Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

bermakna dan memerlukan waktu lama untuk menguasainya. Kesadaran tentang apa yang sedang dilakukannya serta keinginan untuk melakukanya dengan tujuan untuk menguasainya adalah hal yang sangat penting. Siswa dalam mempelajari IPA, sering menemui kesulitan. Kesulitan belajar dalam IPA,disebabkan oleh banyak faktor,seperti:sikap siswa dalam belajar, karakteristik konten materi IPA ataupun pemahaman siswa, untuk mengatasi hambatan dan mencapai prestasi belajar, siswa perlu memantau, merefleksi, dan mengatur strategi belajarnya. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu mengembangkan diri seseorang, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi,dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu, bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan pengelolaan yang baik, disinilah peran penting pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang siap terjun ke kancah kemajuan untuk bersaing dengan negara lain, dalam mempelajari IPA siswa bukan hanya diberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri,oleh karena itu dalam pemebelajaran IPA diperlukan cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan proses sains. 5 5 Conny semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: PT Gramedia,1988,h.14 Keterampilan Proses Sains merupakan asimilasi dari berbagai keterampilan intelektual yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran, kemampuan berfikir seorang anak akan berkembang bila dikomunikasikan secara jelas, 6 untuk dapat menerapkan pembelajaran keterampilan proses sains dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran. Keterampilan proses sains menjadikan siswa dapat membentuk sendiri pengetahuan mereka secara aktif melalui interaksi antara konsep yang telah ada dengan pengalaman yang baru, oleh sebab itu, suatu pendekatan proses dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan, atau menyusun suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses, dengan demikian suatu proses belajar tidak hanya merupakan transfer pengetahuan saja. dengan menggunakan assesmen formatif siswa dapat mengetahui kelemahan-kelemahan baik pengetahuan dan keterampilan, dengan mengetahui hasil penilaian formatif siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit, hal ini merupakan umpan balik untuk siswa sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana yang harus dipelajari kembali secara individu, sehingga dapat memotivasi siswa sehingga menjadi lebih baik. Kita sering menjumpai bahwa di lingkungan sekolah-sekolah dalam pembelajaran, asesmen formatif belum terealisasi dengan baik, disebabkan guru belum dapat membedakan dan mengetahui benar-benar secara jelas apa asesmen 6 Muh Tawil dan Liliasari, Keterampilan-keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam pembelajaran IPA, Makasar: Badan Penerbit UNM, 2014, h. 9. formatif tersebut. sehingga dalam pencapaian tujuan pembelajaran belum terlaksana secara maksimal, di lapangan juga sering kita jumpai beberapa masalah siswa kurang mampu menerapkan apa yang dipelajari baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap kedalam kehidupan sehari-hari . Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima sebagai informasi saja, dalam pembelajaran IPA keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, walaupun sebagian sekolah sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan proses sains, tetapi masih banyak pula yang belum mengembangkannya. Hasil pra Survey di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung pada peserta didik kelas XI IPA yang didasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap siswa dan guru di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung, hasil wawancara dengan guru pelajaran biologi ibu Nani Oktaviani S.Pd pada tanggal 21 agustus 2016 diperoleh informasi bahwa guru dalam proses pembelajaran, aspek keterampilan proses sains peserta didik kurang diperhatikan, sehingga aktivitas peserta didik dalam pembelajaran hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru sehingga kurang mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran, diketahui pula asesmen formatif yang digunakan oleh guru hanya ujian blok ulangan setiap bab selesai diajarkan dan pemberian nilai yang digunakan untuk membuat rangking, untuk membedakan siswa yang pandai dan siswa yang tidak pandai, untuk membedakan siswa yang lulus dan siswa yang tidak lulus. Guru juga menerapkan asesmen formatif hanya berupa test diawal yang merupakan apersepsi yang dilakukan untuk mengulang pelajaran sebelumnya, hal ini dilihat dari hasil angket siswa yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 1.1 Angket Pra Survey Asesmen Formatif Terhadap Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung No Aspek Pengamatan Ya Tidak Jumlah 1 Penggunaan asesmen dalam proses pembelajaran 62 48,8 65 51,2 127 2 Peran asesmen dalam pembelajaran 56 44,09 71 55,9 127 3 Keterlibatan siswa pada asesmen dalam proses pembelajaran 52 40,9 75 59,1 127 4 Mengadakan umpan balik 50 39,3 77 60,7 127 Sumber : hasil pra survey siswa kelas XI SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung Tabel 1.2 Data Hasil Tes Keterampilan Proses Sains Siswa INDIKATOR RATA-RATA KRITERIA Mengamati 27,03 Kurang Sekali Mengelompokkan 33,67 Kurang Sekali Menafsirkan 34,67 Kurang Sekali Meramalkan 30,37 Kurang Sekali Berkomunikasi 31,22 Kurang Sekali Mengajukan pertanyaan 33,33 Kurang Sekali Mengajukan hipotesis 33,51 Kurang Sekali Merencanakan percobaan 34,7 Kurang Sekali Menggunakan alat dan bahan 26,67 Kurang Sekali Menerapkan konsep 31,33 Kurang Sekali Sumber : data hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas XI SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung Kriteria : 86-100 : Sangat baik 76-85 : Baik 60-75 : Cukup 55-59 : Kurang ≤ 54 : Sangat Kurang 7 Tabel angket pra survey menunjukan bahwa penggunaan asesmen formatif di SMA AL-AZHAR 3 belum sepenuhnya diterapkan dalam pelajaran biologi, hal ini dikarenakan guru dalam pembelajaran belum sepenuhnya menerapkan asesmen dalam setiap pembelajaran, 8 dari tabel tes keterampilan proses sains diperoleh bahwa aspek keterampilan proses sians peserta didik rendah hal tersebut karena guru belum sepenuhnya menerapkan keterampilan proses sains pada pembelajaran. informasi yang dihasilkan dari suatu tes formatif dapat dijaadikan balikan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran, oleh karena itu perlu adanya suatu pengembangan asesmen formatif agar didapatkan suatu tes yang baku yang cocok untuk mengukur kemampuan siswa dan siap pakai sehingga guru bisa menggunakan instrumen tes tersebut untuk mengevaluasi kemampuan siswa melalui tes formatif tersebut, dengan dikembangkan instrumen tes asesmen berbasis KPS membuat siswa dapat berfikir aktif dan kreatif serta agar siswa lebih memahami dan menguasai materi yang di ajarkan. Pemberian asesmen terutama umpan balik secara umum dapat memotivasi belajar peserta didik mendorong peserta didik untuk tertarik pada topik yang diajarkan dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan dicapai, dilakukanlah fungsi manajemen yaitu evaluasi, evaluasi dilakukan dengan menilai sikap, proses, dan kognitif siswa yang 7 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya h. 102-1-3 8 Nani Oktaviana, S.Pd, Guru, wawancara, 21 Agustus 2016. kemudian menjadi profil siswa dalam buku rapor. Fungsi dari dilaksanakannya penilaian berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 58 ayat 1 adalah untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Penilaian proses dalam pendidikan dilakukan melalui asesmen formatif. 9 Asesmen merupakan istilah umum yang didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program dan kebijakan pendidikan, asesmen sering pula disebut sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen dalam evaluasi. Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan nonpengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu. 10 Asesmen untuk pembelajaran memberikan feedback umpan balik serta memfasilitasi siswa untuk melakukan penilaian diri untuk memantau perkembangan sekaligus memperbaiki proses belajar dan mengajar. Feedback yang dilakukan di akhir pembelajaran, dalam bentuk nilai dan deskripsi dalam rapor, tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki proses belajarnya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. 9 Ina Latifa Rahmawati, dkk, “Pengambangan Asesment Formatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Self Regulation Siswa Pada Tema Suhu dan Perubahannya ”. Jurnal Vol 4 no 2 Juli 2015, h. 844 10 Uno Hamzah dan Satria Koni, Asesmen Pebelajaran, Jakarta: Bumi Aksara ,2012, h. 1-2 Bentuk asesmen untuk pembelajaran yang menyediakan feedback sekaligus keterampilan untuk menilai diri adalah asesmen formatif, Penilaian formatif, ini dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan umpan balik feed back bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk megetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, dalam pembelajaran biologi pengetahuan dan proses sains perlu seimbang. Asesmen formatif dianggap penting karna siswa mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk memcahkan masalah kedalam kehidupan sehari- hari, tugas tulisan ilmiah yang salah satu bentuknya berupa laporan praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuangkan hasil observasi dan kesimpulan tentang suatu fenomena sains. Tanya jawab dikelas merupakan salah satu bentuk asesmen formatif yang baik untuk mendorong siswa berfikir, karena dapat membantu guru mengetahui bagaimana siswanya menemukan jawaban. sehingga KPS dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. 11 asesmen formatif dapat meningkatkan pembentukan habits of mind creative thinking, critical thinking, dan self regulation, kualitas tugas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik Komponen asesmen formatif yang berkaitan erat dengan kemampuan self regulation adalah feedback, self asesmen, dan peer asesmen. penilaian yang melibatkan siswa self dan peer asesmen merupakan penilaian yang paling jarang dilakukan dalam pembelajaran, beberapa hal yang menjadikan penilaian ini belum dipakai dalam pembelajaran disebabkan ketidaktahuan guru mengenai seperti apa 11 Ina Latifa Rahmawati, dkk Op,cit, hlm 2 instrumennya dan bagaimana melakukannya serta apa manfaatnya bagi guru dan siswa. Asesmen formatif ini memberikan feedback spesifik kepada guru dan siswa dengan tujuan membimbing, mengajar untuk memperbarui pembelajaran, sehingga asesmen berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan atau sedang berlangsung, hal tersebut dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik tentang gambaran kemajuan perkembangan proses belajar siswa tersebut, untuk dapat mengembangkan kualitas belajar dikelas perlunya pengembangan asesmen formatif di setiap mata pelajaran. Asesmen ini menekankan pada apa yang siswa peroleh dalam kegiatan pembelajaran ketimbang apa yang guru-guru sampaikan dan memberikan umpan balik kepada siswa. Berdasarkan uraian di atas,maka perlu dikembangkan suatu asesmen yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada proses pembelajaran,terutama proses pembeelajaran berbasis keterampilan proses sains dalam pembelajaran biologi di sekolah, oleh karena itu Penulis akan melakukan Penelitian yang berjudul “Pengembangan Asesmen Formatif berbasis keterampilan proses sains pada Mata Pelajaran sistem sirkulasi di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Uraian Dari Latar belakang masalah diatas, maka masalah yang diidentifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Pada proses pembelajaran di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung guru belum sepenuhnya menggunakan asesmen formatif. 2. Belum adanya pengukuran peningkatan keterampilan proses sains menggunakan sasesmen formatif di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung. 3. Belum adanya pengembangan asesmen formatif berbasis keterampilan proses sains di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunaan metode Borg and Gall yang meliputi : studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan draf produk, uji produk terbatas, revisi hasil uji terbatas, uji kelompok kecil, revisi hasil kelompok kecil, uji kelompok besar. 2. Materi pelajaran dibatasi pada materi biologi jaringan sistem sirkulasi 3. Penelitian ini dibatasi pada uji skala luas pada kelas XI semester ganjil SMA AL- AZHAR 3 Bandar Lampung tahun ajaran 20162017

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan asesmen formatif berbasis keterampilan proses sains pada materi stuktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan ? 2. Bagaiamana kelayakan asesmen yang dikembangkan ? 3. Bagaimana keefektifan asesmen yang dikembangkan ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengembangkan asesmen formatif berbasis keterampilan proses sains pada materi struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan. 2. Untuk mengetahui kelayakan instrumen asesmen yang dikembangkan. 3. Untuk mengetahui keefektifan instrumen asesmen yang dikembangkan

F. Spesifikasi Produk

1. Produk pembelajaran berupa asesmen formatif mengenai materi tertentu sebagai bahan penilaian dalam pembelajaran. 2. Produk pembelajaran berupa asesmen formatif ini disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran siswa dan merujuk pada kurikulum yang berlaku.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa: diharapkan dapat lebih membantu dalam proses pembelajaran, dan dapat lebih membuat peserta didik termotivasi untuk selalu belajar bersungguh- sungguh. 2. Bagi pendidik: dapat digunakan untuk perbaikan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. 3. Bagi Peneliti: Penelitian ini memberikan manfaat yang besar berupa pengalaman menulis untuk menjadi calon pendidik dan sebagai tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi. 4. Bagi Sekolah: dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan kualitas sekolah.

H. Ruang Lingkup

1. Penelitian ini diterapkan pada siswa kelas XI IPA semester ganjil di SMA AL- AZHAR 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 20162017 pada materi sistem sirkulasi. 2. Penelitian ini berlokasi di SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung yang bertempat di jl. M. Nur Sepang Jaya Labuhan Ratu Bandar Lampung. 3. Penelitian ini menggunaan metode Borg and Gall yang meliputi : studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan draf produk, uji produk terbatas, revisi hasil uji terbatas, uji kelompok kecil, revisi hasil kelompok kecil, uji kelompok besar.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran Biologi

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar yakni adanya perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahn tersebut mencangkup perubahan pengetahuan kognitif, sikap afektif, keterampilan psikomotorik. 1

2. Hakikat Biologi

Hakikatnya sains memiliki tiga komponen yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiliki arti sebagai sekumpulan fakta-fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses merupakan suatu rangkaian terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan sains sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter. Berdasarkan hakikat sains ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan dalam pembelajaran adalah bagaimana siswa mampu bersikap serta mampu menunjukkan karakter yang dimiliki, hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran biologi, yang dimana biologi merupakan bagian dari sains, yang terdiri 1 Djamhur Winatasasmita. Biologi Umum, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h.3