46
sistematik menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya. Oleh sebab itu, belakangan ini
semiotika menunjukan perhatian besar dalam produksi tanda yang dihasilkan oleh masyarakat dan budaya yang salah satunya tercemin
pada desain sampul majalah Tempo yang merepresentasikan Institusi Kepolisian yang sarat akan simbol-simbol dan pemaknaan stereotipe di
dalamnya. Model semiotika Charles Sanders Peirce dipilih oleh peneliti
karena merupakan analisis yang tepat sebagai alternatif untuk mengungkapkan pesan yang direpresentasikan sampul depan majalah
Tempo, karena ilustrasi pesan berupa visual seperti gambar kartun, foto dan karikatur yang mana merupakan paduan kompleks dari ikon,
indeks dan simbol, selain itu Charles Sanders Pierce lebih menekankan pada cara tanda dikaitkan dengan objeknya. Dari interpretasi tersebut,
maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi sampul depan majalah Tempo selama 2010 tentang konstruksi
realitas Institusi Kepolisian di mata majalah Tempo.
7. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang kajian semiotika pada sampul majalah Tempo pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu: Aji
Widodo 2010 berupa skripsi berjudul Pemaknaan Karikatur ”Ancang
-
Ancang Cicak Vs Buaya”: Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur ”Ancang
-
Ancang Cicak vs Buaya”
pada Majalah Tempo Edisi 3-9
47 Agustus 2009
. Lebih jauh penelitian ini membahas tentang penggambaran dari sampul majalah Tempo saat peristiwa yang sedang dialami oleh
bangsa Indonesia, dimana dalam pertengahan tahun 2009 terjadi ketegangan hubungan antara aparat penegak hukum di Indonesia yaitu
Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
Perseteruan dua Institusi ini digambarkan karikatur dua ekor hewan yang didentifikasikan sebagai cicak dan buaya yang berperawakan
layaknya manusia yang sedang bertarung di arena mirip pertarungan gladiator guna memperebutkan gelar sebagai pemenang sedangkan
diatasnya adalah penonton yang melihat pertarungan itu yaitu sekumpulan hewan tikus yang kelihatan senang dan antusias melihat pertarungan
antara kedua hewan tersebut.
Kemunculan gambar karikatur tersebut disebabkan karena pada pertengahan tahun ini masyarakat dikejutkan oleh perseteruan yang terjadi
antara aparat penegak hukum di negeri ini yang sebenarya tugas mereka membasmi korupsi malah terlibat perselisihan. Perseteruan yang membuat
malu aparat penegak hukum dan membuat tertawa para koruptor yang awalnya takut akan Polri dan KPK, justru dengan keadaan tersebut
membuat mereka semakin tenang karena aparat yang akan mengusut kasus
mereka justru sibuk dengan perselisihan mereka.
Istilah Cicak versus Buaya diawali statemen Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Susno Duadji yang merasa tersinggung dengan aksi
penyadapan terhadap handphone pribadinya. Ketika itu, Susno
48
mengistilahkan cicak untuk lembaga anti korupsi KPK yang menyadap telepon pribadinya. Masak cicak kok berani lawan buaya. Ternyata
ketegangan cicak dan buaya tak berhenti sampai di situ. Kini ada tindakan kejut lanjutan yang dilakukan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri yang
melakukan pemeriksaan terhadap delapan pejabat KPK sekaligus. Kabiro Hukum KPK, Chaidir Ramli menjelaskan pemeriksaan pimpinan dan staf
KPK oleh penyidik Bareskrim Mabes Polri terkait dengan dugaan
penyalahgunaan kewenangan KPK.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah saat ini bangsa Indonesia mengalami hal yang saat kritis dimana dua institusi penegak hukum yang
dipercaya masyarakat sedang berselisih paham atas tindakan yang dilakukan kedua belah pihak, dari sisi Polri mereka sudah berani
memenjarakan dua pimpinan KPK yang saat itu sangat gencar melawan ketidakadilan yang sudah diterima masyarakat, permasalahan hukum di
Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem peradilannya, perangkat hukumnya, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi
kekuasaan, maupun perlindungan hukum.
Penelitian lain yang lebih menonjolkan stereotipe yaitu oleh Dida Aruming Dyah 2010 berupa thesis berjudul
The Stereotypes of Cuban- American as Reflected in Bad Boys II, Directed by Michael Bay.
Penelitian ini menganalisa bagaimana
dua karakter polisi
menggambarkan stereotipe-stereotipe orang Kuba-Amerika. Keduanya diperankan oleh dua
aktor Hollywood berkulit hitam yaitu Martin Lawrence dan Will Smith.
49
Berdasarkan hasil analisa peneliti, didapati bahwa sterotipe orang Kuba-Amerika adalah; mereka penjual narkoba, kejam, dan punya
hubungan yang kuat pada keluarga inti. Mereka juga berbicara menggunakan bahasa
Spanglish
untuk berkomunikasi dengan sesama. Salah satu stereotipe yang baik adalah dilihat dari segi kesehatan orang
Kuba-Amerika yang lebih baik jika dibandingkan dengan masyarakat
Hispanic-Amerika.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti ingin melengkapi dua penelitian di atas. Dari skripsi Aji Widodo 2010 berupa
skripsi berjudul Pemaknaan Karikatur ”Ancang
-Ancang Cicak Vs
Buaya”: Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur ”Ancang
-Ancang
Cicak vs Buaya” pada Majalah Tempo Edisi 3
-9 Agustus 2009,
peneliti berusaha melengkapi pemaknaan sampul-sampul majalah Tempo tentang
Institusi Kepolisian dari penelitian terdahulunya. Sedangkan dari tesis milik Dida Aruming Dyah 2010 berjudul
The Stereotypes of Cuban- American as Reflected in Bad Boys II, Directed by Michael Bay,
peneliti berusaha melengkapi tentang stereotipe dari kepolisian yang ada di
Indonesia khususnya.
50
F. Definisi Konsep
1. Sampul majalah Tempo
Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampulnya atau halaman satu. Ukuran publikasinya biasanya berukuran tabloid atau 8,5 x
11 inci. Dari ukuran tersebut menyebabkan berita mana yang harus fokus dipilih menjadi berita utama dan tergambar di sampulnya, sebab jika
dimuati tiga atau empat berita maka halaman sampul akan penuh dan padat. Sampul biasanya berupa foto atau gambar lainnya. Sampul biasanya
berupa foto atau gambar lainnya. Sampul sering juga dilengkapi dengan
teater headline
atau berita lain yang ada dalam publikasi. Sering sekali berita sampul cover story diletakkan di halaman tengah atau dalam
beberapa halaman khusus yang tidak berada dihalaman awal Rolnicki, Tate dan Taylor, 2008: 301-302.
Desain sampul majalah Tempo yang diusungnya lebih banyak digambarkan melalui gambar kartun karikatur yang sarat akan simbol-
simbol kritikan sosial di dalamnya. Dibandingkan dengan majalah-majalah sejenis lainnya, desain sampul majalah Tempo memiliki karakteristik kuat
dan memiliki ciri khas majalah yang
independent
. Pengambaran tokoh sebagai berita utama yang terpampang di sampul majalah dikemas secara
unik dan artistik dengan tujuan supaya pesan yang akan disampaikan menarik dan tidak terlihat monoton sehingga desain sampul majalah
Tempo mampu menjadi magnet para khalayak luas saat melihatnya dalam menyampaikan pesannya.