Alasan Informan Mempertahankan Hubungan Perkawinan

4.2.2.3 Alasan Informan Mempertahankan Hubungan Perkawinan

Menurut DeVito, agar suatu hubungan dapat terus berlanjut, maka hubungan yang dijalani harus dipertahankan. Mempertahankan sebuah hubungan merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan hubungan dapat terus terjaga. DeVito kemudian menambahkan beberapa fungsi sebuah hubungan dipertahankan antara lain untuk menjaga keutuhan suatu hubungan, meningkatkan intimacy dalam hubungan serta menjaga kepuasan dalam hubungan DeVito, 2007 p. 240. Menjalani sebuah hubungan perkawinan seperti yang dilakukan oleh para informan tersebut, tentunya didasari oleh alasan‐alasan tertentu yang dapat berbeda antara hubungannya yang satu dengan yang lain, tergantung pada setiap pasangan yang terlibat didalamnya, terutama jika mengenai perbedaan penghasilan dalam berumah tangga. Adapun beberapa alasan mempertahankan hubungan perkawinan yang dikemukakan oleh para informan adalah sebagai berikut. Informan 1 Hubungan pernikahan yang dilakukan pasangan informan 1 ini memang terjadi perbedaan penghasilan, namun dalam mensiasati hal tersebut, ada beberapa pernyataan yang diutarakan. Istri : “ya faktor yang pertama sih karena pernikahan kami dilandasi oleh faktor agama. Agama saya sendiri adalah agama Katholik. Dan di Katholik itu kalo untuk bercerai bisa sih tapi untuk ngurusnya sulit mbak, harus ke Vatican mbak jauh susah..” Suami : “karena kita dulu menikah kan bukan main‐main mbak, jadi kita sudah sama ‐sama saling mengerti, saling memahami, jadi kalopun ada perbedaan penghasilan pasti ada jalan keluar. Jadi kalo kita ada masalah juga saling intropeksi diri. Selain itu kan di agama kita sesuatu yang dipersatukan oleh Allah, tidak bisa diceraikan oleh manusia”. Hubungan perkawinan yang sudah bertahan 3 tahun antara pasangan informan 1 ini, dilandasi dari segi agama. Dimana agama yang mereka anut dan bahkan semua ajaran agama di dunia ini memberikan pelajaran bahwa perceraian itu suatu yang dilarang atau dibenci Tuhan. Informan 2 Hal serupa juga dialami oleh pasangan informan 2, mereka menjalani sebuah perkawinan dan burusaha mempertahankan perkawinan itu atas dasar ibadah kepada Tuhan karena pasangan informan ini memang sangat kuat dalam menjalani keyakinanny sebagai umat muslim dan akibat faktor usia lanjut yang mereka rasa bahwa sudah tidak penting lagi jika selalu mempermasalahkan setiap terjadinya konflik, semuanya mereka hadapi dengan komunikasi yang baik secara dewasa dan kekeluargaan. Istri : “yang pertama kita sudah berusaha ya untuk kembali seperti dulu menjadi seorang pegawai namun sekarang sudah terbentur oleh faktor usia. Jadi sekarang kita memohon kepada Allah atas jalan apa yang ditempuh karena banyak persaingan. Dan kembalinya papa untuk kembali sebagai pegawai lagi agak susah karena faktor usia”. Suami : “karena ini semua berkaitan dengan masalah agama, keyakinan bahwa jodoh itu Allah yang menentukan. Jadi suatu pernikahan itu adalah sebuah ibadah, jadi apapun kondisi yang kita hadapi ya itu jodoh kita, apapun keadaannya ya itu yang sudah kita rasakan ya jalanin aja dulu. Jadi gak pernah ada perasaan ee…perbedaan yang tajam terhadap keluarga, terhadap istri, aku ndak kerja terus minder gitu gak ada. Jadi kita jalanin sama‐sama aja lah”. Informan 3 Alasan lain juga dijelaskan oleh pasangan informan 3, bahwa dalam menjalani ikatan perkawinannya, sudah terbentuk komitmen yang siap dijalani mengingat mereka menyadari bahwa perbedaan penghasilan sudah terjadi di awal perkawinannya. Adanya perasaan saling menerima dan menghargai atas apa yang telah diperoleh pasangan mampu meneruskan hubungan perkawinannya, karena mereka meyakini bahwa hubungan jika dibawa santai akan lebih menarik dan tidak terlalu kaku dalam menjalani setiap permasalahan yang terjadi. Istri : “ya kalo gak dipertahankan, buat apa ada pernikahan? Kita kan sudah tau komitmen dari awal kalo job kita masing‐masing sekian, gajinya sekian, jadi ya apa ya harus dipertanggungjawabkan lah kalo sudah menikah”. Suami : “karena saya memang nganggepnya bukan suatu perbedaan”. “memang apa adanya lah mbak, pokoknya kalo gaji segitu ya dijalanin aja”. Informan 4 Berbeda dengan informan sebelumnya, pasangan informan 4 ini menganggap sebuah perbedaan penghasilan bukan lah sesuatu yang menjadi persoalan. Mereka menikmati adanya perbedaan itu demi anak‐anak mereka. Menurut pasangan ini, ketika sebuah persoalan datang dalam hubungan perkawinan mereka, anak bisa menjadi peredam timbulnya konflik. Mereka selalu mengingat kembali bahwa mereka mempunyai anak yang wajib untuk dibesarkan secara bersama dan menghindari adanya sebuah perceraian demi anak. Mendidik dan menumbuh kembangkan anak merupakan salah satu prioritas utama mereka untuk tetap bertahan dalam perbedaan tersebut. Suami : “oh gak ada perbedaan yang selama ini, ya sampe sekarang Alhamdulillah masi saya syukuri, jadi ya selama ini gak ada permasalahan yang berarti. Kalo masalah kecil itu ya sudah lumrah dalam berumah tangga”. Istri : “ya karena demi anak‐anak juga. Terus kita juga udah sepakat kalo akan tetap mempertahankan hubungan perkawinan ini sampe nanti, jadi ya dijalani aja sebaik mungkin lah”. Berdasarkan data hasil wawancara dengan para informan, diketahui bahwa adanya sebuah komitmen yang kuatlah yang dapat mempertahankan para informan ini dalam menjalani rumah tangga. Komitmen tersebut karena Tuhan dan komitmen terhadap pasangannya masing‐masing. Komitmen merupakan niat untuk bertahan dalam sebuah hubungan. Hal ini merupakan sebuah pilihan berdasarkan apa yang telah diberikan investments kepada hubungan, yakni memilih untuk menjalin hidup dan masa depan dengan orang lain. Komitmen mengandung tanggung jawab, tidak hanya keinginan. Itulah sebabnya, bahwa komitmen menyangkut kerelaan untuk berkorban dan memberi dalam suatu hubungan. Hasrat timbul karena perasaan, dan bukan karena usaha, tetapi komitmen adalah pilihan untuk melakukan sebuah usaha yang harus dijalani Wood,2004:296.

4.2.2.4 Strategi Komunikasi Informan dalam Mempertahankan Hubungan

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN BIRO IKLAN WARNA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran Strategi Komunikasi Pemasaran Biro Iklan Warna (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran PT. Warna Rekakreasi Nusantara Dalam Mempertahankan Loyali

0 2 14

PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Pemasaran Biro Iklan Warna (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran PT. Warna Rekakreasi Nusantara Dalam Mempertahankan Loyalitas Pelanggan.

2 3 32

HUBUNGAN KUALITAS KOMUNIKASI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN Hubungan Kualitas Komunikasi Istri Dengan Kemampuan Mengelola Konflik Dalam Perkawinan.

0 1 18

HUBUNGAN KUALITAS KOMUNIKASI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN Hubungan Kualitas Komunikasi Istri Dengan Kemampuan Mengelola Konflik Dalam Perkawinan.

0 2 17

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN“REEBS CLOTH”DALAM MEMPERTAHANKAN MINAT BELANJA PELANGGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran “Reebs Cloth” dalam Mempertahankan Minat Belanja Pelanggan).

2 8 123

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN “COFFEE CORNER” DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN PELANGGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran “Coffee Corner” dalam Upaya Mempertahankan Pelanggan).

2 8 85

A CORRELATION BETWEEN TRAINING, PROMOTION, IMAGING AND PUBLIC INTEREST WITH INCREASE OF SALE IN PRODUCT OF “BATIK TULIS” IN LAWEYAN, SURAKARTA. | Sujanto | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 3288 7284 1 SM

0 0 10

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA MENGENAI PERBEDAAN TINGKAT PENGHASILAN di RT.29 SAMARINDA SEBERANG Cherni Rachmadani

0 0 16

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN DENGAN PERBEDAAN TINGKAT PENGHASILAN.(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan Perkawinan Dengan Perbedaan Tingkat Penghasilan).

0 0 17

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN“REEBS CLOTH”DALAM MEMPERTAHANKAN MINAT BELANJA PELANGGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran “Reebs Cloth” dalam Mempertahankan Minat Belanja Pelanggan)

0 0 17