Analisis Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Objective Matrix Pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI

PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA

PT MOPOLI RAYA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

ZULAIKHA SAJARADJ

080423035

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Salah satu pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya adalah Gedong Biara. Demi meraih profitabilitas yang lebih baik, perusahaan perlu mengetahui dan mengukur produktivitas. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam menentukan titik ukur bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan metode OMAX (Objective Matrix) yang menggunakan 8 rasio yang menggambarkan indeks produktivitas perusahaan. Indeks produktivitas yang paling rendah adalah pada bulan Juli 2012 yaitu sebesar -74,90% dan indeks produktivitas yang paling tinggi adalah pada bulan Juni 2012 yaitu sebesar 166,02%. Dari hasil pengukuran produktivitas ini kemudian dirangkum suatu informasi yang akan menunjukkan bahwa rasio pengukuran produktivitas tersebut merupakan informasi kritis yang harus segera dilakukan tindakan. Strategi tersebut dilakukan dengan menggunakan prinsip paretto 80-20. Dengan menggunakan teori Diagram Pareto mengenai aturan 80 % dan 20 %, maka dapat dilihat dari tabel di atas bahwa yang memberikan kontribusi terhadap rendahnya tingkat produktivitas adalah rasio VIII (perbandingan antara jam kerusakan mesin dengan jam mesin tersedia), rasio IV(perbandingan antara jam lembur dengan jam kerja terpakai), dan rasio VII (rasio antara tingkat absensi tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja). Meningkatkan nilai rasio IV dilakukan dengan meminimalisir jam kerja lembur agar karyawan dapat mengoptimalkan jam kerja normal untuk mencapai target produksi. Meningkatkn rasio VII dilakukan dengan membuat sistem absensi komputerisasi, memperketat peraturan kerja di perusahaan seperti pemberlakuan pemotongan gaji bagi karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas dan membuat peringatan keras bagi karyawan yang melanggar aturan. Meningkatkan nilai rasio VIII dilakukan dengan memperbaiki sistem perawatan mesin yang belum terintegrasi dengan baik, sehingga perawatan dilakukan ketika mesin sudah mengalami downtime. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu menelaah sistem pendukung keputusan perawatan mesin sebelum proses mengalami downtime. Perbaikan ini bisa dibuat dengan software sederhana yang mengingatkan operator jadwal pemeliharaan komponen yang didasarkan oleh mean time beetwen failure (MTBF).

Kata Kunci : Produktivitas, Objective Matrix (OMAX), Rasio Produktivitas


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi ekstensi strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Analisis Produktivitas Dengan Menggunakan Metode

Objective Matrix Pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(Zulaikha Sajaradj)


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Mangara M Tambunan, MSc. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST,MT. selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Muarifin selaku Pembimbing Lapangan PT. Mopoli Raya yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan serta informasi dan data selama melakukan penelitian di perusahaan.


(7)

5. Ayahanda (Alm) M. Yusuf Usman, Ibunda Hanifah, serta Heri Buniamin yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari beliau, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ayahanda, Ibunda, dan Suami tercinta.

6. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

7. Semua teman angkatan 2009 di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

8. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Kiranya laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013

PENULIS


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Proses Produksi ... II-4 2.5.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-4 2.5.2. Bahan Yang Digunakan ... II-5 2.5.2.1. Bahan Baku ... II-5 2.5.2.2. Bahan Tambahan ... II-6 2.5.2.3. Bahan Penolong ... II-6 2.5.3. Uraian Proses Produksi ... II-6 2.5.3.1. Jembatan Timbang (Weighting Bridge) ... II-7 2.5.3.2. Sortasi Dan Pemeriksaan Kualitas ... II-7 2.5.3.3. Proses Perebusan (Sterilizer)... II-8 2.5.3.4. Proses Penebah (Thrresing) ... II-8 2.5.3.5. Proses Pengempaan (Pressing) ... II-9 2.5.3.6. Proses Pemurnian Minyak (Clarification Process). II-11 2.5.4. Mesin ... II-13 2.6. Organisasi Dan Manajemen... II-15 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-15 2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang, Dan Tanggung jawab ... II-16


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja Dan Jam Kerja... II-22 2.6.3.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-22 2.6.3.2. Jam Kerja ... II-22 2.6.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya ... II-23

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Pengertian Produktivitas ... III-1 3.2. Tipe Dasar Produktivitas ... III-3 3.3. Siklus Produktivitas ... III-5 3.3.1. Pengukuran Produktivitas ... III-6 3.3.2. Evaluasi Produktivitas ... III-9 3.3.3. Perencanaan Produktivitas ... III-9 3.3.4. Peningkatan Produktivitas ... III-10 3.4. Manfaat Pengukuran Produktivitas ... III-10 3.5. Produktivitas Model Objective Matrix (OMAX) ... III-13 3.6. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-16 3.6.1.Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-16 3.6.2. Tahapan-Tahapan AHP ... III-20


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-2 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.5. Objek Penelitian ... IV-3 4.6. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.7. Prosedur Penelitian ... IV-4 4.8. Metode pengumpulan data ... IV-6 4.8.1. Sumber Data ... IV-6 4.8.2. Teknik Pengumpulan Data ... IV-6 4.9. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Produksi ... V-1 5.1.1.1. Data Jumlah Produk yang Dihasilkan ... V-1 5.1.1.2. Data Jumlah Produk yang Baik ... V-2 5.1.1.3. Data Jumlah Produk yang Kurang Sempurna ... V-3 5.1.2. Data Jam Kerja ... V-4


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.2.1. Data Jam Kerja Normal ... V-4 5.1.2.2. Data Jam Kerja Lembur (Over Time)... V-5 5.1.2.3. Data Jam Kerja Terpakai (Actual Time)... V-6 5.1.3. Data Tenaga Kerja ... V-7 5.1.3.1. Data Jumlah Tenaga Kerja ... V-7 5.1.3.2. Data Jumlah Absensi Tenaga Kerja ... V-8 5.1.4. Data Mesin ... V-9 5.1.4.1. Data Jumlah Jam Mesin Normal ... V-9 5.1.4.2. Data Jam Kerusakan Mesin ... V-10 5.1.4.3. Data Jam Mesin Tersedia ... V-11 5.1.5. Data Pemakaian Bahan Bakar ... V-12 5.2. Pengolahan Data ... V-14 5.2.1. Perhitungan Rasio Berdasarkan Kriteria ... V-14 5.2.1.1. Perhitungan Rasio Berdasarkan Kriteria Efisiensi . V-15 5.2.1.1.1. Rasio I ... V-15 5.2.1.1.2. Rasio II ... V-17 5.2.1.1.3. Rasio III ... V-18 5.2.1.1.4. Rasio IV ... V-20

5.2.1.2. Perhitungan Rasio Berdasarkan Kriteria Efektivitas ... V-21


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.1.2.1. Rasio V ... V-21 5.2.1.2.2.Rasio VI ... V-23

5.2.1.3. Perhitungan Rasio Berdasarkan Kriteria Inferensial ... V-24 5.2.1.3.1. Rasio VII ... V-24 5.2.1.3.2. Rasio VIII ... V-26 5.2.2. Pengukuran Kinerja Standar ... V-27 5.2.3. Penetapan Sasaran Akhir... V-28 5.2.4. Penetapan Bobot Kriteria Kinerja ... V-32 5.2.5. Pembentukan Matriks Sasaran ... V-39 5.2.6. Perhitungan Indikator Pencapaian... V-66 5.2.7. Perhitungan Indeks Produktivitas ... V-68

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisa Rasio dan Indeks Produktivitas ... VI-1 6.1.1. Analisa Rasio ... VI-1 6.1.2. Analisa Indeks Produktivitas ... VI-4 6.2. Evaluasi Rasio ... VI-6 6.3. Strategi Peningkatan Produktivitas ... VI-8


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Mesin di Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya... II-14 2.2. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja Pabrik kelapa sawit Gedong

Biara PT. Mopoli Raya ... II-22 3.1. Skala Prioritas dalam AHP ... III-18 5.1. Data Jumlah Produksi PKS Gedong Biara... V-1 5.2. Data Jumlah produk yang Bagus PKS Gedong Biara ... V-2 5.3. Data Jumlah Produk Kurang SempurnaPKS Gedong Biara ... V-4 5.4. Data Jam kerja Normal Bagian Produksi PKS Gedong Biara ... V-5 5.5. Data Jam Kerja Lembur (Over Time) ... V-6 5.6. Data Jam Kerja Terpakai ... V-7 5.7. Data Jumlah Tenaga Kerja Bagian Produksi PKS Gedong Biara. V-8 5.8. Data Jumlah Absensi Tenaga Kerja PKS Gedong Biara ... V-9 5.9. Data Jam Mesin Normal ... V-10 5.10. Data Jam Kerusakan Mesin ... V-11 5.11. Data Jam Mesin Tersedia ... V-12 5.12. Data Pemakaian Solar ... V-13 5.13. Hasil Perhitungan Rasio I Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-16 5.14. Hasil Perhitungan Rasio II Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-17


(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.15. Hasil Perhitungan Rasio III Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-19 5.16. Hasil Perhitungan Rasio IV Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-20 5.17. Hasil Perhitungan Rasio V Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-22 5.18. Hasil Perhitungan Rasio VI Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-23 5.19. Hasil Perhitungan Rasio VII Pada Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-25 5.20. Hasil Perhitungan Rasio VIII Pada Bagian Produksi PKS

Gedong Biara ... V-27 5.21. Nilai Kinerja Standar Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara V-28 5.22. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Interpolasi Nilai Level 1-2 dan

Level 4-9 Tiap Rasio ... V-32 5.23. Nama Karyawan (Responden) PKS Gedong Biara PT. Mopoli

Raya Yang Mengisi Kuesioner ... V-33 5.24. Rekaptulasi Kuesioner AHP Kriteria Kinerja ... V-34 5.25. Data Hasil Kuesioner Nilai Geometri AHP ... V-36 5.26. Rekapitulasi Penjumlahan Nilai Rasio... V-36


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.27. Matrik Normalisasi AHP ... V-37 5.28. Penetapan Bobot Kriteria Kinerja Bagian Produksi PKS Gedong

Biara ... V-34 5.29. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Januari 2011 ... V-42 5.30. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Februari 2011 ... V-43 5.31. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Maret 2011 ... V-44 5.32. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan April 2011... V-45 5.33. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Mei 2011... V-46 5.34. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Juni 2011 ... V-47 5.35. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Juli 2011 ... V-48 5.36. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Agustus 2011 ... V-49


(18)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.37. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan September 2011 ... V-50 5.38. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Oktober 2011 ... V-51 5.39. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan November 2011 ... V-52 5.40. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Desember 2011 ... V-53 5.41. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Januari 2012 ... V-54 5.42. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Februari 2012 ... V-55 5.43. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Maret 2012 ... V-56 5.44. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan April 2012... V-57 5.45. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Mei 2012... V-58 5.46. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Juni 2012 ... V-59


(19)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.47. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Juli 2012 ... V-60 5.48. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Agustus 2012 ... V-61 5.49. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan September 2012 ... V-62 5.50. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Oktober 2012 ... V-63 5.51. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan November 2012 ... V-64 5.52. Matriks Sasaran Pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

Bulan Desember 2012 ... V-65 5.53. Hasil Perhitungan Indikator Pencapaian Total Bagian Produksi

PKS Gedong Biara Tahun 2011-2012 ... V-67 5.54. Indeks Produktivitas pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2012 ... V-69 6.1. Hasil Pengukuran Rata-rata Masing-masing Rasio PKS Gedong

Biara PT. Mopoli Raya ... VI-2 6.2. Indeks Produktivitas pada Bagian Produksi PKS Gedong Biara

PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2012 ... VI-4


(20)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.3. Persentase Kriteria Buruk Tiap Rasio Pada Bagian Produksi

PKS Gedong Biara PT. Mopoli Raya ... VI-7


(21)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1. Model Siklus Produktivitas “ MEPI” ... III-5 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5 4.3. Blok diagram pengolahan data ... IV-8 5.1. Indikator Pencapaian 2011-2012 ... V-68 5.2. Grafik Indeks Produktivitas ... V-71 6.1. Peta Indeks Produktivitas Bagian Produksi PKS Gedong Biara ... VI-5


(22)

ABSTRAK

PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Salah satu pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya adalah Gedong Biara. Demi meraih profitabilitas yang lebih baik, perusahaan perlu mengetahui dan mengukur produktivitas. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam menentukan titik ukur bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan metode OMAX (Objective Matrix) yang menggunakan 8 rasio yang menggambarkan indeks produktivitas perusahaan. Indeks produktivitas yang paling rendah adalah pada bulan Juli 2012 yaitu sebesar -74,90% dan indeks produktivitas yang paling tinggi adalah pada bulan Juni 2012 yaitu sebesar 166,02%. Dari hasil pengukuran produktivitas ini kemudian dirangkum suatu informasi yang akan menunjukkan bahwa rasio pengukuran produktivitas tersebut merupakan informasi kritis yang harus segera dilakukan tindakan. Strategi tersebut dilakukan dengan menggunakan prinsip paretto 80-20. Dengan menggunakan teori Diagram Pareto mengenai aturan 80 % dan 20 %, maka dapat dilihat dari tabel di atas bahwa yang memberikan kontribusi terhadap rendahnya tingkat produktivitas adalah rasio VIII (perbandingan antara jam kerusakan mesin dengan jam mesin tersedia), rasio IV(perbandingan antara jam lembur dengan jam kerja terpakai), dan rasio VII (rasio antara tingkat absensi tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja). Meningkatkan nilai rasio IV dilakukan dengan meminimalisir jam kerja lembur agar karyawan dapat mengoptimalkan jam kerja normal untuk mencapai target produksi. Meningkatkn rasio VII dilakukan dengan membuat sistem absensi komputerisasi, memperketat peraturan kerja di perusahaan seperti pemberlakuan pemotongan gaji bagi karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas dan membuat peringatan keras bagi karyawan yang melanggar aturan. Meningkatkan nilai rasio VIII dilakukan dengan memperbaiki sistem perawatan mesin yang belum terintegrasi dengan baik, sehingga perawatan dilakukan ketika mesin sudah mengalami downtime. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu menelaah sistem pendukung keputusan perawatan mesin sebelum proses mengalami downtime. Perbaikan ini bisa dibuat dengan software sederhana yang mengingatkan operator jadwal pemeliharaan komponen yang didasarkan oleh mean time beetwen failure (MTBF).

Kata Kunci : Produktivitas, Objective Matrix (OMAX), Rasio Produktivitas


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Salah satu pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya adalah Gedong Biara. Selama ini dalam hal produktivitas, PT Mopoli Raya masih menghitung profit (keuntungan) dari hasil penjualan produksi sebagai ukuran baik atau tidaknya produktivitas perusahaan. Perusahaan ini belum pernah melakukan perhitungan produktivitas dengan metode tertentu sehingga sulit untuk mendeteksi kriteria apa saja yang menghambat produktivitas perusahaan. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan pengukuran produktivitas model Objective Matrix (OMAX) yang dapat mengukur produktivitas untuk masing-masing kriteria secara lebih spesifik.

OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Kebaikan model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain relatif sederhana dan lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi, adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan memberi motivasi bagi pekerja untuk mencapainya, berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dapat diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan, adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing faktor terhadap peningkatan produktivitas yang penentuannya memerlukan persetujuan


(24)

manajemen. Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan dinilai ke dalam satu indikator atau indeks. Bentuk model ini fleksibel, tergantung lingkungan mana diterapkan, dalam hal ini juga berarti bahwa data-data yang diperlukan dalam model ini mudah diperoleh di lingkungan perusahaan dimana model ini digunakan.

Dengan menggunakan OMAX, maka pihak manajemen dapat dengan mudah menentukan kriteria apa yang akan dijadikan ukuran produktivitas, pada akhirnya pihak manajemen dapat mengetahui produktivitas perusahaan yang menghambat dan menjadi tanggung jawabnya berdasarkan bobot dan skor untuk setiap kriteria pada matriks sasaran atau kerangka OMAX. Oleh karena itu dengan metode Objective Matrix (OMAX) akan diketahui bagaimana tingkat produktivitas perusahaan pada setiap periode tertentu dan kriteria apa yang mempengaruhinya, serta dapat dijadikan patokan untuk pengukuran produktivitas tahun berikutnya.

Leonard,K.C dan Wahyu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisa Produktivitas dengan Menggunakan Metode Objective Matrix Pada Bagian Produksi Potong (cutting) PT. X, dapat disimpulkan bahwa terdapat 10 kriteria yang berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan antara lain mini masi jumlah produk cacat, minimasi jumlah produk rework, minimasi jumlah scrap, mengoptimalkan karyawan, mengefisienkan penggunaan material, mengoptimalkan kapasitas produksi, optimasi jam kerja, minimasi jumlah jam absen, minimasi over time, minimasi jumlah karyawan tidak hadir.

Nur Aditya Saddad, et al (2012) dalam penelitiannya berjudul Analisis Produktivitas Bagian Pengolahan Menggunakan Metode Objective Matrix


(25)

(OMAX) (Studi Kasus Di PT. Perkebunan Nusantara XII Ngrangkah Pawon Kabupaten Kediri), dapat disimpulkan bahwa Produktivitas bagian pengolahan pada perusahaan dipengaruhi beberapa kriteria yaitu pemakaian bahan baku, pemakaian tenaga kerja, pemakaian bahan bakar kayu, jam kerja mesin genset, dan pemakaian energi listrik. Berdasarkan kriteria tersebut nilai tertinggi tingkat produktivitas total yang dicapai perusahaan selama periode pengukuran tahun 2009 – 2011 terdapat pada periode pengukuran bulan Juli 2009 sebesar 6,18 dan nilai terendah pada periode pengukuran bulan Juni 2010 sebesar 1,37.

Oleh sebab itu, maka peneliti mengangkat judul “Analisa Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Objective Matrix Pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT.Mopoli Raya”.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan sebelumnya, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah PT. Mopoli Raya masih menghitung

profit (keuntungan) dari hasil penjualan produksi sebagai ukuran baik atau tidaknya produktivitas perusahaan. Perusahaan ini belum pernah melakukan perhitungan produktivitas dengan metode tertentu sehingga sulit untuk mendeteksi kriteria apa saja yang menghambat produktivitas perusahaan.


(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umun dari penelitian ini adalah : 1. Mengukur indeks produktivitas.

2. Menentukan kriteria apa yang paling mempengaruhi tingkat produktivitas yang dicapai perusahaan.

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah suatu kesempatan untuk melatih keterampilan dalam bidang ilmu yang ditekuni secara khusus untuk melengkapi tugas sarjana.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi perusahaan adalah dapat mengetahui produktivitas perusahaan selama ini, mengetahui kriteria apa saja yang mempengaruhi rendahnya produktivitas sehingga dapat dilakukan perbaikan – perbaikan, serta dapat membantu PT Mopoli Raya dalam mengukur produktivitasnya dan berusaha memecahkan masalah produktivitas yang timbul dalam perusahaan.

Manfaat yang diperoleh bagi mahasiswa adalah mempunyai kesempatan menerapkan ilmu yang diperoleh, untuk menyelesaikan permasalahan dalam dunia nyata.


(27)

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah ditetapkan di awal penelitian untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian tersebut, oleh sebab itu pembatasan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Pengukuran produktivitas dilakukan di bagian produksi pabrik kelapa sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya.

2. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan metode Objective Matrix.

3. Data yang diamati adalah data selama Januari 2011 – Desember 2012. 4. Data yang diperoleh adalah data non finansial.

5. Pengukuran produktivitas disini tidak dimaksud untuk membandingkan dengan produktivitas tiap departemen dan perusahaan lainnya.

Sedangkan asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan produksi berjalan normal dan tidak mengalami perubahan selama dilakukan penelitian.

2. Penentuan bobot kriteria perusahaan dilakukan oleh responden yang dianggap benar-benar paham akan kondisi perusahaan.

3. Operator berada dalam kondisi normal dan dianggap telah menguasai pekerjaannya.

4. Semua mesin dan peralatan yang digunakan pada proses produksi dalam kondisi tidak rusak.

5. Kondisi lingkungan kerja tidak berubah selama pengamatan.


(28)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah yaitu masalah produktivitas di PT Mopoli Raya, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan menjelaskan tentang PT. Mopoli Raya yang merupakan perusahaan yang berdiri Tahun 1980 bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit. Produk yang diolah adalah Tandan buah segar menjadi CPO.

BAB III Landasan Teori berisikan Teori produktivitas dan konsep

Analytical Hierarchy Process (AHP), sedangkan teori yang digunakan untuk mengukur produktivitas pabrik adalah teori

objective matrix (OMAX).

BAB IV Metodologi Penelitian menjelaskan jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian studi kasus merupakan metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peristiwa (kasus) yang ditelitinya.


(29)

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data berisikan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data produksi, data produksi yang bagus, data produksi yang kurang sempurna, data pemakaian bahan bakar minyak, data jam kerja normal, data jam kerja lembur, data jumlah tenaga kerja, data jumlah absensi tenaga kerja, data jumlah operasi mesin normal, dan data frekuensi kerusakan mesin. Pada pengolahan data berisikan data-data yang diolah menggunakan langkah-langkah metode Objective Matrix.

BAB VI Analisis Pemecahan Masalah menjelaskan hasil pengolahan data dan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan metode

Objective Matrix.

BAB VII Kesimpulan dan Saran berisikan kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan yang bersangkutan.


(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang berdiri pada tahun 1980 atas usaha dari tiga pendiri utama yaitu:

1. H.A. Basyah Ibrahim (almarhum) 2. H.M. Sati (almarhum)

3. Mustafa Sulaiman (almarhum)

Anggaran dasar perseroan ini telah mengalami perubahan-perubahan, terakhir dengan akte No.10 Tanggal 5 Maret 1991 mengenai kepengurusan kekuasaan direksi yang dibuat di hadapan Djaidir, SH, Notaris di Medan. Adapun Akte pendirian dan perubahan-perubahannya, kecuali Akte No.10 tersebut di atas telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai dengan surat keputusan No.J.A.5/164/18 tanggal 11 Mei 1981 dan dimuat dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.23 tanggal 19 Maret 1982. Atas kepercayaan dan kerja sama dari Bank Ekspor Impor Indonesia maka pada tahun yang sama dimulailah penanaman kelapa sawit di kebun Upah. Hal ini terus berlanjut hingga sampai dengan saat ini areal yang sudah tertanam ± 22.000 Ha, yang terbesar di dua provinsi yaitu Sumatera Utara dan Aceh.

Areal yang sudah tertanam tersebut bernaung dibawah beberapa perusahaan perkebunan yang dikoordinir oleh PT. Mopoli Raya.


(31)

Perusahaan-perusahaan tersebut adalah:

1. PT. SURYA MATA IE, yang mengelola perkebunan Upah.

2. PT. SUMBER ASIH, yang mengelola perkebunan Biara dan Paya Rambe. 3. PT. PERAPEN, yang mengelola perkebunan Perapen

4. PT. DHARMA AGUNG, yang mengelola perkebunan Mopoli

5. PT. SULAIMAN SALEH, yang mengelola perkebunan Damar Condong 6. PT. PUGA, yang mengelola perkebunan Sawit Rambe

7. PT. MASDAH, yang mengelola perkebunan Serang Jaya

8. PT. TENGGULUN JAYA, yang mengelola perkebunan Tenggulun 9. PT. ALOER TIMUR, yang mengelola perkebunan Aloer The

10. PT.WATUGEDE UTAMA, yang mengelola kebun Kreung semayam

Pada tanggal 26 Agustus 1984 dimulailah secara resmi pembangunan pabrik kelapa sawit yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Aceh. Pabrik ini memiliki kapasitas awal 30 ton Tandan Buah Sawit Segar (FFB)/jam dan pada tahun 1991 kapasitas pabrik tersebut diperluas sehingga menjadi 60 ton TBS/Jam.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Mopoli Raya Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan pengolahan sawit.

Adapun ruang lingkup bidang usaha pada perusahaan ini adalah : 1. Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil/CPO (Minyak Sawit) 2. Tandan Buah Segar menjadi Kernel (Inti Sawit)


(32)

2.3. Lokasi Perusahaan

Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara berlokasi di Blok 53 Perkebunan Gedong Biara, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Untuk lebih memudahkan urusan administrasi maka kantor direksi di tempatkan di Medan yaitu di Jl. Sunggal no. 91. Adapun mengenai lokasi pabrik ditempatkan di Kuala Simpang melalui beberapa pertimbangan yaitu:

1. Dekat dengan sumber bahan baku yaitu perkebunan kelapa sawit yang terdapat di sekitar lokasi pabrik.

2. Tersedianya tenaga kerja yang ada di sekitarnya.

3. Sarana transportasi yang cukup baik karena terletak di sisi jalan negara yang menghubungkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan Provinsi Sumatera Utara.

4. Tersedianya lahan yang cukup dan harganya relatif murah.

2.4. Daerah Pemasaran

Pemasaran produk hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan oleh pihak direksi PT. Mopoli Raya PKS Gedong Biara menerima pesanan CPO dan Kernel sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh Direksi dengan pelanggan.

PKS Gedong Biara mempunyai beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan diantaranya diekspor keluar negeri seperti ke Malaysia, melalui pelabuhan Belawan dan sebagian produk dipasarkan didalam negeri antara lain


(33)

dipasarkan ke Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam khususnya, serta wilayah Sumatera, dan Jawa.

2.5. Proses Produksi

Proses produksi diartikan sebagai kegiatan yang mengubah masukan berupa bahan baku (input) menjadi keluaran (output) yang berupa produk/hasil. Teknologi, mesin, dan peralatan serta berbagai cara kerja direncanakan dan digunakan untuk proses produksi.

Tandan buah sawit bila diolah menghasilkan dua jenis produk, yaitu : Minyak Sawit (Crude Palm Oil) dari hasil olahan daging buah dan Inti Sawit (Palm Kernel) yaitu inti yang dihasilkan dari pengolahan biji (Nut).

Pabrik kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli raya merupakan unit pengolahan TBS menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan Inti sawit.

2.5.1. Standar mutu Bahan/Produk

Standar mutu dari produk yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Gedong Biara PT. Mopoli Raya disesuaikan dengan spesifikasi standar mutu internasional. Hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan pihak pabrik dapat diterima di pasar nasional maupun internasional. Jadi untuk meningkatkan daya saing, minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu. Mutu FFB (Fresh Fruit Bunch) adalah suatu ukuran mutu yang sangat penting karena mempengaruhi dari proses ekstraksi minyak (ektraksi minyak dan


(34)

kehilangan) dan mutu dari hasil minyak. Minyak yang maksimum dapat dihasilkan dengan kematangan FFB yang optimum.

Ada tiga komponen kualitas yang dipakai sebagai standar dalam pengendalian mutu minyak sawit di Pabrik kelapa Sawit Gedong Biara yaitu: kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar Air, dan kadar Kotoran

Analisa mutu produksi dilakukan tiap hari untuk mengetahui kualitas bahan, kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sudah sesuai dengan mutu yang diharapkan, sehingga dapat diterima pasar diketahui seberapa kehandalan pabrik dalam mendapatkan minyak dan inti sesuai ISO 9000.

2.5.2. Bahan Yang Digunakan

Ada 3 jenis bahan yang digunakan dalam pengelolahan proses produksi pada Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara ada 3 yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.5.2.1. Bahan Baku

Bahan baku yang telah matang sebaiknya langsung diolah agar kandungan minyaknya tidak berkurang dan kualitas minyak yang dihasilkan tidak menurun.

Oleh karena itu bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang harus memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya.


(35)

2.5.2.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi dan bercampur dengan bahan baku yang membentuk produk akhir dan diharapkan dapat meningkatkan mutu produk. Dalam hal ini tidak ada bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi pada Pabrik kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya.

2.5.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir yaitu bahan-bahan yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut.

Adapun bahan penolong yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya adalah air delusi yang berguna untuk mengurangi kekentalan minyak.

2.5.3. Uraian Proses Produksi

Proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit dan minyak inti sawit, terdiri dari proses ekstraksi secara mekanis dilanjutkan dengan proses pemurnian. Dimana uraian proses produksi dari tandan buah segar (TBS) sampai menjadi CPO/Kernel secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :


(36)

2.5.3.1. Jembatan Timbang (Weighting Bridge)

Tujuan dari dilakukannya penimbangan adalah untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga memerlukan data berat, asal kebun, bagian, dan blok. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti ± 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima di pabrik.

2.5.3.2. Sortasi Dan Pemeriksaan Kualitas

Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Sortasi dilakukan untuk menjamin bahan baku (TBS) yang diterima di pabrik sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Sebelum TBS diterima dan diolah pabrik, kualitas buah harus diperiksa tingkat kematangannya secara visual. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar). Peralatan dan bahan yang digunakan untuk melakukan sortasi adalah gancu, sekop, blong, timbangan, buku sortasi dan Surat Pengantar Buah.

Setelah disortir, TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara (Loading ramp) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan (Sterilizer).


(37)

2.5.3.3. Proses Perebusan (Sterilizer)

Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan menggunakan capstand. Sterilizer adalah bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer adalah saturated steam dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 pada suhu 140o selama ± 90 menit. Sistem perebusan menggunakan sistem double peak (2 peak) dengan rincian sebagai berikut :

a. pembuangan uap awal 2,5 menit

b. Pemasukan uap dan pembuangan puncak I dan puncak II 20 menit c. Masa penahanan tekanan 2,8 – 3,0 Kg/cm2 60 menit

d. Pembuangan uap terakhir 7,5 menit

Lori buah dimasukkan ke dalam stasiun perebusan dengan tujuan : 1. Menurunkan kadar air dalam daging buah

2. Menghentikan aktifitas enzim yaitu mengurangi peningkatan asam lemak bebas.

3. Mempermudah pelepasan buah dari tandannya 4. Melunakkan daging buah (Pericarp)

5. Mempersiapkan biji untuk memperoleh inti biji

2.5.3.4. Proses Penebah (Thressing)

Pada stasiun ini proses yang berlangsung adalah berondolan dipisahkan dari janjangan/tandannya.


(38)

Proses thressing terdiri dari : a. Alat pengangkut lori (Hoisting Crane)

Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.

b. Mesin Thresser

Fungsi dari Mesin Thresser adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.

2.5.3.5. Proses Pengempaan (Pressing)

Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :

a. Fruit Distributing Conveyor

Menghantarkan berondolan dari Fruit Top Transfer Conveyor sekaligus membagi berondolan ke dalam digester yang dioperasikan.

b. Recycling Conveyor

Mengembalikan berondolan yang tidak tertampung oleh digester didorong ke

Under Transfer Fruit Conveyor.


(39)

c. Digester (Pengaduk)

Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah masuk ke Under Transfer Fruit Conveyor yang berfungsi untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah ke atas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.

Fungsi Digester :

1. Melumatkan daging buah.

2. Memisahkan daging buah dengan biji. 3. Mempersiapkan Feeding Press. 4. Mempermudah proses di Mesin Press. 5. Menaikkan Temperatur.

d. Screw Press (Mesin kempa)

Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan

screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji.


(40)

Selanjutnya minyak menuju stasiun klarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel.

2.5.3.6. Proses Pemurnian Minyak (Clarification Process)

Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar /

Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi. Stasiun pemurnian/klarifikasi minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur – unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan agar kehilangan minyak seminimal mungkin. Stasiun klarifikasi adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak, dimana proses pengolahannya adalah sebagai berikut :

a. Sand Trap tank (Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand trap tank mencapai 95oC sehingga yang terbuang adalah benar – benar NOS ( Non Oil Solid ).

b. Vibro Separator/Vibrating Screen

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran-getaran pada Vibro control melalui penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.


(41)

c. Crude Oil Tank

Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan dari vibro separator sebelum dikirim kebagian tangki ditribusi dengan menggunakan pompa. Crude oil tank dilengkapi dengan steam coil untuk memanaskan campuran minyak yaitu dengan suhu 95° C.

d. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95oC) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.

e. Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh

Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95oC. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.


(42)

f. Oil Purifier

Oil purifier berfungsi untuk mengurangi NOS dan kadar air dengan cara

centrifugal. Pembukaan seal water dilakukan diawal proses dan saat beroperasinya kran seal water harus di tutup, karena apabila kran terbuka akan mengakibatkan kadar air dalam minyak meningkat.

g. Vacuum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak ke dalam bejana.

h. Storage Tank

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.

2.5.4. Mesin

Pada Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli raya mesin-mesin yang digunakan pada saat proses dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(43)

Tabel 2.1. Mesin di Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya

NO. Mesin Spesifikasi

1. Loading Ramp

Merk : Vickers, Type : 10 bays, Daya : 4 kw/300 volt, Jumlah : 2 unit

2. Capstand

Merk : Teco Induction, Type : wire rope, Daya : 15 hp, Tipe tali : 5/8” ARW C6x29, jumlah : 6 unit

3. Sterilizer

Merk : Kesco, Diameter : 2.100 mm, Panjang : 29.265mm, Kapasitas : 25 ton, Tekanan uap : 0–3,5 kg/cm2, Temperatur uap : 115°C–130oC, Jumlah : 4 unit

4. Hoisting Crane

Merk : Demag Indonesia, Kapasitas : 5 ton, , Cos Ø : 0,8, putaran : 40 rpm, Jumlah : 3 unit

5. Automatic feeder

Merk : Renold Chain, Panjang : 5860 mm, Lebar : 3300 mm, Kapasitas : 30 ton/jam, Putaran : 0,3-0,7 rpm, Cos Ø : 0,8

6. Thresser

Merk : Asian Motor Swed, Diameter : 2057 mm, Panjang : 5029 mm, Putaran : 22,5 rpm, Kapasitas : 30 ton/jam, Cos Ø : 0,8, Daya : 20 hp

7. Fruits Elevator

Merk : Ronald Chain, Panjang : 3000 mm, Daya : 10 hp, Cos Ø : 0,8, kapasitas : 30ton/jam


(44)

8. Digester

Merk : Stock Amsterdam, Internal diameter : 1200 mm, Tinggi Conteiner : 3000 mm, Isi : 3200 ltr, Kapasitas : 10-15 ton/jam, Putaran : 23 rpm, Daya : 22 Kw, Cos Ø : 0,8, Type : LD 3200, Jumlah : 8 unit

9. Twin Screw Press

Merk : MJI, Panjang : 4910 mm, Lebar : 1478 mm, Tinggi : 1035 mm, Kapasitas : 15 – 17 ton/jam, Putaran : 10,5 rpm, Cos Ø : 0,8, Daya : 40 hp, Type : LP 10 – 12, Jumlah : 8 unit

10. Vibro Separator

Merek : Amkco, Diameter : ± 1524 mm (60” ), Jumlah : 2 unit, Kapasitas : 9-12 ton, Daya : 2,5 hp, Putaran : 1450 rpm, Cos Ø : 0,8

11. Crude Oil Tank Merk : Sweeo, Kapasitas : 30 ton, Putaran : 1450 rpm, Jumlah : 3 unit

12. Continuous Settling Tank Kapasitas : 90 M3, Jumlah : 1 unit, Diameter : 500m


(45)

Tabel 2.1. Mesin di Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya (Lanjutan)

No. Mesin Spesifikasi

13. Sludge Tank Kapasitas : 6 ton, Diameter : 2.32 m, Tinggi : 2,7 m, Jumlah : 2 unit 14. Oil Tank Kapasitas : 6 ton, Diameter : 2,32 m,

Tinggi : 2,7 m, Jumlah : 3 unit 15. Sludge Drain Tank Kapasitas : 15 M3, Panjang : 5000

m, Lebar : 2000m, Tinggi : 1500 m 16. Vacuum Dryer Merk : Papemmeler, Type :

500/1583-01, Cos Ø : 0,8, Kapasitas : 9 ton, jumlah : 2 unit

17. Depericarper Merk : GNM, Kapasitas : 30 ton TBS/jam, Jumlah : 2 unit, Daya : 75 hp, Putaran : 1800 rpm

18. Nut Cyclone Merk : GNM, Diameter : 2500 mm, Daya : 5,5 hp, Putaran : 59,54 rpm, kapasitas : 35 ton/jam, jumlah : 2 unit

19. Nut Silo Merk : Warman-Australia, Panjang : 2580 m, Tebal: 3050 m, Kapasitas : 74 ton, jumlah : 6 unit

20. Ripple Mill Merk : GNM, Diameter : 380 mm, Daya : 3 hp, Cos Ø : 0,8, Putaran : 34,8 rpm. Jumlah : 2 unit


(46)

2.6. Organisasi Dan manajemen 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Sejak dimulai berdirinya PT. Mopoli Raya pada tahun 1980, PT. Mopoli Raya banyak mengalami perkembangan dan kemajuan pada sruktur organisasi. Hal ini sejalan dengan komitmen untuk menjadikan pelaksana proyek sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya, maka perusahaan telah menyusun suatu struktur organisasi yang jelas sehingga tidak menemui tumpang tindih dalam bekerja.

Pada Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli raya, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi yang berbentuk fungsional dimana berdasarkan fungsi yaitu pembagian atas unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya pada bidang tertentu secara langsung. Gambar struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran.

2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang, Dan Tanggung jawab

Pada Pabrik kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya ada tugas dan tanggung jawab dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi perusahaan yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris

Menurut anggaran dasar perusahaan, Dewan Komisaris terdiri dari 5 orang dan salah seorang diantaranya menjabat sebagai Komisaris Utama.

Adapun wewenang dan tugas-tugas Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:


(47)

a. Mengawasi jalannya pengurusan oleh Direksi, untuk ini anggota Dewan Komisaris baik secara sendiri maupun bersama-sama berhak memasuki bangunan atau pekarangan perseroan, memeriksa persediaan, memeriksa uang kas, dan surat berharga lainnya serta mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.

b. Mengadakan Rapat Umum Tahunan dan Rapat Umum Luar Biasa Para

Pemegang Saham.

c. Memberikan pengesahan atas RAPB tahunan.

d. Memberikan pengesahan dalam RUPS atas Neraca dan Perhitungan Rugi atau Laba tahunan yang merupakan laporan pertanggungjawaban Direksi.

2. Kepala Biro komisaris

Kepala Biro Komisaris merupakan kelompok staf karyawan yang membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasannya di perseroan. Kepala Biro Komisaris bertanggung jawab atas selesainya tugas yang dilaksanakan oleh Biro Komisaris dengan tujuan membantu tugas-tugas Dewan Komisaris dalam perseroan serta bertanggung jawab atas segala harta perusahaan yang ada di Biro Komisaris.

3. Direktur Utama

Direktur Utama merupakan dewan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab atas kekayaan perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan baik dalam Anggaran Dasar Tahunan


(48)

perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan kepada Dewan Komisaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam hal ini Direktur Utama dibantu oleh 2 (dua) orang direktur masing-masing:

a. Direktur Komersil

Direktur Komersil membawahi bagian-bagian sebagai berikut:

1. Bagian Komersil

2. Bagian Umum/ Personalia

3. Bagian Pembukuan

4. Bagian Pembiayaan

b. Direktur Produksi

Direktur Produksi membawahi bagian-bagian sebagai berikut:

1. Bagian Teknik

2. Bagian Tanaman

3. Area Manager

4. Sekretaris Direksi

Sekretaris Direksi merupakan karyawan yang membantu direksi atau direktur utama dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Adapun tugas-tugas yang dilaksanakan oleh sekretaris direksi pada PT. Mopoli Raya adalah:

a. Mengadministrasikan surat-surat masuk dan surat-surat keluar Direksi b. Mengarsip surat-surat masuk dan surat-surat keluar Direksi

c. Membantu direksi dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan bertanggung jawab langsung kepada Direksi.


(49)

5. Kepala Internal Audit

Kepala internal audit adalah kelompok staf/karyawan yang tugasnya membantu Top Management dalam melaksanakan fungsi kontrol dalam lingkungan perusahaan. Kepala Internal Audit bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan-kegiatanpengawasan intern terhadap prosedur kerja, proses pencatatan, pengeluaran biaya, dan kemudian membuat laporan dan saran-saran perbaikan atas hasil pemeriksaan tersebut.

6. Kepala bagian Komersil

Kepala Bagian Komersil bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan: pemasaran komoditi-komoditi yang dihasilkan perusahaan dan pengadaan barang-barang atau bahan-bahan yang mengusahakan semaksimal mungkin harga yang paling menguntungkan bagi perusahaan.

7. Kepala Divisi Keuangan

Kepala Divisi Keuangan dan Umum membantu Direktur Komersil dalam hal memonitor: keuangan perusahaan, anggaran perusahaan, proses pencatatan akuntansi, ketepatan waktu laporan keuangan dan laporan manajemen, pelaksanaan peraturan kepegawaian, perawatan harta perusahaan dan masalah yang berkaitan dengan pihak Bank.

8. Kepala Bagian Umum/Personalia

Adapun tugas-tugas Kepala Bagian Umum/ Personalia adalah


(50)

a. Menyusun bagian tugas para bawahan dan memberikan pengarahan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut

b. Menyusun rencana pertambahan dan program pengembangan pegawai c. Mengatur dan mengelola administrasi kepegawaian serta penyimpanan

arsip-arsip pegawai

d. Melaksanakan pencarian dan penerimaan pegawai

9. Kepala Bagian Pembukuan

Kepala Bagian Pembukuan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses pencatatan akuntansi, proses pembuatan laporan keuangan/ laporan manajemen, penyelesaian pajak perseroan dan menjamin bahwa seluruh transaksi telah dibukukan sebagaimana mestinya.

10. Kepala Bagian Pembiayaan

Kepala Bagian Pembiayaan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses penyusunan anggaran, proses dan pelaksanaan pembayaran, penerimaan pembayaran, laporan posisi dana, penyimpanan uang kas dan penyimpanan cek, bilyet giro milik perusahaan.

11. Kepala Bagian Teknik


(51)

Adapun tugas-tugas Kepala bagian Teknik membuat perencanaan dan mamonitoring instalasi/ listrik/ mesin/ bangunan dan memonitor hasil-hasil yang dicapai pabrik dan mengatur pengelolaan bengkel.

12. Kepala Bagian Tanaman

Kepala Bagian Tanaman bertugas membuat perencanaan investasi kebun, membuat perencanaan pengendalian serangan hama, menyusun program dan rencana kerja bagian tanaman.

13. Manager Kebun

Manajer Kebun bertanggung jawab atas kontinuitas jalannya operasi kebun. Untuk menghasilkan komoditi-komoditi seperti yang telah ditargrtkan dengan biaya-biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diminta Direktur Produksi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan unit kebun.

14. Manager Pabrik

Manajer Pabrik bertanggung jawab atas kontinuitas jalannya operasi pabrik untuk menghasilkan komoditi-komoditi seperti yang telah ditargetkan dengan biaya-biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan.


(52)

15. Manager Proyek

Manajer Proyek bertanggung jawab atas kelancaran, keamanan pelaksanaan proyek dan menjamin penyelesaian proyek sesuai dengan waktu. Sedangkan tugasnya mengarahkan dan mengawasi agar dalam mengerjakan proyek berjalan seefisien mungkin, menentukan persiapan: penilaian, fasilitas dan bahan-bahan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran penyelesaian proyek.

2.6.3. Jumlah Tenaga kerja Dan Jam kerja 2.6.3.1. Jumlah Tenaga Kerja

Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya memiliki tenaga kerja sebanyak 149 karyawan. Susunan dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja Pabrik kelapa sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya

No KETERANGAN JUMLAH

(Orang)

1 Karyawan Pimpinan 8

2 Karyawan Administrasi / Umum 7

3 Karyawan Laboratorium 6

4 Karyawan Sortasi 21

5 Karyawan teknik/Bengkel Umum 26

6 Karyawan Dinas Sipil 11

7 Karyawan Pengolahan 64

8 Karyawan Keamanan 6

Jumlah 149

Sumber:PT. Mopoli Raya PKS Gedong Biara

2.6.3.2. Jam Kerja


(53)

Kebijakan perusahaan dituangkan dalam suatu Perjanjian Kerja Bersama. Kebijakan tersebut antara lain berisi tentang hari dan jam kerja. Dimana hari dan jam kerja kantor adalah 5 (hari) dari dalam 1 (satu) minggu yaitu hari Senin sampai dengan Jumat. Jam kerja 1 (satu) hari bagi kantor direksi adalah 8 (delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu. Sedangkan untuk bagian pengolahan 7 hari kerja.

Penjadwalan jam kerja untuk tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Karyawan Kantor mulai bekerja pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00- 14.00 WIB.

2. Karyawan Bagian Pengolahan

Karyawan pada bagian pengolahan dibagi atas dua shift kerja, yaitu :

a. Shift I, mulai bekerja pukul 07.00- 19.00 WIB dengan masa istirahat

disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.

b. Shift II, mulai bekerja pukul 19.00 - 07.00 WIB dengan masa istirahat

disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.

2.6.4. Sistem pengupahan Dan Fasilitas Lainnya

Perusahaan memberikan imbalan kepada karyawannya berupa uang dan natura atas pekerjaan yang dilakukannya. Imbalan itu terdiri dari:

1. Gaji, yaitu imbalan berupa yang diterima karyawan atau pegawai dalam hal ini adalah Pegawai Bulanan (PB) dari perusahaan atau tugas yang dilakukannya yang komponennya terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap. Yang termasuk dalam tunjangan tetap disini yaitu tunjangan istri yang


(54)

dihitung 20 % dari gaji pokok. Selain itu yang juga termasuk dalam tunjangan tetap adalah tunjangan anak yang juga dihitung berdasarkan gaji pokok. Namun tarif tunjangan anak ini adalah 5 % dari gaji pokok. Jumlah anak yang ditanggung perusahaan dari tunjangan anak ini adalah maksimal 3 (tiga) orang. Untuk karyawan Syarat Kerja Umum (SKU) menerima imbalan berupa upah yang berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku pada tahun tersebut, namun dihitung per hari. Upah tersebut belum termasuk dengan tunjangan tetap. Tunjangan tetap bagi SKU merupakan catu beras yang diberikan kepada karyawan yang terdiri dari:

a. Karyawan diberikan sebesar 15 kg b. Istri 9 kg

c. Anak (maksimal 3 orang) 7,5 kg

2. Premi/lembur. Yang berhak memperoleh uang lembur adalah karyawan Pegawai Bulanan (PB) dan karyawan Syarat Kerja Umum (SKU).Perhitungan uang lembur antara PB dengan SKU ini berbeda. Perhitungan lembur untuk PB adalah sebagai berikut:

Perhitungan lembur untuk SKU adalah sebagai berikut :

Perhitungan lembur ditetapkan sebagai berikut:


(55)

a. Hari biasa. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah lembur sebesar 1,5 kali upah sejam. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam.

b. Hari istirahat minggu/hari besar. Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 jam kerja pertama, dibayar 2 kali upah sejam. Setelah 7 jam kerja, dibayar uang lembur sebesar 3 kali upah sejam.

c. Tanggal 1 Januari, 17 Agustus dan Hari Besar Keagamaan. Untuk 7 jam kerja pertama, dibayar uang lembur sebesar 3 kali uang lembur 1 jam. Setelah 7 jam kerja pertama, dibayar uang lembur sebesar 4 kali uang lembur 1 jam.

3. Tunjangan jabatan, diberikan kepada karyawan yang memiliki jabatan yaitu manager unit, kepala tata usaha, kepala bagian, kepala urusan, asisten kepala dan asisten afdeling. Tunjangan jabatan diberikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perusahaan.

4. Tunjangan premi, diberikan kepada karyawan yang dalam tugasnya mendukung kegiatan produksi yang besarnya sesuai dengan ketentuan perusahaan.

5. Santunan dan bantuan sosial/ fasilitas. Perusahaan juga memberikan bantuan dana sosial bagi karyawan yang ditentukan sesuai dengan peraturan perusahaan. Misalnya: sewa rumah, transport, bantuan anak sekolah (beasiswa), dan kendaraan dinas bagi karyawan tertentu.


(56)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Produktivitas

Produktivitas pertama sekali muncul pada artikel Francoiis Quesney (1776) yang berjudul “ The School Of Physioeraft”. Tetapi menurut Aigner filosofi tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradapan manusia karena makna produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kehidupan dan penghidupan di segala bidang.

Seabad kemudian pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai “ Faculty To Produce”. Defenisi ini masih tetap berlaku hingga abad ke-20 pada saat itu kemudian muncul pengertian yang lebih jelas, produktivitas menggambarkan hubungan antara keluaran dengan alat yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Keluaran atau hasil produksi diproleh dari suatu peroses kegiatan. Bentuk kegiatan dapat berupa produk nyata atau produk jasa.

Pada tahun 1950, Organization for European Economic (OEEC)

mengusulkan defenisi peroduktivitas yang lebih formal/resmi yaitu produktivitas ialah hasil bagi yang diperoleh dengan membagi ouput dengan salah satu dari faktor-faktor produksi. Dengan cara ini dapat diperhitungkan produktivitas dari modal, investasi, dan bahan baku.1

Sedang defenisi produktifitas menurut Dewan Produktivitas Nasional yaitu produktivitas mengandung pengertian sebagai perbandingan antara hasil yang di

1

Summanth, D. J., (1985). Productivity Engineering and Management. New York: Mcgraw Hill Book Company.


(57)

capai dengan keseluruhan daya yang digunakan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara rasio beberapa keluaran (output) dengan masukan (input), yang dinyatakan sebagai berikut:

Produktivitas =

Masukan dari output di atas adalah hasil yang bermanfaat bagi manusia yang di peroleh melalui sesuatu kegiatan dapat berupa barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan input adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut. Input-input adalah tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi. Sehingga berdasarkan konsep tersebut maka produktivitas total dapat dijabarkan sebagai berikut:

Produktivitas Total =

Dimana tenaga kerja dalam (Rp), Modal (Rp), Material (Rp), dan energi (Rp). Pengertian produktivitas menurut E.E Adam Jr, J.C Hershauer adalah konsep sistematis yang berkaitan dengan konversi dari masukan menjadi keluaran dari sebuah sistem yang berada pada kondisi tertentu.

Pengertian produktivitas tidak hanya dikaitkan dengan aspek kuantitas saja tetapi juga aspek kualitas. Nilai kuantitas suatu produk bartambah baik maka produktivitas pun meningkat karena nilai keluaran semakin tinggi. Hal ini karena nilai masukan tetap sedangkan nilai keluaran bertambah karena adanya peningkatan kualitas.


(58)

3.2. Tipe Dasar Produktivitas

Menurut David J. Summanth dari banyaknya variasi definisi produktivitas dapat dibedakan menjadi 3 tipe dasar produktivitas, yaitu :

1. Produktivitas Parsial

Rasio dari output dengan I jenis input (per satuan waktu) contoh : produktivitas tenaga kerja (rasio antara output dengan input tenaga kerja), produktivitas material (rasio antara output dengan input material). Keuntungan pengukuran produktivitas parsial adalah mudah dimengerti, data mudah diperoleh, indeks produktivitas mudah dihitung, dan alat diagnosa yang baik untuk bagian-bagian yang perlu diperbaiki produktivitasnya, serta dapat digunakan sebagai indikator produktivitas total. Keterbatasan pengukuran produktivitas parsial adalah :

a. Bila digunakan tersendiri dapat merugikan perusahaan dari segi biaya. b. Tidak dapat rnenjelaskan terjadinya kenaikan biaya total perusahaan

menjadi kontrol manajemen.

c. Mempunyai kecenderungan untuk menyalahkan suatu area yang menjadi kontrol manajemen.

d. Perbaikan produktivitas hanya pada bagian yang diukur 2. Produktivitas Total Faktor

Rasio dari output bersih terhadap jumlah dari input tenaga kerja dan input modal (per satuan waktu). Output bersih merupakan selisih dari output total dengan jurnlah peralatan dan jasa yang dibeli. Produktivitas total faktor ini untuk 2 hal yang paling terkait yang menggambarkan bagaimana informasi


(59)

perusahaan apakah padat karya atau padat modal. Keuntungan pengukuran produktivitas total faktor adalah data dari perusahaan relatif mudah diperoleh, dapat dianalisis dari sudut pandang ekonomi karena menyangkut sebagian besar keadaan ekonomi perusahaan. Keterbatasan pengukuran produktivitas total faktor tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dari energi dan hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan dalam input total faktor.

3. Produktivitas Total

Rasio dari total output dibagi total input (persatuan waktu) jadi pengaruh semua faktor input terhadap total output dapat diukur. Produktivitas total juga dapat dihitung untuk tiap departemen dan bisa juga dihitung untuk tiap produk yang ada dalam perusahaan. Keuntungan pengukuran produktivitas total adalah memperhatikan semua faktor input yang rnempengaruhi output, sehingga dapat rnenunjukkan kondisi ekonomi perusahaan secara akurat, kontrol profit yang dapat dihasilkan merupakan keuntungan besar perusahaan, dan bila digunakan bersamaan dengan produktivitas parsial akan dapat mengarahkan perhatian manajenren untuk melakukan tindakan yang lebih efektif. Keterbatasan pengukuran produktivitas total sama seperti produktivitas parsial dan total fakfor yaitu tidak dapat mengukur faktor tidak nyata dari output dan input.


(60)

3.3. Siklus Produktivitas

Summanth memperkenalkan konsep formal yang disebut sebagai siklus produktivitas (productivity cycle) untuk digunakan dalam peningkatan produktivitas terus menerus.

Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap utama, yaitu:

1. Pengukuran produktivitas ( Measurement)

2. Evaluasi Produktivitas ( Evaluation)

3. Perencanaan Produktivitas ( Planning)

4. Peningkatan produktivitas ( Improvement)

Siklus produktivitas yang diperkenalkan David J. Summanth ini juga di sebut dengan “MEPI” (Measurement, Evaluation, Planning, Improvement).

Siklus ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Pengukuran (Measurement) Produktivitas

Peningkatan (Improvement) Penilaian (Evaluation) Produktivitas Produktivitas

Perencanaan (Planning) Produktivitas


(61)

Gambar 3.1. Model Siklus Produktivitas “ MEPI”

Konsep siklus ini memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas harus dimulai oleh kegiatan pengukuran, penelitian, dan perencanaan dari produktivitas itu sendiri. Keempat tahap ini sangat penting dilaksanakan karena siklus tersebut menunjukan bahwa program penelitian produktivitas merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan dan melibatkan seluruh operasi kegiatan perusahaan.

Apabila produktivitas dari sistem ini telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk di perbandingkan dengan rencana yang telah di tetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi itu, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Konsep siklus produktivitas ini memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas harus didahului oleh kegiatan pengukuran, penilaian, dan perencanaan produktivitas itu sendiri. Untuk mencapai produktivitas yang direncanakan ini berbagai program formal dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas terus menerus. Analisis Produktivitas adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana masalah produktivitas yang menimbulkan kesenjangan produktivitas.


(62)

3.3.1. Pengukuran Produktivitas

Merupakan suatu tahap awal dari siklus pricduktivitas, pengukuran produktivitas dapat dilakukan pada berbagai macam unit kegiatan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, antara lain : tingkat departemen atau stasiun kerja, tingkat internasional. Pada tahap ini ada 3 model pengukuran produktivitas yang digunakan yaitu :

1. Model pengukuran produktivitas parsial

Menurut Summanth, produktivitas parsial adalah dari output dengan salah satu input antara lain :

a. Produktivitas tenaga kerja : output/input tenaga kerja b. Produktivitas material : output/input rnaterial

c. Produktivitas modal : output/input modal d. Produktivitas energi : output/input energi 2. Model pengukuran produktivitas total faktor

Pengukuran produktivitas total faktor David Summanth adalah rasio dari output dengan jumlah input modal dan tenaga kerja

Produktivitas total faktor =

3. Model pengukuran produktivitas total

Modal pengukuran produktivitas total ini mempertimbangkan seluruh faktor-faktor masukan dan faktor-faktor-faktor-faktor keluaran. Pengukuran produktivitas total Summanth diperoleh melalui :

Produktivitas Total =


(63)

Keterangan:

a. Total nilai keluaran nyata adalah nilai produk jadi ditambah nilai produk setengah jadi + dividen bunga pinjaman + pendapatan lain-lain.

b. Total nilai masukan nyata adalah masukan tenaga kerja + masukan bahan baku + masukan modal + masukan energi + pengeluaran lainnya.

Dalam pengukuran produktivitas ada beberapa model lain yang dapat digunakan selain model Summanth yaitu :

1. Model Produktivitas Mundel

Dalam pengukuran produktivitas ini, Mundel memakai pendekatan angka indeks (indeks produktivitas). Jadi pengukuran ini pada dasarnya adalah membandingkan antara produktivitas pada waktu pengukuran (measured period) dengan produktivitas pada period dasarnya (based period).

2. Model Produktivitas Pospac atau yang juga dikenal dengan rnodel

Hebberstad Productivity Wheel.

Roda produktivitas Hebberstad merupakan roda yang menjadi patokan industriawan dalam mengukur dan rneningkatkan produktivitas bidangnya. Roda ini terdiri dari 6 bagian yang rnasing-masing mempunyai ukuran produktivitas sendiri. Keenam bagian itu adalah produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal, produktivitas produksi, produktivitas penjualan dan produktivitas produk. Untuk setiap produktivitas tersebut terdapat angka kunci pengukurannya, sehingga pengukuran dan pemantauan dapat dilakukan. Di sarnping itu terdapat tindakan yang dapat diarnbil untuk memperbaiki setiap bagian dari produktivitas tersebut.


(64)

3. Model Produktivitas Objective Matrix

Adalah suatu sistern pengukutan produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif).

4. Model APC (American Productivity Center)

Model ini biasanya digunakan untuk mengukur produktivitas total perusahaan. Model ini melihat hubungan antara produktivitas dengan

profitability. Model ini menggunakan periode dasar untuk menghindari kesalahan menghitung produktivitas karena pengaruh kenaikan harga.

3.3.2. Evaluasi Produktivitas

Adalah langkah kedua dari siklus produktivitas. Dengan melakukan evaluasi, maka dapat diketahui faktor-faktor penyebab turunnya produktivitas sehingga dapat segera diambil langkah-langkah perbaikan. Dari hasil evaluasi ini juga dapat dilakukan perencanaan peningkatan produktivitas baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Pentingnya dilakukan evaluasi produktivitas adalah untuk mengetahui apakah telah terjadi penurulan atau peningkatan produktivitas pada suatu periode pengukuran. Tanpa melakukan evaluasi, penilaian terhadap suatu hasil pengukuran produktivitas rnenjadi rancu, dalam arti tidak bisa dikatakan apakah nilai produktivitas itu baik atau buruk.


(65)

3.3.3. Perencanaan Produktivitas

Perencanaan produktivitas adalah penentuan target produktivitas total atau produktivitas parsial sehingga target tersebut dapat dijadikan patokan dan perbandingan bagi tahap evaluasi produktivitas.

Peran penting perencanaan produktivitas :

1. Sebagai usaha untuk menelusuri kemungkinan peningkatan produktivitas di masa yang akan datang, sehingga dapat dipersiapkan langkah-langkah peningkatan produktivitas sedini rnungkin.

2. Sebagai media untuk rneningkatkan kerja sama baik secara vertikal maupun horizontal di dalarn organisasi .

3. Sebagai pendorong kreativitas berpikir, pernbentukan kelompok yang produktif dan mengurangi ketakutan terhadap keadaan masa depan yang tidak pasti.

4. Sebagai dasar pelaksanaan perbaikan produktivitas bagi badan usaha dengan menyesuaikan kondisi internal maupun eksternal.

3.3.4. Peningkatan Produktivitas

Merupakan langkah keernpat dari siklus produktivitas, peningkatan produktivitas ini adalah kelanjutan tahap perencanaan dimana dalam langkah peningkatan ini dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap berbagai hal, sebagaimana yang telah ditetapkan dalarn langkah perencanaan. Dan perbaikan ini


(66)

penting dilakukan agar tercapai target yang telah ditetapkan dan diperoleh hasil yang lebih baik dari periode sebelumnya.

3.4. Manfaat Pengukuran Produktivitas

Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beroperasi, agar dapat membandingkan produktivitas standart yang ditetapkan manajemen, mengukur produktivitas dari waktu ke waktu dan membandingkan dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa. Hal ini menjadi sangat penting agar perusahaan itu dapat membandingkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di pasar global yang amat kompetitif.

Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:2

1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.

2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang.

3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan itu dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan perioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.

2

Gasperz, V. (1998). Manajemen Produktivitas Total: Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(67)

4. Perencanaan target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.

5. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas dari waktu ke waktu.

6. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat diterapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada di antara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur.

7. Pengukuran tingkat produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta manfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada sekala nasional maupaun global.

8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus (continuous productivity improvement).

9. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.

10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus menerus yang dilakukan dalam perusahaan itu.


(68)

11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja.

3.5. Produktivitas Model Objective Matrix (OMAX)

Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif). Dikembangkan pertama kali pada tahun 1975 oleh James L. Riggs P.E., ketika ia sedang meneliti produktivitas di rumah sakit. Adapun kelebihan dari model produktivitas OMAX antara lain :

1. Model OMAX fleksibel terhadap kriteria produktivitas yang diukur.

2. Model OMAX dapat mengukur tingkat produktivitas sampai bagian terkecil. dari unit proses, yang diwakili oleh kriteria dari unit proses yang diukur dan terkait langsung dengan kondisi perusahaan saat itu.

3. Model OMAX dapat mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang penting bagi kemajuan dan pertumbuhan perusahaan ke dalam suatu bentuk yang terpadu, saling terkait, dan mudah dikomunikasikan.

4. Model OMAX mengukur produktivitas parsial sekaligus dapat mengukur produktivitas total perusahaan.

5. Model OMAX mudah dipahami oleh perusahaan karena kesederhanaannya.


(69)

Beberapa keterbatasan metode ini, yaitu : 1. Tidak adanya suatu pola dalam penetapan kriteria.

2. Perhitungan cenderung menyajikan ukuran-ukuran parsial. 3. Mekanisme perhitungan kurang dapat dipahami secara umum.

Objective Matrix merupakan suatu metode pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator pencapaian dan suatu prosedur pembobotan untuk memperoleh indeks produktivitas total. Susunan model ini berupa matriks yaitu sebuah tabel yang sel-selnya disusun menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Susunan matriks ini akan memudahkan dalam pengoperasiannya.

Adapun susunan model OMAX terdiri atas beberapa bagian yakni sebagai berikut :

1. Kriteria Produktivitas

Kriteria produktivitas adalah kegiatan dan faktor yang mendukung produktivitas unit kerja yang sedang diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan perbandingan (rasio). Kriteria ini menyatakan ukuran efektivitas, kuantitas dan kualitas dari output, efisiensi dan utilisasi dari input, konsistensi dari operasi dan ukuran khusus atau faktor lainnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat produktivitas yang diukur. Setiap kriteria harus terukur dan sebaiknya tidak saling bergantung. Kriteria yang melukiskan ukuran produktivitas letaknya di kelompok paling atas dari matriks ini.

2. Tingkat Pencapaian


(1)

kurangnya ketelitian pekerja dalam melaksanakan pekerjaan sehingga banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan menambah lembur. Penyebab lain berasal dari kemampuan mesin dan peralatan yang berkurang atau mesin mengalami stagnasi beberapa saat.

b. Rasio VII

Rendahnya nilai pada rasio VII disebabkan oleh perencanaan jam kerja yang tidak disesuaikan dengan kondisi, misalnya libur nasional terutama hari besar keagamaan. Selain itu juga karena jumlah karyawan yang tidak sebanding dengan kapasitas produksi yang dihasilkan. Untuk sistem absensi yang digunakan juga masih dengan cara manual yaitu dengan menggunakan papan absensi sehingga masih memungkinkan terjadinya penyimpangan absensi.

c. Rasio VIII

Rasio VIII merupakan perbandingan antara jam kerusakan mesin dengan jam mesin tersedia. Permasalahan yang timbul adalah rendahnya jam kerusakan mesin dibandingkan dengan jumlah mesin tersedia. Hal ini berarti hanya sedikit waktu yang digunakan dalam melakukan perawatan mesin (maintenance), sehingga kurangnya kemampuan operasi mesin.

6.3. Strategi Peningkatan Produktivitas

Langkah awal yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan memfokuskan perhatian pada faktor yang menghambat pertumbuhan produktivitas. Faktor yang menghambat pertumbuhan


(2)

produktivitas adalah perkembangan pertumbuhan rasio IV, rasio VII dan rasio VIII yang memiliki kriteria buruk terbanyak berdasarkan aturan 80 % dan 20 % pada Diagram Pareto. Perbaikan pada rasio-rasio tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Perbaikan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Meningkatkan nilai rasio VI, yaitu rasio antara jam lembur dengan jumlah jam kerja terpakai, yaitu dengan meminimalisir jam kerja lembur agar karyawan dapat mengoptimalkan jam kerja normal untuk mencapai target produksi serta selalu melakukan inspeksi pada setiap bagian kerja agar dapat meminimalisir peluang produk yang kurang sempurna.

b. Mengenai perbaikan nilai rasio VII, yaitu rasio antara tingkat absensi tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja, yaitu dengan membuat sistem absensi komputerisasi, memberikan upah jam kerja lembur yang lebih besar dari upah yang biasa diberikan oleh perusahaan.

c. Usaha perbaikan nilai rasio VIII yaitu dengan memperbaiki sistem perawatan mesin yang belum terintegrasi dengan baik, sehingga perawatan dilakukan ketika mesin sudah mengalami downtime. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu menelaah sistem pendukung keputusan perawatan mesin sebelum proses mengalami downtime. Perbaikan ini bisa dibuat dengan software sederhana yang mengingatkan operator jadwal pemeliharaan komponen yang didasarkan oleh mean time beetwen failure (MTBF).


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Setelah melakukan perhitungan dan analisa terhadap hasil pengukuran produktivitas dengan model Objective Matrix pada bagian produksi PKS Gedong Biara PT. Mopoli Raya, maka dapat disimpulkan bahwa indeks produktivitas yang paling rendah adalah pada bulan Juli 2012 yaitu sebesar -74,90 % dan indeks produktivitas yang paling tinggi adalah pada bulan Juni 2012 yaitu sebesar 166,02 %. Nilai indeks produktivitas didapat setelah mengukur indikator pencapaian dalam matriks sasaran Objective Matrix. Kriteria yang paling mempengaruhi tingkat produktivitas adalah rasio IV, rasio VII, dan rasio VIII. Rasio IV termasuk kriteria efisiensi dimana kriteria ini menunjukkan bagaimana penggunaan sumber daya perusahaan dilakukan sehemat mungkin. Rasio IV yaitu perbandingan antara jam lembur dengan jam kerja terpakai. Rasio VII dan rasio VIII termasuk kriteria inferensial dimana kriteria ini menunjukkan suatu hal yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas tetapi bila diikutsertakan dalam matriks maka akan dapat membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor utama. Rasio VII adalah perbandingan antara jumlah absensi dan jumlah tenaga kerja, bertujuan untuk meminimalkan ketidakhadiran pekerja, sedangkan Rasio VIII adalah perbandingan antara jam kerusakan mesin dan jam mesin tersedia yaitu bertujuan meminimalkan terjadinya kerusakan mesin ketika dioperasikan.


(4)

7.2. Saran

Perusahaan perlu mengimplementasikan usulan peningkatan produktivitas yang telah penulis paparkan pada bab VI dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sosialisasi pada seluruh karyawan tentang pentingnya peningkatan produktivitas bagi perusahaan, untuk itu perusahaan perlu melakukan program peningkatan produktivitas sehingga karyawan terbiasa dalam menghadapi perubahan-perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan. 2. Melakukan pengukuran terhadap produktivitas perusahaan khususnya

bagian produksi PKS Gedong Biara secara kontinu dengan menggunakan metode Objective Matrix dengan lebih memperluas penggunaan rasio, agar dapat diketahui sejauh mana performansi yang telah dicapai oleh perusahaan, dan dapat menganalisa faktor-faktor yang menghambat ataupun yang mendorong peningkatan produktivitas.

3. Melakukan analisa dan evaluasi dari hasil pengukuran tingkat produktivitas tersebut.

4. Membuat proyeksi ke depan untuk mengambil suatu tindakan preventif dan korektif dari hasil analisa dan evaluasi tersebut guna pencapaian target peningkatan produktivitas perusahaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, V. 2000. Manajemen Produktivitas Total. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

L. Saaty Thomas., 2008. Decision Making With The Analitycal Hirarchy Proses. Int. J. Services Sciences, Vol. 1, No. 1.Pitsburgh.

Muchdarsyah, S.,2005. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Bumi Aksara. Jakarta.

Riggs, J.L and G.H, 1983, Productivity By Objectives. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press.

Sink, D.S, 1985, Productivity Management : Planning, Measurement and Evaluation Control and Improvement,John Willey & Sons, New York, USA.

Summanth, D. J. (1985). Productivity Engineering and Management. New York: Mcgraw Hill Book Company.

Suwarno B. Rumus dan Data dalamAnalisis Statistika. Bandung: Alfabeta.2005. Suyatno, S., 1985. Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi. PT. Pustaka

Binaman Pressindo

Nurdin R. Pengukuran Dan Analisis Produktivitas Lini Produksi PT.XYZDengan

Menggunakan Metode Objective Matrix. 2003. URL:

diakses tanggal 2

Februari 2008.


(6)

Saddad, Nur Aditya,et al, Analisis Produktivitas Bagian Pengolahan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) (Studi Kasus Di PT Perkebunan Nusantara XII Ngrangkah Pawon Kabupaten Kediri. 2012. Karel, C.L dan Masellinus, B.W. 2010. Analisis Produktivitas dengan

Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) pada Bagian Produksi Potong (Cutting) PT X. Jurnal Vol. 11 No. 1, Maret 2010:41-48 ISSN: 1411-3287.

Faridz, R, et al, Pengukuran Dan Analisis Produktivitas Produksi Dengan Metode Objective Matrix (OMAX) Di PG. Krebet Baru Malang. Jurnal Agrointek Volume 5 No. 2, Agustus 2011.

Shumdehan, K., 2004. The Impact Of Management Practices On Productivity In The Eritrean Fishing Industry. Magister Commercii (Business Management). Faculty Of Economic and Management Sciences. University of Pretoria.

Report On The APO Symposium On Productivity Measurement In The Service Sector. Productivity Measurement In The Service Sector. 2001. ISBN : 92-8333-2283-5. Kuala Lumpur. Malaysia. Published By The Asian Productivity Organization.

www.ie.its.ac.id/moses. Model Produktivitas Omax.