Masalah  kontekstual  adalah  masalah  yang  menghubungkan  materi pelajaran dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari.
C. Strategi Penyelesaian Masalah
Menurut  Marpaung1986,  proses  berpikir  adalah  proses  yang  terdiri  atas penerimaan  informasi  dari  luar  atau  dalam  diri  siswa,  pengolahan,
penyimpulan dan pemanggilan kembali informasi itu dari ingatan siswa. Proses berpikir  dibedakan  dalam  dua  proses,  yaitu  proses  berpikir  konseptual  dan
proses berpikir sekuensial 1.
Berpikir Konseptual Berpikir  konseptual  adalah  cara  berpikir  yang  mementingkan
pengertian  atau  konsep-konsep  dan  hubungan  di  antara  mereka  dan penggunaannya  dalam  pemecahan  masalah.  Suatu  masalah  tidak
dipandang  terlepas  dari  masalah  lain.  Masalah-masalah  lebih  banyak diolah secara mental di dalam pikiran daripada dalam tindakan.
Ciri-ciri berpikir konseptual: a.
Pada awal proses penyelesaian, yaitu sesudah mereka membaca soal, siswa mencoba merumuskan kembali soal tersebut dalam bentuk yang
lebih sederhana dengan menggunakan kalimat matematika. b.
Siswa  mencoba  memecah  soal  tersebut  atas  bagian-bagian,  lalu mencari  hubungan  di  antara  bagian-bagian  itu  atau  antara  suatu
bagian dengan konsep atau soal lain yang sudah dikerjakan.
c. Siswa cenderung memulai  pelaksanaan pemecahan soal kalau sudah
mendapat ide yang jadi dan jelas. d.
Jika  penyelesaian  sementara  salah,  maka  soal  kembali  diurai  atas struktur-struktur yang lebih sederhana.
Langkah-langkah penyelesaian masalah dengan berpikir konseptual: a.
Memahami masalah b.
Mengaitkan masalah dengan konsep yang berkaitan. c.
Merencanakan d.
Melaksanakan e.
Melakukan refleksi f.
Menyimpulkan 2.
Berpikir Sekuensial Berpikir  sekuensial  adalah  cara  berpikir  yang  cenderung  langsung
menyelesaikan  masalah  tanpa  banyak  memberi  perhatian  terhadap hubungan  konsep-konsep  dan  dimulai  dengan  ide  yang  belum  jelas.
Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara sekuensial berorientasi pada tujuan, mencari sepotong penyelesaian antara yang menjadi dasar tindakan
selanjutnya untuk mencapai hasil akhir strategi yang digunakan. Ciri-ciri berpikir sekuensial:
a. Berorientasi pada tindakan.
b. Ingin memulai langkah penyelesaian walaupun ide yang jelas belum
diperoleh.
c. Cenderung  menyelesaikan  soal  secara  lepas,  artinya  lepas  dari
hubungannya  dengan  konsep  atau  bagian  lain  dari  masalah  yang sudah dikenalnya.
d. Pada  fase  tertentu  dari  proses  pemecahan  soal,  hasil  sementara
dibandingkan  dengan  tujuan.  Bila  dengan  hasil  itu  dia  belum  puas, maka  dia  kembali  pada  hasil  sementara  dan  dari  sana  menyusun
rencana baru. e.
Pengetahuan disimpan tidak dalam struktur yang jelas. Langkah-langkah penyelesaian masalah dengan berpikir sekuensial:
a. Memahami masalah.
b. Melaksanakan
c. Melakukan refleksi
d. Merencanakan
e. Melaksanakan
f. Melakukan refleksi
g. Melaksanakan
h. Menyimpulkan
Contoh: Soal menjumlah 10 bilangan asli yang pertama diberikan kepada siswa
yang belum pernah mempelajari barisan atau deret Marpaung, 1988.
Tipe  konseptual  akan  cenderung  menyelesaikan  soal  tersebut sebagai berikut:
1 Menjumlahkan dulu 1 dengan 10 yang menghasilkan 11,
2 lalu menjumlahkan 2 dengan 9 yang juga menghasilkan 11,
3 dan seterusnya,
4 dan menjumlahkan 5 dengan 6  yang menghasilkan lagi  11, baru
kemudian menjumlahkan hasil-hasil itu atau mengalikan 5 dengan 11  untuk  mendapatkan  hasil  akhir  55.  Kemungkinan  lain  ialah
sebagai berikut: 1 + 2 + 3 + . . . + 10
10 + 9 + 8 + . . . +   1 11+ 11+11+ . . . + 11
dan mendapatkan hasil akhir: 10 x 11 : 2 = 55. Tipe  sekuensial  akan  cenderung  menyelesaikan  soal  tersebut
sebagai berikut: 1
Menjumlahkan dulu 1 dengan 2 yang hasilnya 3, 2
lalu menjumlahkan hasil ini dengan 3 untuk mendapatkan 6, 3
kemudian menjumlahkan hasil ini dengan 4 mendapatkan 10, 4
dan  seterusnya,  sampai  akhirnya  menjumlahkan  45  dengan  10 untuk memperoleh hasil akhir 55.
Dari contoh yang sederhana tersebut, dapat dijelaskan bahwa pikiran yang konseptual  tadi  bertolak  dari  struktur  kognitif  yang  predikatif,  yaitu  dengan
melihat  struktur  dan  sifat-sifat  atau  hubungan  yang  dimiliki  elemen-elemen
dalam soal dalam hal ini bilangan-bilangan  yang dijumlahkan membangun strategi  penyelesaian.  Tetapi  itu  berarti  juga  bahwa  contoh  ini  tidak  dapat
membedakan antara strategi konseptual dengan struktur predikatif, demikian juga  antara  strategi  sekuensial  dengan  struktur  fungsional,  karena  strategi
yang  sekuensial  tadi  dapat  diterangkan  sebagai  bertolak  dari  kecenderungan berpikir  yang  operasional  dan  keyakinan  akan  mencapai  tujuan  dengan  cara
melaksanakan  penjumlahan  secara  sekuensial  tadi.  Cara  yang  kedua sekuensial  tidak  memperlihatkan  bahwa  mereka  bertolak  dari  sifat  atau
relasi. Menurut Marpaung 1986, perbedaan antara gaya berpikir predikatif
dan  fungsional  itu  dapat  dideskripsikan  secara  singkat  demikian  seseorang
mempunyai  gaya berpikir predikatif, memikirkan  apa  yang perlu atau harus
diubah,  sedangkan  yang  mempunyai  gaya  berpikir  fungsional  cenderung
memikirkan bagaimana sesuatu itu harus atau perlu diubah.
Menurut  Walle  2007,  apabila  strategi-strategi  yang  penting  dan  berguna muncul,  maka  strategi-strategi  tersebut  harus  diidentifikasi,  dicermati  dan
didiskusikan.  Memberi  label  pada  sebuah  strategi  akan  menjadi  alat  yang berguna  bagi  siswa  untuk  mendiskusikan  metode-metode  mereka,  dan  bagi
Anda  akan  berguna  untuk  memberi  bantuan  dan  saran.  Bantuan  atau  saran tentang  strategi  tertentu  mungkin  cocok  diberikan  pada  fase  sebelum  atau
selama pelajaran.
Strategi  berikut  ini  sering  muncul  dalam  pelajaran  di  mana  materi matematika menjadi tujuan utamanya.
a Membuat  gambar,  menggunakan  gambar,  dan  menggunakan  model.  Ini
merupakan  stra tegi  menggunakan  model  sebagai  “mainan  pemikir”.
Menggunakan gambar akan memperluas model ke dalam interpretasi nyata dari situasi soal.
b Mencari pola. Mencari pola merupakan inti dari banyak tugas berbasis soal,
khususnya  dalam  membuat  alasan  secara  aljabar.  Pola-pola  bilangan  dan operasi memainkan peran yang sangat besar dalam membantu siswa belajar
dan menguasai fakta-fakta dasar. c
Membuat tabel atau diagram. Diagram data, tabel fungsi, tabel operasi, dan tabel  tentang  rasio  atau  pengukuran  merupakan  bentuk  bentuk  utama
analisis dan komunikasi.  Penggunaan diagram  sering digabungkan dengan pencarian  pola  sebagai  alat  untuk  menyelesaikan  soal  atau  mengonstruksi
ide-ide baru. d
Coba  versi  sederhana  dari  soal.  Ide  umumnya  adalah  memodifikasi  atau menyederhanakan  kuantitas-kuatitas  dalam  sebuah  soal  sehingga  tugasnya
menjadi  lebih  mudah  dipahami  dan  dianalisa.  Dengan  mentelesaikan  soal yang lebih mudah, harapannya akan memperoleh wawasan yang kemudian
dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang lebih kompleks. e
Menduga dan memeriksa. Strategi ini dapat juga dikatakan sebagai “Coba dan  periksa  apa  yang  dapat  Anda  temukan”.  Salah  satu  cara  yang  baik
untuk  menyelesaikan tugas  yang membuat  Anda  bingung adalah mencoba
sesuatu.  Lakukan  cara  coba-coba.  Cara  coba-coba  yang  salah  sekalipun dapat membawa kepada ide yang lebih baik.
f Buat  daftar  yang  teratur.  Strategi  ini  melibatkan  secara  sistematis
perhitungan  semua  hasil  yang  mungkin  dalam  suatu  situasi  dengan  tujuan untuk menemukan berapa banyak kemungkinan yang ada.
Berdasarkan  teori  pemecahan  masalah  dan  strategi  yang  telah  dijelaskan, peneliti dapat disimpulkan bahwa:
Tabel 2.1 Perbedaan Berpikir Konseptual dan Sekuensial Aspek
Berpikir konseptual Berpikir sekuensial
Memahami masalah
Membaca soal
dan merumuskan  kembali  soal
itu  ke  dalam  bentuk  yang lebih
sederhana dengan
menggunakan kalimat
matematika. Berorientasi  pada  tindakan
artinya ingin
langsung melakukan
sesuatu tanpa
membuat rencana
sebelumnya. Merencanakan
langkah penyelesaian
Memulai langkah
penyelesaian dengan
memiliki ide yang jelas. Memecah soal atas beberapa
bagian lalu
mencari hubungannya
dengan konsep  atau  soal  lain  yang
sudah pernah dikerjakan. Memulai
langkah penyelesaian  tanpa  memiliki
ide yang jelas. Pengetahuan disimpan dalam
struktur  yang  tidak  jelas sehingga
kesulitan untuk
memanggil  kembali  ingatan tentang konsep atau soal lain
yang pernah dikerjakan.
Melaksanakan rencana
Menggunakan  konsep  yang dimiliki
untuk menyelesaikan
masalah. Mencari
pola, membuat
gambar,  membuat  soal  ke dalam  bentuk  yang  lebih
sederhana Tidak  menggunakan  konsep
untuk menyelesaikan
masalah. Menduga  dan  memeriksa
menggunakan  cara  coba- coba
Berdasarkan  pemaparan  teori  di  atas,  peneliti  dapat  menyimpulkan  bahwa strategi penyelesaian masalah adalah metode,  cara,  langkah - langkah atau
perencanaan yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah.
D. Pembelajaran Kontekstual