini, perbedaan penghasilan tidak dibatasi waktu, artinya penelitian dapat dilakukan baik kepada informan yang perbedaan penghasilan terjadi sejak awal menikah, maupun perkawinan dengan perbedaan penghasilan ketika istri mulai bekerja setelah suami dinilai tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga. 2. Pemilihan informan tidak dibatasi oleh adanya faktor usia, pendidikan dan atas dasar kondisi demografis. Hal tersebut dikarenakan peneliti bukan menentukan ukuran dari faktor tersebut, melainkan menemukan faktor tersebut, agar hasil yang diperoleh dalam penelitian melalui informan dapat lebih variatif. Sehingga data tentang jumlah perceraian dari segi usia dan lain ‐lain sebagai acuan untuk menentukan informan tidak dibutuhkan. 3. Pasangan suami‐istri tersebut bertempat tinggal di Surabaya. Alasan Surabaya menjadi sasaran penelitian yakni berdasar data yang diperoleh dari pengadilan agama Surabaya, selama 2009, angka perceraian di Surabaya mencapai 3.801 kasus. Dari angka ini, 2.394 kasus diantaranya merupakan kasus perceraian karena istri yang menggugat suami, yang disebabkan kian banyaknya istri yang menjadi wanita karier dan berpenghasilan lebih tinggi dari suaminya. 4. Tidak ada usia kalender tertentu yang dapat dijadikan patokan usia perkawinan, namun semakin muda usia saat menikah maka semakin mungkin kedua pasangan terbatas tingkat pendidikannya, terbatas penghasilan yang akan diperoleh, dan terbatas juga tingkat kematangan emosional yang dapat memicu konflik demi konflik Bataviase.co.id. Namun dalam penelitian ini peneliti membatasi usia perkawinan yang dijalani informan adalah 3 tahun.

3.4 Unit Analisis

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN BIRO IKLAN WARNA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran Strategi Komunikasi Pemasaran Biro Iklan Warna (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran PT. Warna Rekakreasi Nusantara Dalam Mempertahankan Loyali

0 2 14

PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Pemasaran Biro Iklan Warna (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran PT. Warna Rekakreasi Nusantara Dalam Mempertahankan Loyalitas Pelanggan.

2 3 32

HUBUNGAN KUALITAS KOMUNIKASI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN Hubungan Kualitas Komunikasi Istri Dengan Kemampuan Mengelola Konflik Dalam Perkawinan.

0 1 18

HUBUNGAN KUALITAS KOMUNIKASI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN Hubungan Kualitas Komunikasi Istri Dengan Kemampuan Mengelola Konflik Dalam Perkawinan.

0 2 17

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN“REEBS CLOTH”DALAM MEMPERTAHANKAN MINAT BELANJA PELANGGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran “Reebs Cloth” dalam Mempertahankan Minat Belanja Pelanggan).

2 8 123

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN “COFFEE CORNER” DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN PELANGGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran “Coffee Corner” dalam Upaya Mempertahankan Pelanggan).

2 8 85

A CORRELATION BETWEEN TRAINING, PROMOTION, IMAGING AND PUBLIC INTEREST WITH INCREASE OF SALE IN PRODUCT OF “BATIK TULIS” IN LAWEYAN, SURAKARTA. | Sujanto | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 3288 7284 1 SM

0 0 10

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA MENGENAI PERBEDAAN TINGKAT PENGHASILAN di RT.29 SAMARINDA SEBERANG Cherni Rachmadani

0 0 16

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN DENGAN PERBEDAAN TINGKAT PENGHASILAN.(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan Perkawinan Dengan Perbedaan Tingkat Penghasilan).

0 0 17

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN“REEBS CLOTH”DALAM MEMPERTAHANKAN MINAT BELANJA PELANGGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran “Reebs Cloth” dalam Mempertahankan Minat Belanja Pelanggan)

0 0 17