1. Golongan antioksidan eksogen, contohnya : vitamin c, vitamin E dan betakaroten.
2. Golongan antioksidan endogen, contohnya : glutation dan sistein.
2.5.3 Klasifikasi Antioksidan
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik.
1. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil
ekstraksi bahan alami Hartanto, 2012. Senyawa antioksidan alami tumbuhan disebut juga phytoantioxidants Pouillot et al., 2011. Contoh
antioksidan alami adalah vitamin C, vitamin E, dan -karoten. 2.
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. Contoh antioksidan sintetik adalah BHA, BHT, dan
TBHQ Santoso, 2005. Terdapat dua cara untuk memperoleh antioksidan yakni dari dalam tubuh
endogen dan dari luar tubuh eksogen Hartanto, 2012 : 1.
Antioksidan endogen dari bahan tubuh sendiri a. Antioksidan Enzimatis misalnya, SOD, katalase, glutathion reduktase,
glutathion peroksidase, glukosa 6 phosfatase dehidrogenase G6PD, sistem sitokrom oksidase, peroksidase.
b. Sistem Antioksidan Non Enzimatis : glutathion, bilirubin, albumin, transferin, plasmin, feritin, sistein, dan lainnya.
2. Antioksidan sintetik eksogen berasal dari luar tubuh dapat diperoleh
dengan cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung vitamin C dan E, -karoten maupun antioksidan sintetik seperti BHA,
BHTdan TBHQ.
2.5.4 Mekanisme Kerja Antioksidan
1. Antioksidan Primer
Antioksidan primer bekerja dengan cara menetralisir radikal bebas dengan cara mendonasi satu elektronnya. Contohnya : SOD yang berfungsi
sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas, CAT dan GPx. Sebenarnya enzim-enzim
tersebut sudah ada dalam tubuh kita hanya saja untuk mendapatkan kerja yang maksimal harus dapat bantuan dari zat-zat gizi mineral seperti
mangan, seng dan tambaga. Jika ingin menghambat gejala dan penyakit degeneratif, maka sebaiknya memiliki ketersediaan mineral-mineral
tersebut yang cukup dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari. Antioksidan ini bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal
bebas yang baru dengan cara mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang dampak negatifnya kurang,sebelum radikal bebasnya
bereaksi. Karena kekurangan satu elektron maka molekul antioksidan itu akan menjadi radikal bebas yang baru. Radikal bebas yang baru
terbentuk relatif stabil yang selanjutnya akam di netralisir oleh antioksidan lain seperti : vit C, vit E, LA, CoQ10, flavanoid, asam urat
dan bilirubin Moini et al., 2002.
2. Antioksidan Sekunder
Antioksidan ini berfungsi menangkap berbagai senyawa dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Mekanisme ini bekerja dengan cara mengkelat
ion logam, menghilangkan oksigen radikal, memecah reaksi rantai inisiasi, menyerap energi oksigen singlet, mencegah pembentukan radikal,
menghilangkan dan atau mengurangi jumlah oksigen. Antioksidan yang termasuk dalam antioksidan sekunder ini adalah Vitamin E, Vitamin C,
betakaroten, asam urat, bilirubin, transferin, laktoferin, seruloplasma, Xanton dan albumin Hartanto, 2012..
3. Antioksidan Tertier
Antioksidan tertier ini berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas, dimana kerja dari antioksidan ini
sebagai sistem enzim DNA repair dan metionin sulfoksida reduktase, sehingga protein yang telah teroksidasi di proses oleh sistem enzim
proteolitik dan lipid teroksidasi dan diproses oleh enzim lipase, peroksidase Pouillot et al., 2011.
Sinar ultraviolet
menyebabkan photoaging
melalui mekanisme
pembentukan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan berbagai molekul jaringan mulai dari lipid, protein, lemak, dan DNA. Paparan sinar UV juga
mengurangi kadar antioksidan tubuh seperti pada penuaan alami. Kulit secara alami memiliki sistem antioksidan baik enzimatik maupun nonenzimatik, tetapi
peranannya sangat dipengaruhi oleh kondisi nutrisi dan juga antioksidan dari luar
Pandel et al., 2013. Oleh karena itu antioksidan secara teoritis seharusnya mampu mencegah
terjadinya penuaan kulit akibat paparan sinar matahari. Diketahui bahwa pemberian antioksidan topikal mampu mengurangi kadar radikal bebas pada kulit.
Natural antioksidan dapat menanggulangi photoaging dengan berperan sebagai sunscreen maupun regulator jalur sinyal kerusakan kulit akibat sinar UV.
Penggunaan antioksidan baik secara oral maupun topikal juga terbukti dapat secara nyata mencegah bahkan mengembalikan keadaan kulit yang telah
mengalami photoaging Yaar dan Gilchrest, 2007. Antioksidan tersebut antara lain berasal dari golongan favonoid, seperti polifenol, catechin, antosianin,
isoflavon, proantosianindin, serta golongan non flavonoid seperti asam monofenolik dan stilbene Bosch et al., 2015.
2.6 Manggis
Garcinia mangostana L. 2.6.1 Klasifikasi Tanaman
Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis
lainnya seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka, Madagaskar, Honduras, Brazil dan Australia Utara Nugroho, 2012. Daging buah
manggis berwarna putih, bertekstur halus dan rasanya manis bercampur asam sehingga menimbulkan rasa khas dan segar. Bentuk fisik dari buah manggis