efek toksik ini, yaitu nekrosis, perlemakan, karsinogenesis dan teratogenesis Donatus, 2001.
d. Sifat efek toksik. Sifat efek toksik terdiri dari sifat terbalikkan
reversibilitas dan sifat tak terbalikkan irreversibilitas. Dikatakan sifat efek toksik yang terbalikkan jika kerusakan dapat kembali seperti
keadaan normal. Keterbalikkan ini bergantung pada berbagai faktor, yaitu tingkat paparan waktu dan jumlah racun dan kemampuan jaringan
yang terkena untuk memperbaiki diri. Dikatakan mengalami sifat tak terbalikkan jika efek toksik yang terjadi tidak dapat kembali seperti
keadaan normal Donatus, 2001. Sifat efek toksik yang tak terbalikkan adalah apabila kerusakan yang terjadi sifatnya menetap, pemejanan
berikutnya akan menimbulkan kerusakan yang sifatnya sama sehingga menimbulkan terjadinya penumpukan efek toksik sehingga efek yang
ditimbulkan antara pemejanan dengan takaran kecil jangka panjang sebanding dengan pemejanan dosis besar jangka pendek. Zat atau racun
yang dapat menimbulkan efek toksik tak terbalikkan adalah zat racun yang terakumulasi atau sangat sulit di eliminasi Priyanto, 2009.
C. Toksisitas Subakut
Uji ketoksikan subakut atau sering disebut dengan subkronis merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan
uji yang dilakukan kepada hewan coba dengan sedikitnya tiga tingkat dosis berulang dalam jangka waktu kurang dari tiga bulan selama 28 hari- 90 hari.
Penelitian toksisitas subakut pada umumnya, bertujuan untuk memperluas uji toksisitas dengan menentukan dosis minimal dan dosis maksimal yang dapat
ditoleransi. Dosis toksik minimal adalah dosis terkecil yang masih memberikan efek terapi. Dosis maksimal adalah dosis terbesar yang tidak menimbulkan gejala
toksik. gara pemberian obat dan besarnya dosis yang diberikan bergantung pada kebutuhan uji klinik Donatus, 2001.
Tujuan lain dari uji toksisitas subakut adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut,
informasi kemungkinan adanya efek toksik setelah pemaparan sediaan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu BPOM, 2014.
Uji toksisitas subakut dilakukan untuk mengeksplorasi secara luas keseluruhan efek biologis yang ditimbulkan pada tempat aksi yang diberikan pada
rentang dosis tertentu. Uji toksisitas subakut dapat menentukan toksisitas secara kuantitatif pengaruh atau efek yang ditimbulkan terhadap jaringan dan plasma
darah dan secara kualitatif organ target dan efek yang ditimbulkan dari pemberian dosis berualang pada hewan uji Gad, 2002.
Hewan uji yang disarankan paling tidak satu jenis hewan dewasa sehat, baik jantan ataupun betina. Hewan yang dipilih adalah hewan yang peka dan
mempunyai pola metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin dengan manusia Donatus, 2001. Hewan dimasukkan dalam dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang dilakukan pengambilan sampel secara acak atau random Gad, 2002. Menurut Derelanko and Hollinger 2002
jumlah kelompok hewan uji paling tidak sebanyak empat kelompok, yaitu satu
kelompok kontrol dan tiga kelompok peringkat dosis. Jumlah hewan uji untuk jangka waktu penelitian selama empat minggu, paling tidak terdapat lima jantan
dan lima betina dalam tiap kelompok perlakuan. Hewan uji harus diadaptasikan terlebih dahulu selama beberapa hari sebelum dilakukan percobaan supaya kondisi
hasil percobaan yang akan diperoleh benar-benar merupakan pengaruh pemberian perlakuan bukan karena lingkungan yang baru bagi hewan uji.
Takaran dosis yang diberikan untuk hewan uji paling tidak merupakan peringkat dosis. Penelitian toksisitas subakut biasanya menggunakan setidaknya
tiga atau lebih peringkat dosis. Takaran dosis senyawa uji diberikan sekali sehari selama kurun waktu uji ketoksikan subakut melalui jalur pemberian sesuai dengan
jalur yang digunakan oleh manusia Donatus, 2001. Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji toksisitas
subakut meliputi: Perubahan berat badan yang diukur paling tidak tujuh hari sekali, asupan pakan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan uji yang
ditimbang paling tidak tujuh hari sekali, gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari, pemeriksaan hematologi yang diukur sebanyak dua kali, yaitu pada
saat sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada akhir uji toksisitas, pemeriksaan kimia darah yang diukur sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan pada akhir uji toksisitas, analisis urin yang dilakukan paling tidak sekali, pemeriksaan histopatologi organ hewan uji pada
akhir uji toksisitas Donatus, 2001.
D. Hati 1. Anatomi dan fisiologi hati