disimpulkan bahwa serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan kadar air yang baik karena mengandung kadar air kurang dari 10 .
C. Pembuatan Infusa Serbuk Persea americana Mill.
Infundasi dilakukan dengan cara menimbang biji Persea americana Mill. sebanyak 8 g, kemudian ditambahkan aquadest 100 mL. Semua serbuk harus
terendam ketika proses pemanasan supaya molekul air dapat menyari senyawa metabolit-metabolit dari seluruh permukaan serbuk. Pemanasan dilakukan di
dalam panci enamel yang terbuat dari bahan stainless steelm Proses infundasi dilakukan selama 15 menit setelah suhu mencapai 90
o
g. Kelebihan Infundasi, yaitu proses ini bisa dilakukan oleh semua orang awam sedangkan kekurangan
dari proses infundasi adalah infusa tidak dapat digunakan lebih dari sehari, dikarenakan infusa mengandung banyak air sehingga lebih mudah menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme.
D. Kadar SGPT Darah Tikus Akibat Pemberian Infusa Biji Persea americana Mill.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya potensi efek toksik subakut dari biji alpukat Persea americana Mill. pada organ hati terhadap
perubahan biokimia hati yang dilihat dari kadar SGPT darah tikus, maka dilakukan pemeriksaan kadar SGPT darah untuk mengungkapkan efek toksik
yang dihasilkan. Pemeriksaan kadar SGPT dilakukan sebelum pre perlakuan dan sesudah post perlakuan yaitu, pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari
dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil kadar SGPT darah tikus diantara sebelum dan sesudah perlakuan dengan pemberian infusa biji
Persea americana Mill. Enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati adalah enzim dari golongan aminotransferase, yakni enzim yang
mengkatalisis pemindahan gugus amino secara reversible antara asam amino dan asam alfa keto. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan metode optimized
UV Test, SGPT akan bereaksi dengan L-alanin dan 2-oksoglutarat menjadi L- glutamat dan piruvat kemudian diukur pada panjang gelombang 340 nm BPOM
RI, 2014. Pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hasil uji tersebut kemudian dilakukan analisis menggunakan Paired T- test, penggunaan uji ini dikarenakan subjek perlakuan yang digunakan dalam
penelitian ini sama namun diberikan perlakuan yang berbeda. Penggunaan Paired T-test bertujuan untuk melihat dan mengetahui apakah terdapat pengaruh
pemberian infusa biji alpukat yang bermakna terhadap kadar SGPT darah tikus pre sebelum dan post sesudah perlakuan di tiap kelompok perlakuan.
Pada penelitian ini terdapat lima kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol aquadest dosis 14285,7 mgkgBB sebagai kontrol pelarut dan kelompok
perlakuan infusa biji alpukat, dosis 202,24; 360; 640,8; dan 1140,6 mgkgBB. Pelarut yang digunakan pada infusa biji alpukat yaitu, aquadest maka aquadest
dijadikan sebagai kelompok kontrol negatif. Penggunaan aquadest sebagai kelompok kontrol bertujuan untuk melihat pengaruh aquadest yang digunakan
sebagai pelarut infusa biji alpukat terhadap kadar SGPT darah pada pemberian subakut. Perubahan kadar SGPT pre dan post pemberian infusa biji alpukat pada
tikus jantan dan betina dapat dilihat pada tabel I dan III serta gambar 3 dan 4.
Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa biji alpukat serta nilai p kadar SGPT darah tikus jantan tiap kelompok
Kelompok Perlakuan mgKgBB Kadar SGPT darah UL
Nilai p Pre
Rerata ± SE Post
Rerata ± SE I
Infusa Biji Alpukat 202,24
66,74 ± 6,59 55,18 ± 3,37 0,935
TB
II Infusa Biji Alpukat 360 55,12 ± 7,51
67,46 ±2,77 0,961
TB
III Infusa Biji Alpukat
640,8 52,4 ± 4,69
71,2 ± 3,87 0,987
TB
IV Infusa Biji Alpukat
1140,6 63,08 ± 5,95
60,16 ± 3,8 0,500
TB
V Kontrol Aquadest
14285,7 72,5 ± 2,52
71,66 ± 8,07 0,217
TB
Keterangan: TB = berbeda tidak bermakna p0,05
Pre = sebelum pemberian infusa biji alpukat Post = setelah pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari
SE = Standart Error of Mean
Gambar 3. Purata kadar SGPT sebelum dan sesudah pemberian infusa biji alpukat pada tikus jantan
Berdasarkan data pada tabel I, menunjukkan bahwa kadar SGPT darah tikus jantan kelompok kontrol aquadest pada pre dan post perlakuan menyatakan
hasil berbeda tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian aquadest tidak memberikan pengaruh terhadap kadar SGPT darah.
Pada tabel I diperoleh hasil bahwa pada kelompok perlakuan infusa biji alpukat 202,24; 360; 640,8 dan 1140,6 mgkgBB, kadar SGPT darah pre dan post
perlakuan menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kadar SGPT darah akibat pemberian infusa biji
alpukat masih dalam batas normal. Kadar SGPT post pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari dianalisis
dengan menggunakan varian satu arah One-Way Anova. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh pemberian infusa biji alpukat pada kelompok
perlakuan infusa biji alpukat yang dibandingkan dengan kelompok kontrol aquadest. Dari hasil uji One-Way Anova terhadap kadar SGPT darah post
pemberian infusa biji alpukat diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,101 p0,05. Hal ini berarti antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol aquadest
menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna. Berdasarkan hasil tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari
tidak mempengaruhi kadar SGPT darah pada tikus jantan.
Tabel II. Hasil uji statistik kadar post SGPT tikus jantan akibat pemberian subakut infusa biji alpukat selama 28 hari
IBA 202,24 mgkgBB
IBA 360 mgkgBB
IBA 640,8 mgkgBB
IBA 1140,6
mgkgBB Kontrol
14285,7 mgkgBB
IBA 202,24 mgkgBB
- TB
TB TB
TB IBA
360 mgkgBB TB
- TB
TB TB
IBA 640,8 mgkgBB
TB TB
- TB
TB IBA 1140,6
mgkgBB TB
TB TB
- TB
Kontrol 14285,7
mgkgBB TB
TB TB
TB -
Keterangan: TB Berbeda Tidak Bermakna IBA Infusa Biji Alpukat
Pada tabel II, menunjukkan tidak adanya hubungan kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa biji alpukat dikarenakan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara dosis satu dengan yang lain. Untuk lebih melihat spektrum efek toksik dengan lebih jelas dapat dilakukan uji toksisitas serupa
terkait infusa biji alpukat terhadap tikus jantan dan tikus betina dalam jangka waktu yang lebih panjang, yaitu selama 90 hari.
Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa biji alpukat serta nilai p kadar SGPT darah tikus betina tiap kelompok
Kelompok Perlakuan mgKgBB Kadar SGPT darah UL
Nilai p Pre
Rerata ± SE Post
Rerata ± SE I
Infusa Biji Alpukat 202,24
61,48 ± 4,41 54,72 ± 2,57 0,472
TB
II Infusa Biji Alpukat 360
49,32 ± 7,40 57,80 ± 9,21 0,305
TB
III Infusa Biji Alpukat 640,8 65,24 ± 4,72 59,9 ± 3,61 0,751
TB
IV Infusa Biji Alpukat
1140,6 55,86 ± 4,84 59,42 ± 7,04 0,699
TB
V Kontrol Aquadest
14285,7 59,40 ± 3,59 61,92 ± 4,45 0,806
TB
Keterangan: TB = berbeda tidak bermakna p0,05
Pre = sebelum pemberian infusa biji alpukat Post = setelah pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari
SE = Standart Error of Mean
Gambar 4. Purata kadar SGPT sebelum dan sesudah pemberian infusa biji alpukat pada tikus betina
Berdasarkan data pada tabel III, menunjukkan bahwa kadar SGPT darah tikus betina kelompok kontrol aquadest pada pre dan post perlakuan menyatakan
hasil berbeda tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian aquadest tidak memberikan pengaruh terhadap kadar SGPT darah.
Pada tabel III diperoleh hasil bahwa pada kelompok perlakuan infusa biji alpukat 202,24; 360; 640,8 dan 1140,6 mgkgBB, kadar SGPT darah pre dan post
perlakuan menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kadar SGPT darah tikus betina akibat pemberian
infusa biji alpukat masih dalam batas normal. Kadar SGPT post pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari dianalisis
dengan menggunakan varian satu arah One Way Anova. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh pemberian infusa biji alpukat pada kelompok
perlakuan infusa biji alpukat yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol aquadest.
Dari hasil uji One-Way Anova terhadap kadar SGPT darah post pemberian infusa biji alpukat diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,931 p0,05.
Hal ini berarti antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol aquadest menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna. Berdasarkan hasil tersebut
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari tidak mempengaruhi kadar SGPT darah pada tikus betina.
Tabel IV. Hasil uji statistik kadar post SGPT tikus betina akibat pemberian subakut infusa biji alpukat selama 28 hari
IBA 202,24 mgkgBB
IBA 360 mgkgBB
IBA 640,8 mgkgBB
IBA 1140,6 mgkgBB
Kontrol 14285,7
mgkgBB IBA 202,24
mgkgBB -
TB TB
TB TB
IBA 360 mgkgBB
TB -
TB TB
TB IBA 640,8
mgkgBB TB
TB -
TB TB
IBA 1140,6 mgkgBB
TB TB
TB -
TB Kontrol
14285,7 mgkgBB
TB TB
TB TB
- Keterangan: TB Berbeda Tidak Bermakna, IBA Infusa Biji Alpukat
Pada tabel IV, menunjukkan tidak adanya hubungan kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa biji alpukat dikarenakan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara dosis satu dengan yang lain. Untuk lebih melihat spektrum efek toksik dengan lebih jelas dapat dilakukan uji toksisitas serupa
terkait infusa biji alpukat terhadap tikus jantan dan tikus betina dalam jangka waktu yang lebih panjang, yaitu selama 90 hari.
E. Kadar SGOT Darah Tikus Akibat Pemberian Infusa Biji Persea americana Mill.