commit to user
11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi
Pada hakekatnya, setiap akhir pembelajaran siswa dituntut untuk memberikan prestasi tertentu sebagai wujud penampakan dari hasil pembelajaran
secara nyata bagi tujuan instruksional. Prestasi diperlukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran.
Berkenaan dengan prestasi, Zainal Arifin 1988: 3 menyatakan bahwa ³3UHVWDVL DGDODK KDVLO GDUL NHPDPSXDQ NHWUDPSLODQ GDQ VLNDS VHVHRUDQJ GDODP
PHQ\HOHVDLNDQVXDWXKDO´
Sutratinah Tirtonegoro 2001 PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³3UHVWDVL DGDODK
hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi belajar ini dinyatakan dalam EHQWXNDQJNDKXUXIPDXSXQVLPEROSDGDWLDSSHULRGHWHUWHQWX´
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 895, kata prestasi mempunyai pengertian Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya. Dari berbagai pendapat tentang pengertian prestasi di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang setelah melakukan sesuatu.
b. Belajar Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu erat dengan belajar.
Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Masykur 2007:32 yang mengatakan bahwa ³HODMDU DGDODK SURVHV
perubahan individu yang relatif permanen akibat adanya latihan, pembelajaran atau pengetahuan konkret sebagai produk adanya interaksi
GHQJDQ OLQJNXQJDQ OXDU´ Perubahan ini meliputi perubahan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Senada
dengan Masykur, Purwoto mengemukakan bahwa:
commit to user
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi
terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan
seterusnya Purwoto, 2003: 21. Pendapat lain dikemukakan ol
HK:LQNHOEDKZD³HODMDUDGDODK suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif
NRQVWDQGDQEHUEHNDV´ Dari pendapat-pendapat tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang melibatkan seseorang berupa interaksi antara individu dengan individu atau dengan lingkungan yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku yang berupa pengetahuan aspek kognitif, sikap aspek afektif, dan ketrampilan aspek psikomotor
c. Pengertian Matematika ,VWLODK PDWHPDWLND EHUDVDO GDUL NDWD \XQDQL ³PDWKHLQ´ DWDX ³PDQWKHQHLQ´
yang berarti mempelajari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 723, ³0DWHPDWLNDDGDODKLOPXWHQWDQJELODQJDQ-bilangan dan prosedur operasional yang
GLJXQDNDQGDODPSHQ\HOHVDLDQPDVDODKPHQJHQDLELODQJDQ´ 3XUZRWRPHQJHPXNDNDQEDKZD³0DWHPDWLNDDGDODKSHQJHWDKXDQ
tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma
GDQSRVWXODWGDQDNKLUQ\DNHGDOLO´ Sedangkan R. Soejadi 2000:11 mengemukakan bahwa beberapa definisi
sebagai berikut: 1 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik. 2 Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5 Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
commit to user
6 Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak yang memiliki objek kajian abstrak dengan pola keteraturan yang terorganisir secara sistematik dalam penyelesaian masalah.
d. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian prestasi, belajar dan matematika yang telah diuraikan
di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik sebagai usaha yang telah dilakukan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan tentang pola keteraturan, terstruktur yang logik dan teroganisir secara sistematik melalui interaksi dengan manusia, dengan lingkungan
sekitarnya yang dapat menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf, maupun kalimat dalam periode tertentu.
2. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce dalam Trianto 2007:5, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kepada kita untuk mendesain pembelajaran sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Selain itu, Soekamto dalam Trianto 2007:5 mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang maupun para
pemberi pembelajaran dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Trianto 2007:6, model pembelajaran mempunyai empat ciri-ciri
khusus, yaitu: 1 rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya,
2 tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
commit to user
3 tingkah laku memberikan pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai. Sejalan dengan pendapat di atas Arends 2004: 26 mengemukakan bahwa
³ A model is more than a specific method or strategy. It is overall plan or pattern for
KHOSLQJ VWXGHQWV WR OHDUQ VSHFLILF NLQGV RI NQRZOHGJH DWWLWXGHV RU VNLOOV´. Model pembelajaran lebih dari metode atau stategi tertentu, model pembelajaran
merupakaan keseluruhan rencana atau pola untuk membantu siswa dalam belajar ilmu pengetahuan, sikap atau kemampuan tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar serta digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adapun model pembelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: b. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuaan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru,
tetapi harus tetap menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Adapun ciri-ciri pembelajaran langsung menurut Lambas, dkk 2004:6 adalah sebagai berikut :
1 Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar. 2 Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3 Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Fase- fase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini:
commit to user
Tabel 2.1. Fase-fase Model Pembelajaran Langsung Fase ke-
Indikator Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa, dan
mempersiapkan siswa 2 Mendemostrasikan
pengetahuan dan ketrampilan Mendemostrasikan ketrampilan
atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3 Membimbing pelatihan
Guru memberikan latihan terbimbing
4 Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik Mengecek kemampuan siswa dan
memberikan umpan balik 5
Memberikan latihan dan penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep
yang dipelajari pada kehidupan sehari
±hari Lambas, dkk, 2004:7
c. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Lambas, dkk 2004:11, model pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya dituntut untuk secara individual berupaya mencapai sukses atau berusaha mengalahkan rekan mereka,
melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama, aspek sosial sangat menonjol dan siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan
kelompoknya. http:www.docs-finder.comjurnal-pendidikan-model-STAD-pdf-html
Menurut Slavin 2008:4, dalam model pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, saling berargumentasi,
untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
commit to user
dalam pemahaman masing-masing. Oleh karena itu sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan
berdiskusi untuk memecahkan masalah. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif
dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif tidak sekedar belajar kelompok, melainkan terdapat
prosedur yang harus dilalui. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie 2008:31 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan, antara lain:
1 Saling ketergantungan positif 2 Tanggung jawab perseorangan
3 Tatap muka 4 Komunikasi antar anggota
5 Evaluasi proses kelompok Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik pemebelajaran kooperatif. Slavin dalam Isjoni 2009:21 mengemukakan tiga konsep tersebut yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Central to the goals of cooperative learning in science and mathematics
education is the enhancement of achievement, problem solving skills, attitudes and inculcate values. Tujuan utama pembelajaran kooperatif dalam pendidikan
matematika dan ilmu alam adalah peningkatan prestasi belajar, kemampuan menyelesaikan masalah, sikap, dan menanamkan nilai-nilai.Effandi Zakaria and
Zanaton Iksan :2007 Senada dengan pendapat di atas Lambas dkk 2004 :11 , mengemukakan
tiga tujuan penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1 Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2 Penerimaan terhadap keragaman.
commit to user
3 Pengembangan ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial ini meliputi berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, bekerja sama dalam kelompok dll. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima langkah utama, dimulai dengan
langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator
Aktivitas Guru 1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2 Menyajikan
informasi Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok- kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka 4 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasekan
hasil kerjanya 5 Memberikan
penghargaan Mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu maupun
kelompok Lambas, dkk, 2004:12.
commit to user
Slavin 2008 membedakan model pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe yaitu : Student Teams Achievement Division STAD, Teams Games
Tournament TGT, Teams Assisted Individualization TAI, Cooperative Integrated Reading And Composition CIRC, Jigsaw, dan lain-lain.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan relatif lebih mudah diterapkan oleh guru yang baru mengenal model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan
tipe yang lain. Ide atau gagasan pokok yang mendasari digunakannya model pembelajaran
ini adalah untuk memotivasi siswa agar saling membantu satu sama lainnya dalam menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Jika siswa ingin mendapatkan
penghargaan kelompok, maka mereka harus saling membantu teman satu teamnya dengan saling bekerja berpasangan dan membandingkan jawaban, mendiskusikan
setiap perbedaan, saling membantu jika ada kesulitan dan kesalahan, saling membantu dalam memecahkan masalah dan dalam menguasai materi yang sedang
dipelajari. Menurut Slavin 2008 : 143-144, STAD terdiri atas lima komponen utama,
yaitu: 1 Presentasi Kelas
Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada umumnya. Hal ini disebabkan karena dalam presentasi kelas
dalam STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Materi pokok STAD diuraikan dalam presentasi kelas. Dalam presentasi
kelas ini, guru mengajarkan materi secara langsung dalam pertemuan kelas. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok,
sehingga siswa memperhatikan dengan baik selama presentasi kelas, karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan tes dimana hasil tesnya
akan menentukan skor dalam kelompoknya.
commit to user
2 Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Tim adalah bagian yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan
adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
3 Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.
4 Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka
\DQJWHUEDLN7LDSVLVZDGLEHULNDQVNRU³DZDO´\DQJGLSHUROHKGDULUDWD-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya
akan mengumpulkan poin untuk tim mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
Tabel 2.3. Skor Perkembangan Individu Skor Individu
Skor Perkembangan Individu Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
5 10
± 1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal
30 Slavin, 2008: 159
commit to user
5 Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila
skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tabel 2.4. Tabel Penghargaan Kelompok
Rata-rata skor kelompok Penghargaan
20 15
x Kelompok
Baik 25
20 x
Kelompok Hebat
30 25
x Kelompok
Istimewa
Slavin, 1995: 80
Dari komponen di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu, yang dapat
dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.5. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Fase Kegiatan Pembelajaran
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar 2. Presentasi kelas
Guru menyajikan informasi atau materi pokok kepada siswa
3. Belajar tim
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar dan membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat bekerja dalam tim.
4. Kuis individual Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari dengan jalan pemberian kuis individual
commit to user
5. Rekognisi tim Guru memberikan penghargaan berdasarkan skor
tim. Skor tim dihitung berdasar skor kemajuan yang dibuat tiap anggota tim yang merekognisi tim
dengan skor tertinggi
e. Latihan Individual Terstruktur Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 570, kata latihan
mempunyai pengertian pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan. Rusmansyah 2002 mengatakan bahwa kata latihan mengandung arti
bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang. Latihan terstruktur merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode
pemecahan masalah. Lebih lanjut, Rusmansyah 2002 mengemukakan bahwa metode latihan terstruktur merupakan pembelajaran dengan memberikan latihan-
latihan berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu. Pemberian latihan soal dilakukan setelah siswa memperoleh
konsep yang akan dilatihkan. Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal dengan jenjang yang mudah menuju jenjang yang lebih sulit.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan individual terstruktur adalah suatu metode pembelajaran memberikan latihan-latihan berstruktur yang
dikerjakan secara perseorangan terhadap apa yang telah dipelajari siswa setelah memperoleh konsep yang akan dilatihkan.
Norhadi Rusmansyah:2002 mengatakan bahwa dalam memberikan latihan terstruktur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1 Tujuan pembelajaran harus dijelaskan kepada siswa. 2 Menentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui
apa yang harus dikerjakan. 3 Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa
4 Menyelingi latihan agar tidak membosankan. 5 Memperhatikan kesalahan-kesalahan umu yang dilakukan siswa untuk usaha
perbaikan.
commit to user
f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur merupakan model pengembangan dari model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Pengembangan model ini berdasar adanya kekurangan pada model STAD
yang melibatkan siswa dalam kelompok untuk mengkonstruksi pemahaman konsep, namun kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri.
Akibatnya jika ada sebagian siswa yang tidak memenuhi syarat kemampuan untuk mempelajari konsep tersebut akan gagal memperoleh manfaat dalam kelompok.
Padahal siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan dan motivasi yang beragam, sehingga diperlukan adanya individualisasi dalam pembelajaran.
Slavin 2008:187 mengatakan bahwa, individualisasi dipandang penting khususnya dalam pelajaran matematika, dimana pembelajaran dari tiap kemampuan
yang diajarkan sebagian besar tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.
Selain itu individualisasi diperlukan dalam rangka penguatan konsep materi agar siswa lebih memahami konsep materi. Untuk dapat meningkatkan
individualisasi dan kemandirian belajar yang efektif dapat dilakukan dengan pemberian latihan soal terstruktur secara individual.
Komponen model pembelajaran STAD dengan Latihan Individual Terstruktur sama dengan komponen STAD, hanya saja sebelum diadakan kuis
individual, ditambahkan fase belajar individual. Pada fase ini siswa diberikan soal latihan terstruktur terkait konsep materi yang diperoleh dalam kerja kelompok. Soal
latihan terstruktur dari jenjang soal yang sederhana ke soal yang lebih kompleks. Hal ini dimaksudkan sebagai penguatan pemahaman konsep materi
Dari langkah pembelajaran STAD secara umum, maka dikembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dengan
langkah pembelajaran sebagai berikut : Tabel 2.6. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan
commit to user
Latihan Individual Terstruktur Fase
Kegiatan Pembelajaran 1. Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2. Presentasi kelas Guru menyajikan informasi atau materi pokok
kepada siswa 3. Belajar
tim Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar dan membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat bekerja
dalam tim. 4. Belajar individual
Siswa mengerjakan soal terstruktursecara
individual dengan pemahaman konsep yang telah diperoleh pada fase 3.
5. Kuis individual Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari dengan jalan pemberian kuis individual
6. Rekognisi tim Guru memberikan penghargaan berdasarkan skor
tim. Skor tim dihitung berdasar skor kemajuan yang dibuat tiap anggota tim yang merekognisi
tim dengan skor tertinggi
3. Kecerdasan Logika Matematika a. Kecerdasan
Kendler dalam E.Mulyasa 2005:125 menyatakan bahwa intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan untuk berfikir abstrak, belajar, atau
mengintegrasikan pengalaman baru dan mangadaptasikan ke situasi ± situasi baru.
Sedangkan, menurut Gardner 2003:32, kecerdasan merupakan bakat tunggal yang dipergunakan dalam situasai menyelesaikan masalah apapun.
commit to user
Dalam bukunya, Gardner juga mengidentifikasikan adanya 8 macam kecerdasan dalam diri setiap manusia dengan kadar pengembangan yang berbeda.
Kedelapan kecerdasan tersebut antara lain : 1 Linguistic intelligence kecerdasan linguistik
2 Logic Mathematic intelligence kecerdasan logika matematika 3 Visual and spatial intelligence kecerdasan visual dan spasial
4 Music intelligence kecerdasan musik 5 Interpersonal intelligence kecerdasan interpersonal
6 Intrapersonal intelligence kecerdasan intrapersonal 7 Kinestetic intelligence kecerdasan kinestetik
8 Natural intelligence kecerdasan naturalis Kecerdasan tertentu merupakan kunci untuk materi subyek sekolah tertentu,
seperti matematika dan ilmu pengetahuan yang menekankan pada kecerdasan logika matematika.
b. Kecerdasan Logika Matematika Kecerdasan logika matematika merupakan faktor penting dalam
pembelajaran matematika. Kecerdasan ini penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang.
Kecerdasan logika matematika didukung oleh kriteria empiris yakni daerah tertentu dari otak lebih menonjol dalam perhitungan matematika daripada daerah
lain. Sehingga, kecerdasan logika matematika boleh jadi lebih dasar daripada kecerdasan
± kecerdasan yang lain. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan menemukan perbedaan pola-pola numerik, kemampuan untuk
melakukan argumentasi yang panjang teratur dengan pola pikir yang terstruktur secar logis Martinis Jamaris:2005.
Lebih lanjut, Martinis Jamaris mengatakan bahwa kecerdasan logika matematika adalah bagian dari kecerdasan jamak berkaitan dengan kepekaan dalam
mencari dan menemukan pola yang digunakan untuk melakukan kalkulasi hitung dan berpikir abstrak serta berpikir logis.
Masykur 2007:153 mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur dan menyelesaikan
commit to user
hal-hal yang bersifat matematis. Menurut, Amstrong 2002:3, kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan dalam hal angka dan logika. Kemampuan ini
meliputi kemampuan dalam hal penalaran, mengurutkan, berfikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan mencari keteraturan konseptual pola numerik.
Senada dengan Amstrong, Lwin, dkk 2008:43 mendefinisikan kecerdasan logika matematika adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan,
pola, dan pemikiran logis dan ilmiah. Sedangkan
menurut Gardner,
kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Gardner juga mengatakan
bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan logika matematika mampu memikirkan dan menyusun solusi jalan keluar dengan urutan yang logis masuk akal, suka
dengan angka, urutan, logika dan keteraturan Dari
uraian di
atas, diperoleh
kesimpulan bahwa kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam menangani angka dan logika, serta menyusun
solusi jalan keluar dengan urutan yang logis masuk akal dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan dalam kecerdasan matematika meliputi:
1 Kemampuan numerik Kemampuan numerik adalah kemampuan yang berhubungan dengan angka, dan
kemampuan untuk berhitung serta melakukan operasi matematika.. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki
kecepatan tinggi mengerjakan perhitungan matematika secara tepat. 2 Kemampuan konsep aljabar
Kemampuan konsep aljabar adalah kemampuan bekerja dalam konsep aljabar untuk menyelesaikan persoalan matematika.
3 Kemampuan deret bilangan Kemampuan deret bilangan adalah kemampuan mengurutkan, mendeteksi serta
menganalisis pola angka-angka tertentu. 4 Kemampuan logika penalaran
Kemampuan logika penalaran adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan,
commit to user
serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Kemampuan ini meliputi kemampuan menganalisis dan mempelajari sebab
akibat terjadinya sesuatu serta menganalisa berbagai permasalahan matematika secara logis.
4. Tinjauan Tentang Aturan Sinus dan Cosinus Dalam penelitian ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah merancang
model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri
Indikator hasil belajar yang dapat digunakan untuk mencapai kompetensi dasar dalam penelitian ini diantaranya adalah siswa dapat :
a Merumuskan aturan sinus yang berlaku pada tiap segitiga b Merumuskan aturan cosinus yang berlaku pada tiap segitiga.
c Menggunakan aturan sinus dan kosinus untuk menyelesaikan soal perhitungan sisi atau sudut pada segitiga.
Pada umumnya, pada pembelajaran langsung siswa diberikan rumus aturan sinus dan cosinus secara langsung oleh guru tanpa disertai pengkontruksian
pemahaman oleh siswa sendiri. Akibatnya, siswa hanya menghafal rumus yang diberikan. Sehingga ketika siswa menghadapi permasalahan terkait dengan
penggunaan aturan sinus dan cosinus, siswa mengalami kesulitan.
B. Kerangka Pemikiran