5.
Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian atau komponen menjadi suatu bentuk yang lengkap dan unik. Misalnya dalam
membuat pidato atau membuat suatu rencana operasi. Pada level ini hasil belajar menekankan pada perilaku dan kemampuan berpikir kreatif dengan
penekanan pada pembentukan pola atau struktur baru.
6.
Evaluasi
Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk menentukan nilai suatu materi menilai suatu pernyataan, laporan, cerita, dan lain-lain untuk
tujuan tertentu. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada suatu kriteria yang baku dan jelas.
Keenam tahap ini dapat membantu peneliti untuk mengetahui siswa sudah mencapai di tahap tertentu ketika dihadapkan dengan masalah kontekstual.
Hal ini berhubungan dengan kemampuan siswa untuk memahami, mengingat dan menggunakan materi yang digunakan untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi.
G. Adversity Quotient AQ
Menurut Paul G. Stoltz 2007, Adversity Quotient AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan
dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. AQ mempunyai tiga bentuk:
1. AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami
dan meningkatkan semua segi kesuksesan.
2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui tanggapan seseorang terhadap
kesulitan. 3.
AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki tanggapan seseorang terhadap kesulitan.
Kelompok atau tipe orang dalam Adversity Quotient: 1.
Mudah menyerah Merupakan kelompok orang yang kurang memiliki kemauan untuk
menerima tantangan dalam hidupnya. Mereka lebih memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti ketika mengalami kesulitan.
Mereka menolak kesempatan yang diberikan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini secara tidak langsung juga menutup muculnya sebuah peluang.
Contoh: ketika diberikan soal cerita tentang program linier, siswa memilih untuk tidak mengerjakan soal tersebut karena masih kesulitan menentukan
pemisalan dan membuat persamaan. 2.
Cepat puas Merupakan kelompok orang yang sudah memiliki kemauan untuk berusaha
menghadapai masalah dan tantangan yang ada, namun mereka melihat bahwa perjalanannya sudah cukup sampai di sini. Berbeda dengan
kelompok sebelumnya mudah menyerah
, kelompok ini mau berjuang menghadapi berbagai masalah yang ada dalam suatu pergumulan atau
bidang tertentu, namun karena adanya tantangan dan masalah yang terus menerjang, mereka memilih untuk berhenti di tengah jalan dan berkemah.
Contoh: Ketika diberikan soal cerita tentang program linier, awalnya siswa mengalami kesulitan untuk menentukan pemisalan dan membuat
persamaan. Kemudian, siswa mencoba melihat contoh soal di buku cetak yang mirip dengan soal yang diberikan lalu mengerjakannya. Namun, siswa
menolak ketika diminta untuk membuat grafik dan mencari daerah himpunan penyelesaian.
3. Pantang menyerah
Merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi berbagai macam hal yang terus menerjang, baik itu
berupa masalah, tantangan, hambatan, serta hal - hal lain yang terus menghadang setiap harinya. Kelompok ini memilih untuk terus berjuang
tanpa mempedulikan latar belakang serta kemampuan yang mereka miliki, mereka terus mendaki dan mendaki.
Contoh: Ketika diberikan soal cerita tentang program linier, awalnya siswa mengalami kesulitan untuk menentukan pemisalan dan membuat
persamaan. Kemudian, siswa mencoba melihat contoh soal di buku cetak yang mirip dengan soal yang diberikan dan mengerjakan soal tersebut.
Kemudian, ketika siswa mengalami kesulitan untuk menggambar grafik untuk memperoleh daerah penyelesaiannya, siswa tetap mencoba dan
berusaha untuk dapat menemukan daerah penyelesaian dan menjawab soal yang diberikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Adversity Quotient adalah kecerdasan seseorang untuk mengubah hambatan menjadi peluang.
Melalui Adversity quotient dapat diketahui seberapa jauh individu tersebut mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan yang dialami, sekaligus
kemampuannya untuk
mengatasi kesulitan
tersebut. Adversity quotient juga dapat meramalkan siapa yang akan tampil sebagai pemenang
dan siapa yang akan putus asa dalam ketidakberdayaan sebagai pecundang. Selain itu, Adversity quotient dapat pula meramalkan siapa
yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan saat menghadapi suatu kesulitan.
Pemecahan masalah
merupakan salah
satu metode
dalam pembelajaran matematika. Siswa diharapkan memiliki sikap pantang
menyerah untuk dapat menyelesaikan masalah matematika yang diberikan.
H. Watak atau Sikap