commit to user
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan tingkat
signifikansi yang digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil analisis uji homogenitas yang disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Homogenitas
Sumber K
ǒǒ
2 obs
ǒǒ
2 tabel
Keputusan Uji Kesimpulan
Model Pembelajaran 2 0,280 3,841 H
diterima Homogen
Kecerdasan Logika Matematika
3 5,771
5,991 H
diterima Homogen
Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa semua harga ǒ
2 obs
bukan merupakan anggota daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari
populasi yang homogen. Perhitungan homogenitas model pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 32, homogenitas kecerdasan logika matematika pada
lampiran 33.
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan
pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber variansi JK
dk RK
F
obs
F Model pembelajaran A
982,448 1 982,448
10,292 3,992
Kecerdasan Logika Matematika B
2259,955 2 1129,978
11,837 3,142
Interaksi AB 253,226 2
126,613 1,326
3,142 Galat G
6300,199 66 95,458 - -
Total 9795,827 71
- - -
commit to user
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.8 dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
a. Pada efek utama baris A, H
0A
ditolak. Ada perbedaan pengaruh antar baris terhadap variabel terikat. Hal ini
berarti kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus.
b. Pada efek utama kolom B, H
0B
ditolak. Ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat. Hal ini
berarti ketiga kategori kecerdasan logika matematika siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. c. Pada efek utama interaksi AB, H
0AB
tidak ditolak. Tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu
antara penggunaan model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan
cosinus. Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada
lampiran 34 2. Uji Komparasi Ganda
a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini terdiri
dari dua model sehingga untuk mengetahui model yang memberikan pengaruh lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris anava tidak perlu menggunakan
uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup menggunakan perbandingan rataan marginalnya.
commit to user
Tabel 4.9 Rataan Skor Prestasi Belajar Siswa
Model Pembelajaran Kecerdasan Logika Matematika
Rataan Marginal
Tinggi Sedang Rendah
STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
85,508 84,266
76,329 82,489
Pembelajaran Langsung
80,602 78,841
62,503 75,846
Rataan Marginal 82,152
81,885 69,822 Dari rataan marginal pada Tabel 4.9 rataan marginal pada baris model
STAD dengan latihan individual terstruktur lebih besar dari rataan marginal pada baris model pembelajaran langsung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan model STAD dengan latihan individual terstruktur memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung. b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom
Hasil anava pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap prestasi belajar, yakni terdapat perbedaan
pengaruh kategori kecerdasan logika matematika tinggi, sedang, rendah terhadap variabel terikat sehingga perlu dilakukan uji komparasi rataan antar kolom.
Perhitungan hipotesis komparasi antar kolom dapat dilihat pada lampiran 35. Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Rataan Antar Kolom
Hipotesis F
obs
q-1F
0,05;q-1:N-pq
Keputusan Uji
2 .
1 .
0,009 6,284 H
0.1-2
diterima
3 .
1 .
14,289 6,284 H
0.1-3
ditolak
3 .
2 .
17,602 6,284
H
0.2-3
ditolak
commit to user
Dari rangkuman komparasi rataan antar kolom pada tabel 4.10, diperoleh
2 .
1 .
, artinya rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi tidak berbeda secara signifikan dengan rataan yang
diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi
menghasilkan prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang.
Pada komparasi kolom pertama dan ketiga diperoleh
3 .
1 .
, artinya rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi
berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan matematika logika rendah. Rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan
logika matematika tinggi lebih tinggi dari rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah.
Pada komparasi kolom kedua dan ketiga diperoleh
3 .
2 .
, artinya rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang
berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan
logika matematika sedang lebih tinggi dari rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan
kecerdasan logika matematika rendah, siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan
kecerdasan logika matematika rendah, dan siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi sama baiknya dengan siswa dengan
kecerdasan logika matematika sedang.
commit to user
c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum
dalam tabel 4.8 diperoleh bahwa H
0AB
tidak ditolak. Ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa.
Karena H
0AB
ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.
d. Uji Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada tabel 4.8
dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan logika matematika siswa H
0AB
tidak ditolak, karenanya tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data