commit to user
c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum
dalam tabel 4.8 diperoleh bahwa H
0AB
tidak ditolak. Ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa.
Karena H
0AB
ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.
d. Uji Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada tabel 4.8
dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan logika matematika siswa H
0AB
tidak ditolak, karenanya tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berikut adalah hasil analisis data dengan anava dua jalan dengan sel tak sama sehubungan dengan pengajuan hipotesis yang telah dikemukakan pada BAB II.
1. Hipotesis Pertama Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada tabel 4.8
diperoleh F
obs
= 10,292 3,992 = F
0,05;1;66
, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa F
obs
merupakan anggota daerah kritik, sehingga H
0A
ditolak yang berarti bahwa kedua model pembelajaran yaitu model kooperatif tipe STAD dengan Latihan
Individual Terstruktur dan model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada sub materi aturan sinus dan
cosinus. Dari tabel 4.9 rataan marginal prestasi belajar matematika siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur yaitu sebesar 82,489. Sedangkan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran langsung mempunyai rataan marginal sebesar 75,846. Dari rataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif pembelajaran tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
commit to user
pembelajaran langsung. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada sub materi aturan sinus dan cosinus.
Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur lebih menekankan pada pengkonstruksian
pemahaman konsep melalui kerja kelompok, dengan tetap memperhatikan kemampuan individual melalui latihan individual terstruktur. Dalam proses
bekerjasama setiap siswa berhubungan antar anggota kelompok, memberikan sumbangan pikiran, saling mempengaruhi, ikut aktif, dan mendapatkan pembagian
tugas yang sama, hal tersebut menjadikan suasana menjadi kondusif sehingga siswa dapat lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasi kelompoknya yang
berpengaruh besar terhadap prestasi individualnya. Selain itu melalui latihan individual yang terstruktur, siswa dapat menguatkan pemahaman konsep materi,
sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik. 2. Hipotesis Kedua
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.8 diperoleh F
obs
= 11,837 3,142 = F
0,05;2;66
, sehingga F
obs
merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H
0B
ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh tingkat kecerdasan logika matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub
materi aturan sinus dan cosinus. Ditolaknya H
0B
mengandung pengertian bahwa tingkat kecerdasan logika matematika siswa memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar
matematika pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Dari hasil komparasi antar kolom padad tabel diperoleh bahwa
a. Komparasi antar kolom pertama dan kedua F
obs
= 0,009 6,284 = 2F
0,05;2;66
sehingga F
obs
merupakan bukan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H
diterima yang berarti bahwa rataan yang
commit to user
diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi tidak berbeda secara signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika
matematika sedang. Sehingga siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan
kecerdasan logika matematika sedang. b. Komparasi antar kolom pertama dan ketiga
F
obs
= 14,289 6,284 = 2F
0,05;2;66
artinya sehingga F
obs
merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H
ditolak yang berarti bahwa rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi berbeda secara
signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga siswa dengan kecerdasan logika matematika
tinggi menghasilkan prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah.
c. Komparasi antar kolom kedua dan ketiga F
obs
= 17,602 6,284 = 2F
0,05;2;66
artinya sehingga F
obs
merupakan anggota dari daerah kritik. Akibatnya H
ditolak yang berarti bahwa rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang berbeda secara
signifikan dengan rataan yang diperoleh siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah. Sehingga siswa dengan kecerdasan logika matematika
sedang menghasilkan prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah.
Dari hasil komparasi antar kolom diperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi lebih baik dari
siswa dengan kecerdasan logika matematika rendah, siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang menghasilkan prestasi lebih baik dari siswa dengan kecerdasan
logika matematika rendah, dan siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi menghasilkan prestasi sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika
matematika sedang. Hasil analisa di atas berbeda dengan hipotesis yang diajukan bahwa siswa
dengan kecerdasan logika matematika lebih tinggi memiliki prestasi lebih baik dari siwa dengan kecerdasan logika matematika lebih rendah. Hal ini dimungkinkan
commit to user
karena dengan model pembelajaran yang digunakan sudah mampu mengakomodir siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi dan sedang, akibatnya siswa
dengan kecerdasan logika matematika tinggi memiliki prestasi yang sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan logika matematika sedang.
3. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.8
diperoleh F
obs
= 1,326 3,142 = F
0,05;2;66
, sehingga F
obs
bukan anggota daerah kritik yang mengakibatkan H
0AB
tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa pada sub materi aturan sinus dan cosinus. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
Latihan Individual Terstruktur menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran langsung, baik secara umum maupun jika
ditinjau pada masing-masing kategori kecerdasan logika matematika siswa. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa walaupun diberi perlakuan model pembelajaran
yang berbeda ditinjau dari kecerdasan logika matematika siswa maka hasilnya tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
Tidak terjadinya interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logika matematika dimungkinkan karena siswa dengan kecerdasan logika matematika
tinggi lebih termotivasi menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memahami suatu materi dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur. Berbeda ketika mereka belajar pada model pembelajaran langsung, siswa hanya menerima materi sebagai usaha
mereka. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan dapat mengakomodir siswa dengan kecerdasan logika matematika tinggi dan sedang.
Di samping faktor-faktor di atas, adanya penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur
dapat memotivasi semua tingkatan kecerdasan logika matematika. Sehingga usaha belajar yang dilakukan, ditingkatkan agar kelompok mereka mampu meraih
predikat terbaik. Dengan demikian, tingkat pemahaman siswa pada semua tingkatan
commit to user
kecerdasan logika matematika menjadi lebih baik dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur daripada
dengan model pembelajaran langsung. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Latihan Individual Terstruktur dan model pembelajaran langsung
tidak bergantung pada kecerdasan logika matematika.
commit to user
65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN