Dengan saling melihat, kita sebagai komunikator bisa mengetahui pada saat kita
berkomunikasi apakah komunikan memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita
komunikasikan. Jika umpan baliknya positif, kita akan mempertahankan cara
komunikasi yang kita pergunakan dan memeliharanya supaya umpan balik tetap
menyenangkan kita. Bila sebaliknya, kita akan mengubah teknik komunikasi kita
sehingga komunikasi kita berhasil.
2.1.3 Tujuan Strategi Komunikasi
Menurut R.Wayne Pace, Brent D dan M.Dallas Burnett dalam bukunya
Techniques for effective communication, tujuan strategi komunikasi tersebut
sebagai berikut:
a. To
secure understanding Untuk
memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. b.
To establish acceptance
Bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik.
c. To
motive action Penggiatan
untuk memotivasinya d.
The goals which the communicator sought to achieve
Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari
proses komunikator tersebut.
2.1.4 Hubungan Perkawinan
Perkawinan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya
perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Kegiatan yang
dibayangkan, bahkan dipercayai, sebagai perwujudan ideal hubungan cinta antara
dua individu belaka telah menjadi urusan banyak orang atau institusi, mulai dari
orang tua, keluarga besar, institusi agama sampai negara. Namun, pandangan
pribadi ini pada saatnya akan terpangkas oleh batas‐batas yang ditetapkan keluarga,
masyarakat, maupun ajaran agama dan hukum negara sehingga niat tulus menjalin
ikatan hati, membangun kedirian masing‐masing dalam ruang bersama, tak pelak
lagi tersendat, atau seringkali terkalahkan. Kamus pun sebagai buku acuan publik
yang paling sederhana tak lepas dari kepungan wacana dominan, sambil berusaha
memberi tempat pada beragam praktek perkawinan yang terjadi dalam kehidupan
sehari ‐hari. www.shvoong.com
Perkawinan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan
masing ‐masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang
berwenang menurut perundang‐undangan yang berlaku. Perkawinan adalah salah
satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik
suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan
persiapan fisik dan mental karena menikah kawin adalah sesuatu yang sakral dan
dapat menentukan jalan hidup seseorang. www.organisasi.org
Gagasan dominan tentang perkawinan dan keluarga ini kemudian
melahirkan kaidah‐kaidah keramat yang mencegah orang punya bayangan lain
tentang bentuk perhubungan akrab antar manusia. Di satu sisi, perkawinan
dianggap sebagai satu tahapan memanusia yang melambangkan kedewasaan dan
kewarasan. Di lain sisi, tugas‐tugas yang dibebankan ke lembaga ini seringkali
demikian menjerat sehingga mengancam kewarasan dan kedewasaan individu‐
individu yang terlibat di dalamnya. Lebih jauh lagi, tumbuh di tengah masyarakat
yang mengunggulkan laki‐laki sebagai pemimpin kehidupan, kaidah‐kaidah
perkawinan secara khusus dipakai untuk mengendalikan gerak perempuan. Dua
pokok perkara yang akan disoroti dalam hal ini: pertama, dengan penunjukan laki‐
laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai ibu dan pengurus rumah
tangga terjadilah pembagian ruang bergerak yang membuat perempuan
terperangkap di rumah untuk waktu tak terbatas; kedua, segregasi ruang secara
seksual ini berpengaruh terhadap pola komunikasi antara suami‐istri dan cara
pandang terhadap hubungan antar manusia pada umumnya. Bertahan sambil
Memperluas Ruang Gerak Begitu perempuan masuk dalam lembaga perkawinan
deretan pekerjaan yang berjudul melahirkan, mengurus anak, suami dan rumah
tangga sudah menanti. www.shvoong.com
2.1.5 Membangun Kepercayaan