EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATERI LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

(1)

commit to user

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME

BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

SKRIPSI Oleh :

ANIK NUR KHAYATI K1303018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME

BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

Oleh :

ANIK NUR KHAYATI K1303018

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Budi Usodo, M.Pd Ristu Saptono, S.Si, M. T


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 20 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan

Ketua : Triyanto, S. Si, M.Si (………...)

Sekretaris : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd (………)

Penguji I : Drs. Budi Usodo, M.Pd (………....)

Penguji II : Ristu Saptono, S.Si, M. T (………)

Disahkan Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

MOTTO

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Alloh) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S Al Baqoroh : 153)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. Albaqoroh : 286)

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”


(6)

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Penulis persembahkan untuk :

· Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu mendoakan dan menyayangiku

· Saudara-saudaraku, yang selalu menjadi penghibur dan penyemangatku

· Teman-teman dekatku, semoga persahabatan kita tetap terjaga

· Teman-teman P.Matematika ’03, atas kebersamaan yang indah


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah SWT, dzat penggengggam setiap jiwa, pengatur setiap langkah, yang berkehendak atas segala, yang dengan kelapangan jalan yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pada Materi Luas dan Volume Bangun Ruang Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak antara lain :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, ketua Jurusan P MIPA FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Triyanto, S. Si, M. Si, Ketua Program P Matematika FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

4. Drs. Budi Usodo, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

ilmu, dukungan, dan saran yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Ristu Saptono, S.Si, M. T , Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, ilmu, dukungan, dan saran yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Literzet Sobri, M.Pd, Kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Drs.H.Agus Hadi Susanto, M.Pd, Kepala MAN 1 Surakarta yang telah


(8)

commit to user

viii

8. Drs.Joko Dwi Heru S, Guru bidang studi matematika SMA Batik 1 Surakarta

yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan bimbingan selama melakukan penelitian sekaligus sebagai validator instrument penelitian.

9. Nuraini Kusumastuti S.Pd, Guru bidang studi matematika MAN 1 Surakarta

yang telah memberikan kesempatan, dan kepercayaan melakukan uji coba sekaligus sebagai validator instrument penelitian.

10.Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa restu,

kasih sayang, dan dukungan.

11.Teman-teman P. Matematika ’03 atas kebersamaannya.

12.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat memberikan kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.

Surakarta, Januari 2011 Penulis,


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iv

MOTTO ... ... v

PERSEMBAHAN ... ... vi

KATA PENGANTAR ... ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiii

ABSTRAK ... ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pemilihan Masalah ……… ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Perumusan Masalah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Prestasi Belajar Matematika ... 9

a. Prestasi Belajar ... 9

b. Matematika ……… ... 9

c. Prestasi Belajar Matematika ... 10


(10)

commit to user

x

a. Pengertian Model Pembelajaran ……… ... 11

b. Model Pembelajaran Konvensional ... 12

c. Model Pembelajaran Kooperatif ……….. ... 12

d. Model Pembelajaran KooperatifTipe NHT (Numbered Heads Together) … ... 14

3. Gaya belajar ... 17

a. Auditorial ... 18

b. Visual ... 18

c. Kinestetik ... 19

4. Tinjauan Materi Luas dan Volume Bangun Ruang ... 19

a. Luas Bangun Ruang ... 19

b. Volume Bangun Ruang ... 20

B. Kerangka Berpikir ... 21

C. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITAN ... 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

1. Tempat Penelitian ... 25

2. Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian ... 26

1. Pendekatan Penelitian ... ... 26

2. Rancangan Penelitian ... ... 26

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Identifikasi Variabel ... 28


(11)

commit to user

xi

a. Metode Dokumentasi ... 30

b. Metode Tes ... 30

c. Metode Angket ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Pendahuluan ... 38

2. Pengujian Hipotesis ... 39

a. Uji Prasyarat Analisis Variansi ... 39

b. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 42

c. Uji Komparasi Ganda ... ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ………... ... 49

A. Hasil Pengembangan Instrumen ... ... 49

1. Pengembangan Tes Prestasi Belajar ... ... 49

2. Pengembangan Angket Gaya Belajar ... ... 51

B. Deskripsi Data ... ... 53

1. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... ... 53

2. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika ... ... 53

C. Uji Pendahuluan ... ... 55

D. Pengujian Hipotesis ... ... 55

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi ... ... 55

2. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... ... 57

3. Uji Komparasi Ganda ... ... 58

E. Pembahasan Hasil Analisi Data ... ... 59

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... ... 62

B. Implikasi ... ... 62

C. Saran ... ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... ... 66


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Luas dan Volume Benda Ruang ... 20

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 26

Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 43

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ... 43

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis ... 46

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Intrumen ... 52

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

Tabel 4.3 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Gaya Belajar Matematika ... 54

Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 54

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas ... 56

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 57


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... ... 68

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa... 103

Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika(Uji Coba) ... 119

Lampiran 4 Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ... 121

Lampiran 5 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ... 127

Lamparan 6 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ... 136

Lampiran 7 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba ) ... 137

Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar matematika (Uji Coba) ... 138

Lampiran 9 Angket Gaya Belajar Matematika (Uji Coba) ... 140

Lampiran 10 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Matematika (Uji Coba) ... 147

Lampiran 11 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 148

Lampiran 12 Uji Validitas Isi Angket Gaya Belajar Matematika ... 152

Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Matematika… ... 156

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika ……… ... 159

Lampiran 15 Uji Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Matematika ... ….. 162

Lampiran 16 Uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Matematika ………… ... 166

Lampiran 17 Tes Prestasi Belajar Matematika... 169

Lampiran 18 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Matematika……..…. ... 174

Lampiran 19 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika ... 181

Lampiran 20 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika ... ……… 182

Lampiran 21 Angket Gaya Belajar Matematika ... ……… 183

Lampiran 22 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Matematika ... ……… 189


(14)

commit to user

xiv

Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... ………. 192

Lampiran 25 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 194

Lampiran 26 Data Induk Kelas Eksperiman ... 197

Lampiran 27 Data Induk Kelas Kontrol ... .... 198

Lampiran 28 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen.……….……... 199

Lampiran 29 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Kontrol ... .... 201

Lampiran 30 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya Belajar Auditorial ... 203

Lampiran 31 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya Belajar Visual ... 205

Lampiran 32 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya Belajar kinestetik ... 207

Lampiran 33 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran ... 209

Lampiran 34 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika ... 212

Lampiran 35 Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 215

Lampiran 36 Daftar Nama Kelompok (Kelas Eksperimen)……… .... 219

Lampiran 37 Daftar Tabel ... 221


(15)

commit to user

ABSTRAK

Anik Nur Khayati. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

(NUMBERED

HEADS TOGETHER) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME

BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA.

Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui apakah pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (

Numbered Heads Together

) dapat

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun

ruang, (2) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika

diantara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar

matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas

dan volume bangun ruang, (3) untuk mengetahui manakah diantara model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (

Numbered Heads Together

) dan model

pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar

matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar

matematika tipe kinestetik.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian

adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta, Tahun Ajaran

2008/2009, yang berjumlah 378 siswa yang terbagi menjadi 9 kelas. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas X-1 untuk kelas

eksperimen dengan jumlah siswa 43 orang dan kelas X-2 untuk kelas kontrol dengan

jumlah siswa 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara sampling random

kluster. Uji coba instrumen dilaksanakan di MAN 1 Surakarta. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai ujian

semester gasal mata pelajaran matematika, metode angket untuk data gaya belajar


(16)

commit to user

dan metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi 5%.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan

prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang pada siswa

kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fa =

22,6120 < 3.984 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). (2) tidak ada perbedaan prestasi

belajar matematika antara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester genap

SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fb = 1,0527 < 3.134 = Ftabel pada

taraf signifikansi 5%). (3) model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester

genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fab = 0.3703 < 3.134 = Ftabel


(17)

commit to user

ABSTRACT

Anik Nur Khayati, An Experimentation of NHT (Numbered Heads Together) type of

cooperative learning model in the subject of area and volume of plane geometry from students learning style on the students X graders of SMA Batik 1 Surakarta. Thesis, Surakarta : Theacher Training and Education Faculty. University Eleven March Surakarta, 2011.

The objectives of research are : (1) to find out whether learning using NHT (Numbered Heads Together) type of cooperative learning model provides mathematics learning achievement better than learning using conventional learning model in the subject of area and volume of plane geometry. (2) to find out whether are there difference mathematics learning achievement among students with mathematics learning style auditorial type, mathematics learning style visual type and mathematics learning style kinestetik type in the subject of area and volume of

plane geometry. (3) to find out which between NHT (Numbered Heads Together)

type of cooperative learning model and convensional learning model that provides mathematics learning achievement better in the subject of area and volume of plane geometry viewed from mathematics learning style uaditorial type, mathematics learning style visual type and mathematics leaning style kinestetik type .

This study employed a quasi_experimental method. The population of research was all students X graders of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009, totaling 378 students which is divided into 9 classes. The sample used in this research was 2 classes, class X-1 for experimental class with 43 students and class X-2 for control class with 37 students. The sampling technique used was cluster random sampling. The instrument test was carried out in MAN 1 Surakarta. Techniques of collecting data employed were documentation method in the form of mathematics score in odd semester, questionnaire for the data on students mathematic learning style and test methods for data on students mathematic learning achievement in the subject wide and volume shape space. Technique of analyzing data used was two_way analysis of variance with unequel cells. The analysis


(18)

commit to user

requirement was the population with normal distribution using Lilliefors test and population having the same variance (homogenous) using Bartlett method with Chi_Square test statistic at significance level of 5 %.

From the result of research, it can be concluded that : (1) learning using NHT (Numbered Heads Together) type of cooperative learning model provides mathematics learning achievement better than learning using conventional learning model in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders

even semester of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009 (Fa =

22,6120 > 3,984 = Ftable at significance level of 5%). (2) there is no difference

mathematics learning achievement among students with mathematics learning style auditorial type, mathematics learning style visual type and mathematics learning style kinestetik type in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders even semester of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009

(Fb = 1,0527 < 3,134 = Ftable at significance level of 5%). (3) NHT (Numbered Heads

Together) type of cooperative learning model provides mathematics learning achievement better than conventional learning model for each mathematics learning style in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders even

semester of SMA Batik 1 Surakarta in the School Year of 2008/2009 (Fab = 0,3703


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional diperlukan peran serta aktif dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan prioritas baik oleh pemerintah, keluarga, maupun pengelola pendidikan. Upaya pembangunan di bidang pendidikan masih perlu dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.

Pembinaan manusia yang berkualitas tergantung pada kegiatan pembelajaran, hal ini berhubungan langsung dengan tugas seorang guru yaitu mengajar. Pada dasarnya mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang salah satu tujuannya adalah menanamkan konsep materi kepada siswa. Suatu konsep akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika konsep tersebut disampaikan dengan langkah-langkah atau prosedur yang tepat dan menarik. Untuk itu penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar haruslah tepat, dalam arti sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar dan mencapai sasaran yang diinginkan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, seorang guru diharapkan bukan hanya sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi juga dapat menanamkan konsep materi dengan baik kepada siswanya. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat dengan mudah menyelesaikan berbagai variasi soal yang pada prinsipnya mempunyai konsep yang sama.

Banyak model pambelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. Tetapi tidak setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, waktu yang tersedia


(20)

commit to user

bentuk pengajaran ( individu/ kelompok ) serta hal-hal lain yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang matang dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi yang akan disampaikan. Hal tersebut dimaksudkan agar pambelajaran matematika menjadi efektif dan efisien. Namun yang sering terjadi di lapangan sebagian besar guru menggunakan model pembelajan yang hampir sama yaitu model pembelajaran konvesional dalam menyampaikan setiap materi pelajaran. Dalam model ini, kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi, memberikan contoh soal. Sedangkan siswa hanya memperhatikan dan meniru cara-cara guru menyelesaikan soal. Dengan penggunaan model pembelajaran konvensional, pada umumnya siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena mereka hanya mendengar dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Kegiatan yang hanya mendengar dan memperhatikan penjelasan guru ini kemungkinan dapat menyebabkan siswa bosan dan akan mengakibatkan siswa kurang kritis dan kreatif sehingga dapat mematikan semangat belajar siswa. Apalagi untuk materi-materi matematika yang diaggap sulit dipahami bagi kebanyakan siswa, salah satu diantaranya adalah materi luas dan volume bangun ruang. Karena itu peggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang yang menuntut siswa mempunyai kemampuan numerik, kemampuan memahami rumus-rumus dan kemampuan menggambarkan benda-benda ruang dimungkinkan bisa menyebabkan prestasi belajar mereka kurang optimal atau bahkan akan menurun.

Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Hal terpenting dari pembelajaran matematika adalah bagaimana agar siswa dapat dengan mudah memahami konsep-konsep dasar yang ada dalam matematika. Oleh karena itu dalam belajar matematika dituntut untuk lebih terampil, kreatif dan aktif dalam menaggapi persoalan matematika. Dengan begitu belajar matematika tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, melainkan siswa dituntut ikut aktif berpikir dan berargumentasi dalam menanggapi berbagai permasalahan.


(21)

commit to user

Pada kenyataannya bahwa kebanyakan siswa cenderung pasif dan kurang kreatif dalam belajar matematika. Para siswa hanya fokus pada cara penyelesaian soal yang diberikan oleh guru. Siswa tidak mua mencoba cara lain dalam menyelesaikan soal sehingga apabila dihadapkan pada soal lain yang memiliki konsep sama, mereka kurang bisa dalam menyelesaikannya.

Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih sebagai pengganti dari model pembelajaran konvensional dan tentunya pemilihan model tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Model pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang tidak hanya di dominasi oleh guru melainkan juga melibatkan keaktifan siswa, selain itu juga tidak hanya menekankan pada aspek kognitif siswa tetapi juga harus bisa meningkatkan kemampuan afektif siswa. Dalam hal ini dapat diterapkan suatu model pembelajaran diskusi untuk mengubah perilaku afektif siswa secara kongkrit dalam hal sikap atau nilai. Penggunaan diskusi secara terampil memungkinkan pembentukan sikap dalam suasana kelompok. Tabrani Rusyan (1989 : 187) menegaskan bahwa belajar secara kelompok lebih efektif dari pada belajar secara perseorangan, disamping dapat memberikan hasil yang lebih mantap dan lebih baik.

Model pembelajaran yang menggunakan prinsip kerja kelompok sering disebut dengan model pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan cara membentuk kelompok kecil dimana setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas kolektif sehingga akan menuntut siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Dalam model pembelajaran ini, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, setiap anggota kelompok diberi nomor. Dengan pemberian nomor dari tiap anggota kelompok tersebut, dimaksudkan apabila guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswanya, guru tinggal menyebutkan salah satu nomor dan anak dengan nomor tersebut harus dapat menyampaikan inspirasi dari kelompok mereka masing-masing. Setiap apa


(22)

commit to user

yang diputuskan dalam kelompok tersebut harus diketahui oleh masing-masing anggota, sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain. Dengan adanya pengelompokan, selain mendapat penjelasan dari guru, mereka juga mendapat penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami, sehingga kendala siswa yang cukup banyak kemungkinan dapat diatasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini. Selain itu, dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa tidak akan cepat merasa bosan dalam belajar matematika.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat mengoptimalkan keterlibatan total semua siswa dan diharapkan pula dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan tanggungjawab individu dalam diskusi kelompok. Dengan begitu akan sangat membantu siswa untuk dapat berpikir terampil, aktif dan kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan materi luas dan permukaan bangun ruang sehingga dimungkinkan prestasi belajar siswa dapat meningkat atau lebih baik bila dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Disamping penggunaan model pembelajaran yang tepat, terdapat faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran metematika, salah satunya adalah gaya belajar matematika. Gaya belajar matematika merupakan cara khas dan konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam menerima dan menyerap informasi matematika.

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999 : 112-113) menggolongkan gaya belajar bedasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas) kedalam tiga tipe, yaitu gaya belajar tipe auditorial, tipe visual, dan tipe kinestetik. Gaya belajar tipe auditorial memanfaatkan kemampuan pendengaran untuk mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar tipe visual menggunakan indera penglihatannya untuk membantunya belajar, sehingga akan lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan asosiasi visual atau gambar-gambar. Gaya belajar tipe kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Siswa kinestetik biasanya dibantu dengan membawa alat peraga


(23)

commit to user

yang nyata misalnya balok, patung dan jenis alat peraga lainnya untuk memudahkan dalam menerima informasi.

Pada umumnya siswa memiliki ketiga tipe gaya belajar tersebut, namun ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa belum mengenal persis tipe gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum dapat menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika, cara memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi siswa untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal tipe gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika masing-masing.

Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki ketiga tipe gaya belajar tersebut, siswa yang bertipe auditorial mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab dan siswa yang bertipe visual mempunyai karakteristik mudah menerima informasi dengan asosiasi visual atau gambar-gambar dimungkinkan akan lebih mudah menerima materi luas dan volume bangun ruang yang disajikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini, sehingga diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang bertipe kinestetik dikarenakan siswa yang bertipe kinestetik tidak menyukai diskusi dan mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini tidak menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran. Jadi dimungkinkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini nanti tidak akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik bagi siswa yang bertipe kinestetik.

Bertolak dari uraian diatas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari karakteristik gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika.


(24)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa benar-benar memahami materi dan menguasai konsep. Tetapi masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional disetiap proses pembelajaran, padahal tidak semua materi cocok disampaikan dengan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Banyak siswa dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain sehingga kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi luas dan volume benda ruang mungkin menghasilkan prestasi belajar yang berbeda dengan penggunaan model pembelajaran konvensional, karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa tidak hanya mendapat penjelasan dari guru, tetapi mereka juga mendapat penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami dalam diskusi. 4. Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini

mungkin disebabkan karena kurangnya perhatian guru terhadap karakteristik gaya belajar matematika yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain hal itu, banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan membosankan terutama pada materi luas dan volume benda ruang.

C. Pemilihan Masalah

Penelitian dengan banyak permasalahan, tidak mungkin untuk dilakukan dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipecahkan masalah penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe


(25)

commit to user

NHT (Numbered Heads Together) yang kemudian dikaitkan dengan gaya belajar matematika siswa tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah diatas, agar permasalahan yang dikaji lebih mendalam dan terarah maka masalah-masalah tersebut penulis batasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Gaya belajar yang dibicarakan adalah cara yang khas pada siswa dalam belajar matematika, baik di rumah maupun di kelas, yaitu gaya belajar matematika siswa tipe visual, gaya belajar matematika siswa tipe auditorial, dan gaya belajar matematika siswa tipe kinestetik .

3. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang yaitu prestasi yang dicapai setelah proses pembelajaran.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial, gaya belajar tipe visual dan gaya belajar tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang?

3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional yang


(26)

commit to user

dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar matematika siswa tipe auditorial, gaya matematika siswa tipe visual dan gaya belajar matematika siswa tipe kinestetik.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :

1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.

3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar matematika siswa tipe auditorial, gaya matematika siswa tipe visual dan gaya belajar matematika siswa tipe kinestetik.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:

1. Memberikan masukan kepada guru matematika bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mungkin dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar suasana belajar menjadi lebih menyenangkan.


(27)

commit to user

2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan gaya belajar matematika karena mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika.


(28)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Prestasi Belajar

Salah satu indikator bahwa seseorang telah mengalami proses belajar adalah adanya prestasi belajar. Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), “Prestasi balajar adalah penguasaan pemahaman dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.

Sedangkan Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak tersebut kelompok anak pandai, sedang, atau kurang. Prestasi anak ini dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.

Sedangkan Zainal Arifin (1990:3) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan masalah”. Dalam hal ini prestasi belajar tidak hanya dapat ditunjukkan dengan nilai tes tetapi dapat juga ditunjukkan dengan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam simbol, angka, atau huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu.

b. Matematika

Matematika timbul mula-mula karena kebutuhan manusia untuk mempelajari alam. Dari kebutuhan ini, alam dijadikan ide-ide atau konsep abstrak


(29)

commit to user

dan mempelajarinya dalam bentuk simbol-simbol ini berlandaskan pada ide-ide nyata. Dari hal ini matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun hierarkis. Banyak orang yang menganggap matematika sebagi bidang studi yang sulit, meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 637), “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan”.

Sedangkan menurut Purwoto (2003: 12) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang sruktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma dan teorema dan akhirnya ke dalil”. Matematika terdiri dari beberapa kawasan yang luas, yaitu statistik, aljabar, geometri, terapan, dan analisis.

Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, yaitu: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat

( Soedjadi, 2000: 11) Dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak tentang pola keteraturan, terstruktur yang logik, yang terorganisasikan secara sistematik mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.

c. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), kata prestasi mempunyai


(30)

commit to user

pengertian hasil yang dicapai (dilakukan/dikerjakan dsb). Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar sehingga terdapat perubahan dalam pemikiran atau pengetahuan serta tingkah lakunya, dan hasil tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu sebagai pencerminan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran tertentu yang dipelajari. Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada tiap pokok bahasan pada periode tertentu.

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar siswa pada materi luas dan volume bangun ruang.

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran (Arends, 1997: 7) mempunyai dua arti penting yaitu:

1) Model mempunyai maksud yang lebih luas daripada strategi, metode/ pendekatan.

2) Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas.

Sedangkan menurut Joyce dkk (2000: 6) suatu model pembelajaran adalah suatu perencanaan/suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum dan lain-lain.

Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.


(31)

commit to user

b. Model pembelajaran konvensional

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) disebutkan bahwa, ”Konvensional adalah tradisional”. Sedangkan tradisional sendiri diartikan sebagai sikap, cara berfikir, dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun. Model pembelajaran konvensional dapat juga disebut model pembelajaran tradisional. Pada model ini guru cenderung mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan isi dan mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru, dan tidak terlatih mandiri dalam belajar.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah :

1) guru membuka pelajaran

2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) guru menyampaikan pengantar materi dan menjelaskan materi pelajaran 4) guru memberi contoh soal dan soal latihan

5) guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan 6) guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis

7) guru membahas soal latihan

8) guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik-teknik dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi


(32)

commit to user

pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kerja siswa. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan ( Slavin, 1995 : 6-7 ).

Muhammad Nur (2005:2) menyatakan bahwa, “Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.”

Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling diantara anggota kelompok dan mengamati bagaimana kelompok tersebut bekerja.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model lain,yaitu :

1) Meningkatkan kemampuan siswa. 2) Meningkatkan rasa percaya diri.

3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.

4) Memperbaiki hubungan antar kelompok.

5) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif(kerjasama). Roger dan David (Anita Lie, 2002:31), menyatakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yaitu : a) Saling ketergantungan positif

Dalam unsur ini, siswa yang kurang mampu tidak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, tapi merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan andil.

b) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah kesiapan guru dalam penyusunan tugas.


(33)

commit to user

c) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi.

d) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Menurut Slavin (1995:285) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif antara lain :

a) Student Teams Achievement Division (STAD) b) Teams Games Tournament (TGT)

c) Team Accelerated Instruction (TAI)

d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) e) Jigsaw

f) Numbered Heads Together (NHT)

g) Contextual Teaching and Learning (CTL) h) Realistic Mathematic Education (RME)

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang pembelajaran mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Di dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa saling bekerja sama satu dengan yang lainnya, berdiskusi, berdebat menilai kemampuan, pengetahuan dan kekurangan anggota lainnya sampai setiap siswa dalam


(34)

commit to user

kelompok tersebut dapat memastikan bahwa seluruh anggota dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang diajarkan.

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Spencer Kagan (1993) dengan menekankan pada suatu struktur untuk mengetahui pola interaksi siswa. Struktur ini mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau mengedepankan ciri kooperatif daripada penghargaan pribadi.

Salah satu variasi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan menekankan pada struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur-struktur yang dikembangkan oleh Spencer Kagan diharapkan dapat menjadi alternatif dalam struktur kelas tradisional dimana guru memberikan pertanyaan pada seluruh kelas dan siswa-siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan mereka dan namanya dipanggil. Struktur dari Kagan mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan mengedepankan ciri kooperatif dari pada penghargaan pribadi. NHT (Numbered Heads Together) merupakan salah satu contoh tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural.

NHT (Numbered Heads Together) pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok yang melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara ini akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Menurut Anita Lie (2002:59), “Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”.


(35)

commit to user

Langkah-langkah dalam metode ini adalah : a) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5 anggota dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda satu sampai lima.

b) Memberi pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat bervariasi dalam bentuk pertanyaan spesifik ataupun dalam bentuk pertanyaan.

c) Berpikir bersama (Heads together)

Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetaui jawaban tersebut.

d) Menjawab pertanyaan (Answering)

Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban pada seluruh anggota kelas.

Berdasarkan langkah-langkah di atas dalam praktek pembelajaran peneliti menggunakan pengembangan sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Guru menjelaskan pokok-pokok materi pelajaran

4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 4 anggota 5) Guru membagikan LKS dan mengarahkan siswa untuk mengerjakannya 6) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam

menyelesaikan soal-soal pada LKS

7) Guru berkeliling dan mengamati diskusi siswa dari satu kelompok ke kelompok lain dan membantu siswa yang mengalami kesulitan

8) Guru menyebut salah satu nomor siswa dan memberikan kesempatan kepada 2 orang dari kelompok berbeda untuk mengerjakan soal di papan tulis


(36)

commit to user

9) Guru menanyakan tentang pendapat kelompok lain berkenaan dengan hasil pekerjaan siswa yang ada di papan tulis

10)Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa di papan tulis

11)Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.

3. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 110-112) yang merumuskan bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya. Sedangkan Winkel (1996: 147) mengemukakan bahwa, ”Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali terbentuk dan cenderung bertahan terus”. Nasution (2004:94) menyatakan bahwa, “Gaya belajar adalah cara yang dengan konsisten dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal”.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa akan dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.

Sriyono (1992: 4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe


(37)

commit to user

penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 112-113) mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan pembagian tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu orang bertipe visual, auditorial, dan kinestetik.

a. Auditorial

De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 118) mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1) Mudah terganggu oleh keributan.

2) Senang membaca dengan keras dan mendengarakan.

3) Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna suara.

4) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 5) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe mendengarkan dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan”. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa auditorial dalam belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan atau suara-suara yang mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa lirik, mengajak berdiskusi untuk memahami suatu pelajaran.

b. Visual

De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 116) mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail.

2) Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. 3) Mengingat dengan asosiasi visual.

4) Lebih suka membacakan daripada dibacakan.

5) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.


(38)

commit to user

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya belajar tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual dalam belajar yaitu menyediakan bagan, gambar, flow chart atau membantunya untuk menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang sedang dipelajari.

c. Kinestetik

De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 118-120) mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1) Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak. 2) Berbicara dengan perlahan.

3) Belajar melalui manipulasi dan praktek.

4) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

5) Ingin melakukan segala sesuatu.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik akan menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa kinestetik dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk belajar (seperti balok-balok, miniatur, patung peraga), membiarkan dia menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya, memberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang dipelajarinya, memberi kesempatan untuk berpindah tempat.

4. Tinjauan Materi Luas dan Volume Bangun Ruang

a. Luas Bangun Ruang

Luas bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan bidang bangun tersebut. Dengan demikian untuk menentukan luas bangun ruang perlu diketahui banyaknya bidang dan bentuk dari masing-masing bidang pada bangun ruang tersebut.


(39)

commit to user

b. Volume Bangun Ruang

Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun digunakan volume. Volume bangun ruang didapat dengan membandingkan terhadap satuan pokok volume, misalnya cm3.

Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Luas dan Volume Benda Ruang. No Bangun

Ruang Rumus Keterangan

a. Balok Luas Permukaan = {(p xl ) + (p x t) + (l x t)} Volume = p x l x t

p = panjang l = lebar t = tinggi b. Kubus Luas Permukaan = 6 a2

Volume = a3

a = panjang rusuk

c. Prisma Luas Selimut = Kell alas x t

Luas Permukaan = 2 x luas alas + luas selimut Volume = Luas alas x tinggi

Kell = keliling t = tinggi

d. Silinder Luas Selimut = 2

π

r t

Luas Permukaan = 2

π

r(r + t) Volume =

π

r2 t

r = jari-jari alas t = tinggi

e. Limas Luas Permukaan = luas alas + luas selimut

Volume = 3 1

Luas alas x tinggi

-

f. Kerucut Luas Selimut =

π

r s

Luas Permukaan =

π

r(r + s) Volume =

3 1

π

r2 t

r = jari-jari alas t = tinggi s = garis pelukis

g. Bola Luas Permukaan = 4

π

r2 Volume =

3 4

π

r3


(40)

commit to user

B. Kerangka Berpikir

Bertolak dari tinjauan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada tiap pokok bahasan pada periode tertentu. Indikator keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Banyak siswa yang menganggap matematika itu sulit terutama pada materi luas dan volume bangun ruang yang membahas tentang luas permukaan dan volume bangun ruang. Untuk mencari luas permukaan dan volume benda-benda ruang diperlukan kemampuan-kemampuan yang mendukung seperti kemampuan-kemampuan memahami rumus dan kemampuan menggambar benda-benda ruang. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi mungkin disebabkan karena banyak siswa kurang aktif mengikuti proses belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain, padahal pada materi luas dan volume bangun ruang memerlukan banyak diskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut. Penggunaan model pembelajaran konvensional mungkin salah satu hal yang menyebabkan siswa kurang paham, oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran lain yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran sangatlah bervariasi, guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Misalnya untuk materi luas dan volume bangun ruang, materi ini bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan semua permasalahan mengenai luas permukaan dan volume benda-benda ruang. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi luas dan volume bangun ruang kepada siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan individual siswa dan dapat mengarahkan siswa untuk bekerja sama dalam meyelesaikan permasalahan mengenai bangun ruang. Sehingga apabila ada kesulitan dalam memecahkan soal, siswa dapat mendiskusikannya. Pembelajaran


(41)

commit to user

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan penguasaan akademis siswa. Melalui model pembelajaran pengelompokan ini, selain mendapat penjelasan dari guru, siswa juga mendapat penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami meteri yang diberikan, sehingga siswa dapat menggali kemampuannya sendiri dan juga bekerja sama dalam kelompok kecil. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Togeher) diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakn model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi matematika. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999 : 112-113) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas) kedalam tiga tipe yaitu tipe auditorial, tipe visual, dan tipe kinestetik. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa, karena hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar dalam proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya pun akan lebih baik, apabila ia mengerti tipe gaya belajarnya. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh ketiga tipe gaya belajar tersebut, siswa dengan gaya belajar tipe auditorial yang mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab dan juga aktif biasanya adalah anak yang pandai. Sedangkan siswa dengan gaya belajar tipe visual yang mempunyai karakteristik mudah menerima informasi dengan asosiasi visual atau gambar-gambar dalam memahami suatu materi biasanya mempunyai prestasi belajar yang cukup baik. Akan tetapi, siswa yang mempunyai gaya belajar tipe kinestetik biasanya mempunyai prestasi belajar yang agak tertinggal dari siswa yang bertipe auditorial maupun visual, dikarenakan siswa yang bertipe kinestetik memerlukan objek nyata yang dapat disentuh sebagai alat peraga untuk memahami suatu materi. Dengan kata lain, adanya perbedaan tipe gaya belajar tersebut akan mengakibatkan perbedaan


(42)

commit to user

prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai karakteristik gaya belajar auditorial, gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan gaya belajar siswa dalam proses pembelajaran diharapkan akan menjadikan proses pembelajaran tersebut lebih bermakna, sehingga konsep yang diajarkan dapat dengan mudah dikuasai oleh siswa. Akibatnya prestasi belajar matematika siswa akan menjadi lebih baik. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh ketiga tipe gaya belajar tersebut, disebutkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab. Hal ini akan mempermudah bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) karena praktek pembelajarannya dilakukan dengan cara berdiskusi didalam suatu kelompok-kelompok kecil. Sehingga dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan vulume bangun ruang. Karakteristik siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual adalah mudah menerima informasi dengan asosiasi visual atau gambar-gambar, hal ini memberikan kemudahan bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual dalam menerima materi luas dan volume bangun ruang, yang didalamnya menuntut siswa mempunyai kemampuan menggambarkan bangun-bangun ruang. Sehingga dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini diharapkan akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai tipe gaya belajar visual daripada dengan model pembelajaran konvensional. Karakteristik siswa yang mempunyai gaya belajar tipe kinestetik diantaranya adalah memerlukan objek nyata yang dapat disentuh sebagai alat peraga dalam memahami suatu materi dan tidak menyukai diskusi serta mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar. Karena dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan ini tidak menggunakan alat peraga, maka didalam proses


(43)

commit to user

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini tidak dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik bagi siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik tersebut.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka pemikiran di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial, gaya belajar tipe visual dan gaya tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.

3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) akan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial dan gaya belajar tipe visual dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, tetapi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional akan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe kinestetik dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi luas dan volume bangun ruang.


(44)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta dengan subyek penelitian siswa kelas X Tahun Ajaran 2008/2009. Sedangkan Untuk uji coba tes maupun angket dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Tahun Ajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2009 sampai bulan April 2009. Tahap ini meliputi penyusunan proposal skripsi, penyusunan instrumen dan angket, pelaksanaan survey di sekolah, permohonan ijin

penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2009 dengan perincian sebagai berikut:

1) Pelaksanaan eksperimen metode pembelajaran dilaksanakan pada minggu ke IV bulan April sampai dengan Minggu ke III bulan Mei 2009

2) Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke II bulan Mei 2009.

3) Pengambilan data prestasi belajar matematika dan gaya belajar matematika siswa dilaksanakan pada minggu ke I bulan Juni 2009. c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan :

1) Pengolahan data hasil penelitian dilaksanakan bulan Juni 2010 2) Penyusunan laporan dilaksanakan mulai bulan Juli 2010.


(45)

commit to user

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis terapkan adalah metode eksperimen semu (quasi-experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82) bahwa, Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT (NumberedHeads Together) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu gaya belajar siswa dijadikan sebagai variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 , dengan maksud untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Gaya Belajar Siswa (B ) Model Pembelajaran (A)

Auditorial (b1) Visual (b2) Kinestetik (b3)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (a1)

a1b1 a1b2 a1b3

Model pembelajaran konvensional (a2)

a2b1 a2b2 a2b3

keterangan :

a1b1 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT


(46)

commit to user

a1 b2 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe visual.

a1 b3 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe kinestetik. a2 b1 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya

belajar tipe auditorial.

a2 b2 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya

belajar tipe visual.

a2 b3 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya

belajar tipe kinestetik.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2002: 108) menyatakan bahwa Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009, yaitu kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, X-7, X-8 dan X-9.

2. Sampel

Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi, karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut dengan pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 109) bahwa, Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian dari sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang ada. Dari populasi yang ada diambil dua kelas sebagai sampel.


(1)

commit to user

2. Hipetesis Kedua

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb =1,0527< F0,05;2;76 =3,134, sehingga Fb bukan merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0B tidak ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.

Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a) Dimungkinkan siswa kurang jujur pada waktu pengisian angket, sehingga jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada diri masing-masing individu siswa. Hal ini mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan karakteristik gaya belajar siswa.

b) Pengambilan data angket dilaksanakan setelah kedua kelas selesai mendapatkan perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Misalkan untuk siswa yang mempunyai tipe gaya belajar visual yang awalnya kurang aktif dalam diskusi ternyata siswa tersebut aktif karena mereka merasa lebih mudah menerima materi luas dan volume bangun ruang yang disajikan dengan asosiasi visual atau gambar-gambar. Hal ini mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan karakteristik gaya belajar matematika.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fab=0,3703< F0,05;2;76=3,134. Dengan demikian Fab bukan merupakan anggota dari daerah kritik maka H0AB tidak ditolak,ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar pada materi luas dan


(2)

commit to user

volume bangun ruang. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial, visual, maupun kinestetik.

Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi luas dan volume bangun ruang mungkin dikarenakan siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya siswa dengan tipe gaya belajar tipe kinestetik yang awalnya diprediksi kurang aktif dalam diskusi pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ternyata siswa tersebut aktif, sehingga siswa tersebut dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa yang mempunyai gaya belajar tipe kinestetik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(3)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang pada siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang siswa X semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka implikasi dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mempunyai karakteristik dapat mengaktifkan siswa karena dalam model pembelajaran ini guru memberikan materi pelajaran


(4)

commit to user

kemudian memberikan LKS pada siswa untuk didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing, sehingga siswa harus bekerjasama untuk menyelesaikan LKS dan latihan-latihan soal.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dari model pembelajaran konvensional karena dengan berdiskusi dalam kelompoknya dapat menjalin kerjasama serta bertukar pikiran tentang materi luas dan volume bangun ruang sesuai dengan pemahaman masing-masing kemudian disatukan untuk menemukan perumusan penyelesaian masalah-masalah luas dan volume bangun ruang. Bagi siswa yang belum paham dapat bertanya kepada siswa yang paham dan bagi siswa yang paham dapat lebih memperdalam materi yang dipelajari. Tiap kelompok diberikan waktu yang sama untuk menyelesaikan LKS. Setiap siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena semua siswa mempunyai kesempatan untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya hasil diskusi tersebut akan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang lain dengan cara guru memanggil nomor anggota tertentu dari salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mewakili kelompoknya kemudian kelompok lain menanggapi. Dengan begitu, siswa mengerti apakah hasil diskusi mereka salah atau benar sehingga pemahaman mereka lebih mendalam.

Dengan diskusi yang mereka lakukan maka siswa akan lebih mudah memahami penyelesaian masalah luas dan volume bangun ruang, sehingga siswa belajar dengan memahami bukan menghafal. Selain itu pemberian latihan-latihan soal pada tiap LKS memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka temukan untuk menyelesaikan masalah-masalah luas dan volume bangun ruang. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan LKS akan dibimbing guru, namun guru hanya memberikan pengarahan bukan jawaban dari LKS tersebut, jadi siswa dituntut untuk berpikir bersama dalam menemukan bentuk-bentuk penyelesaian masalah luas dan volume bangun ruang.

Adanya presentasi dari beberapa kelompok tentang hasil diskusi mereka membuat siswa berani mengungkapkan apa yang telah mereka pikirkan dan mereka temukan. Selain itu, kelompok yang lain bisa membandingkan hasil


(5)

commit to user

diskusi mereka sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dengan penegasan jawaban dari guru.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa gaya belajar matematika siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini mungkin disebabkan ada beberapa siswa yang memperolehan skor angket yang tidak terpaut jauh antara skor gaya belajar tipe auditorial, tipe visual maupun tipe kinestetik. Sehingga pengaruh dominasi gaya belajar tidak begitu tampak.

Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas terutama pada materi luas dan volume bangun ruang, lebih luasnya dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada materi yang lainnya dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan model pembelajaran yaitu: kesesuaian materi, kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan belajar siswa dan fasilitas.

C. Saran

Dalam upaya mencari alternatif pembelajaran matematika maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1.

Kepada Guru

a. Guru SMA Batik 1 Surakarta

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran pada materi luas dan volume bangun ruang dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga pada materi luas an volume bangun ruang sebaiknya diajarkankan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) agar prestasi belajar siswa lebih maksimal.


(6)

commit to user

b. Guru sekolah lain pada jenjang SMA

Dalam penyampaian materi luas dan volume bangun ruang terutama pada jenjang SMA hendaknya memperhatikan kondisi bahwa kemampuan siswa dalam satu kelas sangat heterogen. Sehingga perlu memperhatikan pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.

Kepada Sekolah

Dari hasil penelitian ini, kepala sekolah diharapkan memberikan masukan kepada guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran pada materi luas dan volume bangun ruang.

3.

Kepada Siswa

Untuk mempelajari materi luas dan volume bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) siswa sebaiknya lebih aktif dan meningkatkan kerjasama dengan teman satu kelompok dalam menyelesaikan LKS sehingga pemahaman mereka bisa maksimal.

4.

Kepada Para Peneliti

Para peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) namun dengan terlebih dahulu membiasakan siswa dengan model pembelajaran ini sehingga potensi siswa dapat digunakan semaksimal mungkin dan siswa tidak mengawali kebingungan di awal pembelajaran.

Hasil penelitian ini hanya terbatas pada pembelajaran yang ditinjau dari karakteristik gaya belajar matematika siswa. Bagi calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan penelitian dengan model pembelajaran serta tinjauan yang lain, misalnya motivasi, aktivitas, minat siswa, intelegensi dan lain-lain.


Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGANMETODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI OPERASI HITUNG ALJABAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 3 78

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 4 105

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL

0 3 86

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

4 18 99

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar ditinjau dari sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

4 30 178

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEME

0 0 19

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang Dimodifikasi Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kabupaten Ponorogo.

0 0 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) YANG DIMODIFIKASI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PONOROGO.

0 0 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 2 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA | Ardi

0 0 13