Hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pengusaha warung tegal (warteg)

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ETOS

KERJA PENGUSAHA WARUNG TEGAL (WARTEG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Dsusun Oleh :

BAMBANG PRANOTO

NIM : 103070029035

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN

ETOS KERJA PENGUSAHA WARUNG TEGAL

(WARTEG)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Disusus oleh: Bambang Pranoto NIM : 103070029035

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi Liany Luzvinda, M. Psi NIDN : 03-1505-4701 NIP : 150 411152

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ETOS KERJA PENGUSAHA WARUNG TEGAL, telah diajukan dalam munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 15 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua, Sekretaris,

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si.

NIP: 150 215 938 NIP: 150 238 773

Anggota:

Drs. Akhmad Baidun, M. Si Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi NIP : 19640814 200112 1001 NIDN : 03-1505-4701

Liany Luzvinda, M. Psi NIP : 150 411152


(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Bambang pranoto NIM : 103070029035

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Etos Kerja Pengusaha Warung Tegal” benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi ini. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 15 Juni 2011

Bambang Pranoto NIM : 103070029035


(5)

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini penulis persembahkan sebagai kado ulang tahun terindah yang diberikan kepada Ibu Rohmah dan Bapak Watna serta Istriku tercinta, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan motivasi serta doa yang senantiasa terucap.

Tidak lupa pula karya ilmiah ini pun Penulis persembahkan kepada semua orang yang telah memberikan kontribusi baik pikiran maupun tenaga kepada penulis.


(6)

MOTTO

Memiliki motivasi kerja dan etos kerja yang tinggi serta ahlak yang mulia merupakan pintu gerbang menuju kesuksesan.

Jangan meninggalkan suatu pekerjaan sebagai kegagalan, bertahan terus tanpa menyerah, pantang menyerah pada kelemahan anda sendiri. Bentuk kesalahan apapun tidak mampu menghadapi keuletan dan ketekunan, IQ yang tinggi dan memiliki bakat sekalipun, tanpa adanya keuletan sering gagal dalam kehidupannya.

Hadapilah kesukaran anda, berjuanglah pantang menyerah, semangat terus semangat guna mencapai tujuan hidup.


(7)

ABSTRAK

 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

 Juni 2011

 Bambang Pranoto

 Hubungan antara Motivasi Kerja Dengan Etos Kerja Pengusaha Warung tegal

 Halaman xiii + 92

 Pembangunan perekonomian sangat penting dalam perubahan bangsa dan negara. Bangsa yang ingin maju mampu mengembangkan perekonomian yang ada dinegaranya. Salah satunya orang Tegal yang dikenal dengan usahanya yaitu Warung Tegal. Etos kerja adalah semangat dan sikap batin yang tetap yang memuat tekanan dan nilai-nilai moral tertentu dan yang direflesikan dalam kehidupan sosial (etos sosial), suatu pekerjaan (etos kerja), atau keinginan ilmiah (etos ilmiah). Sedangkan Motivasi kerja diartikan segala sesuatu yang mendorong ke arah tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Motivasi Kerja terhadap Etos Kerja Pengusaha Warung Tegal (Warteg). Independen variabel mencakupi fisiologis, rasa aman dan perlindungan, sosial, penghargaan, aktualisasi diri, jenis kelamin, pendidikan, dan usia.

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Jakarta Selatan, dengan menggunakan sampel pengusaha Warteg. Jumlah sampel sebanyak 61 orang dengan menggunakan sampling purposive. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis statistik menggunakan software SPSS 17. Pengujian Validitas dan reabilitas menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA). Sedangkan untuk menguji hipotesis penilitian menggunakan Multipel Regression Analysis ( MRA).

Dalam pengujian hipotesis untuk variabel mayor didapat nilai R square sebesar 0,573. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel motivasi kerja terhadap etos kerja sebesar 57,3%, dan selebihnya yakni 42.7%. Kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap etos kerja. Kemudian dilakukan uji Anova didapat f hitung sebesar 8.711 dengan p value sebesar 0.00, karena p value yang didapat <0.05, maka persamaan garis regresi yang digunakan dalam penilitian ini dapat dikatakan signifikan.

Dalam pengujian hipotesis pada variabel minor diperoleh R square dan sumbangan yang diberikan terhadap variabel etos kerja, pada : variabel fisiologis sebesar 12.9%, rasa aman 14.1%, rosial 52.2%, penghargaan 53.3%, 54.1%, gender 54.3%, pendididkan 54.6%, usia 57.3%. Kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap etos kerja? Kemudian dilakukan uji Anova pada variabel minor, pada: variabel fisiologis 0.05, rasa aman 0.12, sosial 0.00, penghargaan 0.00, aktualisasi diri 0.00, gender 0.00, pendidikan 0.00, usia 0.00. Dari persamaan garis regresi pada delapan variabel diatas yang dipergunakan dalam penilitian ini, yang tidak dikatakan signifikan hanya dua variabel yaitu : fisiologis dan rasa aman.


(8)

Berdasarkan proporsi varian dan masing-masing independent variabel, hanya variabel fisiologis dan sosial yang memiliki pengaruh secara signifikan dan memiliki kontribusi terhadap etos kerja yaitu: fisiologis 0.129 sedangkan Sosial 0.,522. Hal ini berarti, pengusaha Warteg yang menganggap etos kerja penting, maka semakin tinggi memiliki motivasi kerja.

Kesimpulan berdasarkan penjelasan uji regresi Anova di atas adalah hipotesis variabel mayor (H0) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara Motivasi kerja terhadap etos kerja pengusaha warteg atau H diterima. Sedangkan hipotesis variabel minor (H1, H2) terdapat hubungan yang tidak signifikan terhadap etos kerja ditolak. Sementara ( H3, H4, H5, H6, H7, H8) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan terhadap etos kerja diterima. Dengan demikian hanya enam dari delapan independen variabel lain yang memiliki hubungan secara signifikan.

Bahan bacaan : 21 buku, 1 website


(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Etos Kerja Pengusaha Warung Tegal”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi, dosen pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, keikhlasan, kesabaran, serta dukungan, yang bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi.

3. Ibu liany Luzyinda, M. Psi, dosen pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, keikhlasan, kesabaran, serta dukungan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Drs. Akhmad Baidun, M.Si, dosen penguji I, atas pengarahan, keikhlasan, serta dukungan yang bermanfaat kepada penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis kuliah, dan kepada seluruh karyawan perpustakan yang telah membantu menyediakan literatur selama penulis menyelesaikan skripsi, serta staf karyawan yang membantu dalam melengkapi semua yang bersangkutan dengan skripsi.

6. Ibu Rohmah dan Bapak Watna, orang tua penulis tercinta atas segala doa dan jerih payah beliau dalam mendidik, membimbing, membesarkan penulis dengan kasih sayang demi mencari dan menuju mmasa depan yang terang dalam ridho Allah SWT, dan dukungan moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis.

7. Sahabat penulis Via, Adio, Nufus dan yang tidak dapat disebutkan Satu persatu. Terima kasih atas segala doa, motivasi, dukungan, perhatian, canda tawa, dan masukan yang berguna selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis yang telah memberikan


(10)

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini semaksimal mungkin, tetapi kekurangan dan kesalahan tetap ada, maka penulis mohon maaf sebesar – besarnya. Dan akhirnya Penulis mohon kiranya semua pihak untuk dapat memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini, yang bersifat membangun, sangat penulis butuhkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat umumnya bagi pembaca, pengusaha Warteg dan khususnya bagi penulis pribadi, Amin.

Jakarta, 15 Juni 2011


(11)

DAFTAR ISI

Pengesahan………..i

Pengesahan Panitia ujian………ii

Pernyataan……….iii

Persembahan………..iv

Motto………..v

Abstrak………..vi

Kata Pengantar………viii

Daftar isi……….x

Daftar Tabel………..xii

Lampiran……….xiii

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Pembatasan Masalah ………...9

1.3 Rumusan Masalah ………...9

1.4 Tujuan Penelitian………9

1.5 Kegunaan Penelitian ………10

1.6 Sistematika Penulisan ………..10

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Etos Kerja……….12

2.2 Definisi Etos kerja………12

2.3 Proses Pembentukan Etos Kerja………...13

2.4 Ciri – ciri Etos kerja……….14

2.5 Ciri – cirri Etos kerja muslim………...16

2.6 Motivasi...………...….21

2.6.1 Definisi Motivasi………...21

2.6.2 Hakekat Motivasi………..22


(12)

2.6.4 Motivasi Kerja………...24

2.6.5. Definisi Motivasi Kerja.…..……….24

2.6.6 Hakekat Motivasi Kerja…...………..24

2.6.7 Teori Motivasi………...25

2.7 Kerangka Berpikir……...……….36

2.8 Hipotesis Penelitian…...………...39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian……….40

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian……….40

3.3 Metode Penelitian………40

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian………...41

3.5 Instrumen Penelitian………43

3.6 Uji Validitas………48

3.6.1Validitas Etos Kerja………...49

3.6.2 Validitas Motivasi kerja………...49

3.7 Uji Reabilitas………...49

3.8 Metode Analisis Data………..51

3.9 Prosedur Penilitian………..53

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden………..56

4.2 Uji Regresi………...59

4.3 Hasil Uji Hipotesis………...75

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...82

5.2 Diskusi………..85

5.3 Saran……….88

5.3.1 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya……….…89

5.3.2 Saran Teoritis……….89

5.3.3 Saran Praktis………..90


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring item………44

Tabel 3.2 Try out etos kerja……….45

Tabel 3.3 Skala etos kerja………46

Tabel 3.4 Try out motivasi kerja………..47

Tabel 3.5 Skala motiasi kerja………..48

Tabel 3.6 Kreteria Reliabilitas………..50

Tabel 4.1 Responden berdasarkan jenis kelamin……….57

Tabel 4.2 Responden berdasarkan pendidikan……….57

Tabel 4.5 Responden berdasarkan usia………58

Tabel 4.4 Model summary ( Regresi variabel mayor)………..60

Tabel 4.5 Anova ( Regresi variable mayor)……….61

Tabel 4.6 Model summary ( Regresi varibel minor)………...62

Tabel 4.7 Anova ( Regresi ariabel minor)………66

Tabel 4.8 Coefficients ……….69


(14)

lAMPIRAN

Lampiran 1 Data mentah Etos kerja (Skala etos kerja)………93

Lampiran 2 Data mentah motivasi kerja (Skala motivasi kerja)……….97

Lampiran 3 Data mentah Etos kerja ( Skoring etos kerja) ………..105

Lampiran 4 data mentah Motivasi kerja ( Skoring motivasi kerja)………106

Lampiran 6 Validitas Analisis regresi Motivasi kerja………107 Lampiran 8 Hasil perhitungan Analisis RegresiVariabel minor Fisiologis, Rasa aman, Sosial, Penghargaan, Aktualisasi diri, Jenis kelamin, Pendidikan, Usia Dan Etos kerja………111


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan perekonomian sangat penting dalam perubahan bangsa dan Negara. Bangsa yang ingin maju harus mampu mengembangkan perekonomian yang ada di negaranya. Warga Negara yang ikut serta mengembangkan perekonomian dinegaranya adalah selalu berusaha untuk membuka lapangan kerja. Salah satunya orang tegal yang dikenal dengan usahanya yaitu warung tegal (Warteg).

Pengusaha Warung Tegal dikenal membuka jenis usaha jenis usaha yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Warung Tegal biasa dikenal juga dengan singkatan Warteg. Nama warteg ini seolah sudah menjadi istilah generik untuk warung makan kelas menengah ke bawah di pinggir jalan, baik yang berada di kota Tegal maupun di tempat lain, baik yang dikelola oleh orang asal Tegal maupun dari daerah lain.

Warung Tegal pada awalnya banyak dikelola oleh masyarakat dari tiga desa di Tegal yaitu warga desa Sidapurna, Sidakaton & Krandon, Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Mereka mengelola warung tegal secara bergiliran (antar keluarga dalam satu ikatan famili) setiap 3 s/d 4 bulan. Yang tidak mendapat giliran mengelola


(16)

warung biasanya bertani di kampung halamannya. Pengelola warung tegal di Jakarta yang asli orang Tegal biasanya tergabung dalam Koperasi Warung Tegal, yang populer dengan singkatan Kowarteg.

Fakta yang unik dari bisnis Warteg ini, meski melayani masyarakat menengah ke bawah, hasil yang didapatkan cukup besar. Hal ini terbukti dari tingkat ekonomi para pengusaha Warteg yang lebih mampu dibandingkan dengan masyarakat tegal pada umumnya. Di Kelurahan, Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon dapat menyaksikan rumah-rumah relative mewah dibangun disana.Rumah-rumah itu kebanyakan milik para pengusaha Warteg yang membuka usaha di rantan.

Walaupun Pengusaha Warteg itu identik dari Tegal. Pada awalnya Warteg banyak dikelola oleh masyarakat. Tegal yang berasal dari Desa Sidapurna, Sidakaton & Krandon. Namun saat ini, karena bisnis ini sangat menjanjikan, sehingga pengelolannya tidak hanya di lakukan oleh masyarakat Tegal saja, melainkan masyarakat daerah lain pun membuka Wartegt. Walaupun banyak yang bilang Warteg konsumennya dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, tapi hasil yang didapatkan oleh pengusaha Warteg relatif menguntungkan. Pengusaha Warteg mempunyai taraf ekonomi yang relative berkecukupan. Tak heran didaerah asalnya tidak jarang dijumpai rumah pengusaha warteg yang berjejer mewah di pinggir jalan. Pengusaha warteg lebih termotivasi karena hampir tiada satu manusia pun di Jakarta maupun di pelosok nusantara yang tidak mengenal tentang Warteg alias Warung Tegal. Hingga dalam seluruh masyarakat seniman Tegal pun memberikan semacam apresiasi tersendiri keberadaan Warteg sebagai penawar kekalahan Pasukan perang Sultan Agung ke wilayah Batavia ketika jaman kerajaan.


(17)

Dan seiring dengan perkembangannya, Warteg hidup dan berkembang layaknya jamur dimusim penghujan. Pengusaha warteg bermunculan disudut-sudut Metropolitan, di pusat-pusat perkantoran serta wilayah-wilayah perdagangan maupun dikawasan elite pun Warteg ada. Hingga sekarang anggota kowarteg yang terakomodir di Puskowarteg berjumlah 26.700 warteg yang tersebar diseluruh penjuru Jakarta dan sekitarnya.(www.goole.com)

Hal itu mengingat keberadaan warteg yang terdapat di berbagai pelosok daerah di Indonesia seperti di Pulau Jawa sendiri, Kalimantan, Timor Timur dan lain-lain. Namun berdirinya Induk koperasi, tentunya setelah pada tiap provinsi sudah memiliki minimal 5 Puskowarteg ( Pusat Koperasi Warung Tegal ).

Kini keberadaan pengusaha warteg semakin tersebar luas karena banyak orang tegal tertarik dengan usaha tersebut.yang makin maju dan menjanjikan, bahkan sebagian penduduk Kabupaten Tegal menjadikan peluang usaha warteg sebagai mata pencaharian utama. Makin banyaknya persaingan di bisnis ini, membuat para pengelolanya semakin giat dan memutar otak untuk mengembangkannya, misalnya dengan membuat cabang warteg yang baru. Karena mereka berfikir semakin bnyak membuka cabang, maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh.

Di tahun 2010 para pengusaha warteg sudah semakin sulit untuk mendapatkan pendapatan yang besar, ini karena makin maraknya warteg-warteg yang bermunculan dan berdekatan. Makin sulitnya mendapatkan keuntungan yang besar ini, semakin memunculkan banyak kontra dengan kebijakan pajak 10% yang sedang digodog oleh pemda DKI jakarta. Pajak 10% dianggap makin memberatkan para pengusaha warteg, karena pendapatan mereka tidak sebanyak dulu.


(18)

Ditambah lagi dengan kondisi semakin mahalnya bahan baku, gaji untuk para pembantu dan sewa tempat yang terus melambung tinggi. Karena ini dikhawatirkan akan memberikan dampak besar bagi kelangsungan warteg. Tidak menutup kemungkinan juga, sebagian pengusaha warteg akan mengalami kerugian, karena semakin menipisnya keuntungan yang diperoleh, apalagi jika kebijakan pajak 10% diberlakukan.

Ketika Menteri Koperasi Adi Sasono yang memang punya perhatian besar pada koperasi, Puskowarteg kini memiliki kekuatan hukum. Pengusaha warteg tidak kwatir lagi, dengan keberadaan wartegnya.usaha ini diharapkan berkembang pesat.

Sementara pada perkembangan selanjutnya, warteg akan mempunyai wadah yang cakupannya akan semakin luas dengan akan di dirikannya Induk Koperasi Warteg.

Di era kompetisi yang makin ketat seperti sekarang ini, seorang pengusaha dituntut mampu menciptakan dan menyediakan produk permintaan konsumen yang dapat terjamin kualitas dan kuantitasnya. Semakin banyaknya pengusaha yang bergerak dalam bidang yang sama, maka semakin ketat pula kompetisi antara pengusaha yang bergerak dibidang tersebut.

Pengelolanya biasa kita kenal dengan pengusaha, tepatnya pengusaha warteg, para pengusaha warteg ini berbeda–beda dalam meningkatkan kulitas kerja dan mengembangkan usahanya, etos kerja para pengusaha warteg diharapkan selalu meningkat, karena pada umumnya etos kerja masyarakat kita rendah, sebagai contoh yaitu suka meremehkan waktu, suka menera bas, tidak percaya diri, tidak disiplin dan suka mengabaikan tanggung jawab.(Kasiram,2002).


(19)

Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu diupayakan peningkatan etos kerja tersebut sescara terus menerus dan dengan berbagai jalur serta metode. Menurut kuntjaraningrat sekurang – kurangnya ada empat upaya dalam meningkatkan kualitas etos kerja yaitu: memberikan contoh yang baik, memberikan stimulasi yang cocok, persuasi dan penerangan, serta pembinaan dan pengasuhan generasi muda untuk masa depan sejak kecil didalam kalangan keluarga (Kasiram, 2002)

Ada banyak hal yang dapat mendukung keberhasilan mereka, salah satunya adalah memiliki motivasi kerja yang tinggi. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, guna melakukan sesusatu, yang terlihat dari dimensi eksternal dan dimensi internal, atau dengan kata lain, Motivasi kerja memilki dua dimensi, yaitu (1) dimensi dorongan internal, dan (2) dimensi dorongan eksternal (Hamzah, 2007).

Berdasarkan dari penjelasan diatas, motivasi kerja pengusaha warteg tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan pengusaha warteg agar prilakunya dapat diarahkan pada upaya – upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Variabel motivasi kerja hampir sama dengan variabel lain yang sangat berpengaruh terhadap etos kerja pengusaha warteg.secara implisit motivasi kerja pengusaha warteg tampak melalui teori maslow tentang hirarki kebutuhan: (1) Kebutuhan Fisiologis, (2) Kebutuhan akan rasa aman, (3) Kebutuhan Sosial, (4) Kebutuhan akan Penghargaan, (5) Kebutuhan Aktualisasi diri. Dari kelima hal


(20)

tersebut dapat dijadikan dimensi penting guna menelusuri motivasi kerja pengusaha warteg. (Ngalim, 2003).

Motivasi kerja pengusaha warteg banyak menimbulkan hasil dari kerja keras yang telah dilakukan, Kerja keras tidak bisa diabaikan karena persaingan usaha semakin ketat, dalam hal ini adalah pengembangan usaha yang dimiliki pengusaha warteg, begitu juga dengan dorongan untuk maju pengusaha warteg, setiap seorang pengusaha menginginkan usaha untuk maju, untuk itu dibutuhkan dorongan untuk maju.

Setiap pengusaha tentunya memiliki kebutuhan sehingga berusaha meningkatkan serta mengembangkan usahanya, dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program peningkatan mutu motivasi kerja pengusaha khususnya pengusaha pada warteg .Dalam Teori Kebutahan beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia pada hakekatya adalah untuk memenuhi kebutuhanya, baik kebutuhan fisik maupun psikis.(Ngalim Purwanto, 2002, hal.77). Pengusaha yang maju mampu menerapkan sistem kerja dengan baik dan benar. Sistem kerja yang baik dan benar merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan dan kemajuan usahanya, yang akhirnya akan mampu bersaing dengan pengusaha lain tentunya secara sportif.

Motivasi kerja pengusaha terkait erat dengan etos kerja, baik dari dalam diri pengusaha itu sendiri maupun dari luar dirinya. Tinggi rendanya motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha dipengaruhi oleh etos kerja dari pengusaha yang bersangkutan. Semakin tinggi etos kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha akan


(21)

semakin meningkatkan motivasi para pengusaha, sehingga dapat memajukan usahanya.

Etos kerja dan motivasi kerja adalah dua hal yang berbeda namun berkaitan dan saling melengkapi. Etos kerja adalah semangat dan sikap batin yang tetap yang memuat tekanan dan nilai nilai moral tertentu, serta yang terlefleksikan dalam kehidupan social (etos social), suatu pekerjaan (etos kerja) atau kegiatan ilmiah (etos ilmiah) dan sebagainya.(Kasiram). Sedangkan motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinrja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas pada motivasi yang diberikan.(Hamzah, 2007).

Motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha mempengaruhi oleh etos kerja sehingga dapat membentuk prestasi atau produktifitas kerja. Kelemahan pada salah satunya, apalagi keduanya, akan menurunkan produktifitas kerja tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut maka hubungan antara dua variabel tersebut perlu diteliti lebih lanjut penilitian ini berjudul, “Hubungan antara Motivasi Kerja Dengan Etos Kerja Pengusaha Warung tegal (Warteg)”.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menjaga agar penelitian terarah maka penelitian ini dibatasi hanya mengenai hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pengusaha warteg.

- Motivasi kerja pada pengusaha warteg - Etos kerja pada pengusaha warteg


(22)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu :

Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pengusaha warteg?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya

hubungan antara Motivasi Kerja dengan Etos Kerja Pengusaha Warteg.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pengusaha warteg, diharapkan dapat memberikan manfaat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam memperbaiki atau meningkatkan motivasi kerja dan etos kerja terutama pengusaha warteg

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan pembahasab dalam penelitian maka penulis akan menyusun hasil penelitian dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN : Bab ini memuat teori-teori yang menjadi dasar penelitian, seperti


(23)

definisi etos kerja, pengertian etos kerja, definisi motivasi, definisi motivasi kerja, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN : Bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang akan digunakan oleh penulis dari pengumpulan data sampai dengan pengolahan data yang akan dianalisis sebagai hasil dan pembahasan.

Bab IV HASIL PENELITIAN : Bab ini memuat uraian mengenai deskripsi data, uji hipotesis, kesimpulan analisis.

BAB V PENUTUP : Dalam bab ini akan memuat ringkasan, implikasi dan dan saran, berdasarkan hasil penilitian yang dipeloleh penulis beserta analisis dari hasil penelitian tersebut.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Etos Kerja

2.2 Definisi Etos Kerja

Dalam kamus lengkap psikologi etos artinya watak atau karakter suatu kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu.(j.p chaplin, 2002). Sedangkan Etos yang berarti pandangan hidup dalam suatu golongan secara khusus.(Bambang marhijanto, hal 112). Etos juga sering disamakan dengan sikap etis yan g berasal dari kata etika, pendapat lain mengenai Etos adalah ciri khas, adat kebiasaan, sentimen, moralitas, kepercayaan yang membimbing dan semangat yang membedakan individu, kelompok atau masyarakat yang satu dari yang lainnya.(kasiram, hal 196).

Etos tersebut selalu dikaitkan dengan sesuatu persoalan yan dihadapi individu, kelompok, atau masyarakat. Jika persoalan tersebut berupa persoalan sosial, maka disebut etos sosial, dan jika persoalan pekerjaan disebut etos kerja, dan seterusnya. Sedangkan etos kerja itu sendiri artinya: semangat dan sikap batin yang tetap yang memuat tekanan dan nilai-nilai moral tertentu dan yang terefleksikan dalam kehidupan sosial (etos sosial ), suatu pekerjaan (etos kerja), atau kegiatan ilmiah(etos ilmiah), dan sebagainya.(Kasiram, 188).

Menurut perspektif sosiologis, etos kerja tumbuh dan berkembang melalui proses sosialisasi sejak dini, sejak dalam lingkungan keluarga, kemudian berlanjut disekolah atau dilingkungan kerja di tengah-tengah masyarakat.

Orang tua, guru, merupakan pihak yang berperan penting dalam rangka pembentukan etos kerja anak. mereka itulah yang menanamkan nilai-nilai yang membentuk etos


(25)

kerja baik dalam pengertian positif ataupun negatif. Etos kerja positif maksudnya etos kerja yang tinggi, sedangkan etos kerja yang negatif adalah etos kerja yang rendah.

2.3 Proses Pembentukan Etos kerja

Suatu etos, menurut F.Magnis Suseno (1991:192) hanya bisa berkembang atas dasar sikap-sikap yang dibentuk dalam tahun-tahun pertama hidup manusia. Dengan begitu, seperti dijelaskan dimuka, etos kerja terbentuk melalui proses sosialisasi anak sejak dilingkungan keluarga.selain proses sosialisasi dalam keluarga, etos kerja dibentuk melalui pelatihan kerja oleh orang tua yang kemudian dilanjutkan pembentukanya melalui pendidikan pengajaran disekolah oleh guru-guru mereka.

Dalam keluarga, orang tua melalui meaknisme ganjaran dan hukuman, membiasakan nilai-nilai etos kerja tertentu kepada anak, mulai dari pekerjaan yang sederhana seperti bersikat gigi, mengatur tempat tidur, hingga pekerjaan yang lebih kompleks .

Dengan mekanisme ganjaran dan hukuman, anak pada mulanya akan merasa terpaksa, namun secara bertahap akan menerimanya secara sadar, karena penghayatanya terhadp nilai-nilai pekerjaan itu sendiri. setahap demi setahap, nilai- nilai tersebut akan membentuk sikap mental yang pada akhirnya merupakan bahan dasar terbentuknya etos kerja.

Nilai-nilai etos kerja yang ditanamkan oleh orang tua, merupakan nilai-nilai yang dipandang baik dan mulia. Nilai-nilai ini dapat berasal dari petuah leluhur, maupun dari ajaran agama.(kasiram, hal 197).


(26)

Tasmara (1992), memaparkan bahwa orang-orang yang mempunyai etos kerja tinggi, memandang kerja merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dam memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan. Adapun ciri-ciri orang yang mempunyai etos kerja tinggi diantaranya:

1. Memiliki jiwa kepimimpinan, artinya seseorang yang memiliki etos kerja mempunyai pandangan ke depan dan gagasan pikirannya melampaui zamannya sehingga mereka pantas disebut sebagai pemimpin yang memiliki pandangan atau wawasan ke depan.

2. Bertanggung jawab, yaitu cara diri seseorang mempertahankan prinsip dan kemudian bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsip-prinsipnya tersebut.

3. Memiliki jiwa yang mandiri, semangat jihad yang dimilikinya melahirkan sejuta kebahagiaan yang diantaranya ialah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha atas karsa dan karya dari dirinya sendiri.

4. Memiliki semangat bertanding dan tidak pernah menyerah pada kelemahan dan rintangan.

Secara umum tolok ukur atau indikator dari perilaku yang mencerminkan etos kerja adalah yang disampaikan oleh Gunnar Myrdal seperti yang dikutip Raharjo (1996), yang meliputi efesiensi, kerajinan, keterampilan, sikap tekun, tepat waktu, kesederhanaan, sikap mengakui rasio dalam mengambil keputusan dan tindakan, kegesitan dalam menggunakan kesempatan-kesempatan yang muncul, sikap bekerja secara energik, dan kesediaan mau memandang jauh ke masa depan.


(27)

2.4 Ciri-ciri Etos Kerja Muslim

Dalam hal ini ada 25 jenis ciri -ciri etos kerja muslim antara lain: 1. Kecanduan terhadap waktu

Salah satu esensi dan hakekat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami dan merasakan betapa berharganya waktu. Karena waktu adalah sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretan kalimat kerja dan prestasi. Sebagaimana firman-NYa, “Maka, apabila engkau telah selesai dari suatu pekerjaan, maka kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh”. (al-Insyirah: 7) 2. Memiliki Moralitas yang Bersih (Ikhlas)

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seseorang yang berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas merupakan energi batin yang akan membentengi diri dari segala bentuk yang kotor (rizsun), itu sebabnya Allah

berfirman, “Warujza fahjur, dan tinggalkanlah segala bentuk yang kotor,”

(Al-Muddatstsir: 5).

3. Kecanduan Kejujuran

Jujur berasal dari kata shidq’kejujuran’. Kata Siddiq adalah bentuk penekanan

(mubalaghah) dari shadiq dan berarti orang yang didominasi kejujuran. Prilaku yang jujur adalah prilaku yang diikuti oleh sikap tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya .seakan-akan dia membacakan firman Allah,”Dan sesungguhnya,kami


(28)

telah menciptakan manusia dan mengetahuinya apa yang dibisikan oleh hatinya,dan

kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.”(Qaaf:16).

4. Memiliki komitmen (Aqidah, Aqad, Itiqad)

Goldman mengidentifikasikan cirri – ciri orang yang berkomitmen antara lain sebagai berikut:

Sikap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih penting. Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar.

Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan.

5. Istiqamah, Kuat Pendirian

Kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.

6. Disiplin

Kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan.

7. Konsekuen dan Berani Menghadapi Tantangan

Bagi mereka hidup adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab pribadinya.

8. Memiliki Sikap Percaya Diri

Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagai lampu yang benderang, memancarkan raut wajahyang cerah dan berkharisma.


(29)

Pribadi muslim yang kereatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru dan asli, sehingga diharapkan hasil kinerja dapat dilaksanakan secara efisien, terapi efektif

10. Bertanggung jawab

Tanggung jawab = menanggung dan memberi jawaban,sebagaimana didalam bahasa inggris, kita mengenal responsibility = ableto response.

11. Bahagia karena melayani

Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan.

12. Memiliki Harga diri

Aparat yang professional dan berakhlak akam berpikir dalam format tiga dimensi, yaitu konsep diri, citra diri, dan harga diri.

13. Memiliki Jiwa Kepemimpinan (Leadeship)

Memimpin berarti mengambil paran secara aktif untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan memberikan inspirasi teladan bagi orang lain.

14. Berorientasi ke Masa Depan

Rasulullah bersabda dengan ungkapannya yang paling indah, “Bekerjalah untuk

duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.”

15. Hidup Berhemat dan Efisien

Orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh ke depan (baca surah: al-Hasyr: 18, an-Nahl: 10-11).

16. Memiliki jiwa Wiraswasta (Entrepreneurship)

Jiwa wiraswasta yang tinggi yaitu, kesadaran dan kemampuan yang sangat mendalam. Mereka mendayagunakan kemampuannya, ilmu, dan pengalamannya.


(30)

17. Memiliki Insting Bertanding

Semangat bertanding merupakan sisi lain dari citra seorang muslim yang memiliki semangat jihad.

18. Keinginan untuk Mandiri (Independent)

Karena sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya. 19. Kecanduan Belajar dan Haus Mencari Ilmu

Seorang mujahid adalah seorang yang haus dahaga untuk mencicipi ilmu, karena dia sadar bahwa Rasulullah mewajibkan kepada setiap muslimin dan muslimat untuk mencari dan menggali ilmu.

20. Memiliki semangat perantauan

Salah satu cirri pribadi muslim ingin menjelajahi hamparan bumi, memetik hikmah, mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa budaya manusia.

21. Memperhatikan Kesehatan Dan Gizi

Dia sangat memperhatikan sabda Rasulullah, “sesungguhnya jasadmu

mempunyai hak atas dirimu.

22. Tangguh dan Pantang Menyerah

Keuletan merupakan modal besar didalam menghadapi tantangan atau tekanan. 23. Berorientasi pada Produktivitas

Karena setiap pribadi sangat menghayati arti waktusebagai asset, dia tidak mungkin membiarkan waktu berlalu tanpa arti.

24. Memperkaya Jaringan Silaturahmi

Rasulullah saw bersabda, “’Barang siapa yang ingin panjang umur dan banyak


(31)

25. Memiliki Semangat Perubahan

Pribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada satu makhluk pun di muka bumi yang mampu mengubah dirinya sendiri kecuali dirinya sendiri.

(Toto Tasmara, 2002)

2.6 Motivasi

2.6.1 Definisi Motivasi

Dalam kamus lengkap Psikologi kata “motivasi” yang berarti : 1). Mendorong

untuk berbuat atau bereaksi. 2). Menjalankan tugas sebagai satu insentif, atau sebagai suatu tujuan. (J.P Chaplin, 2002). Sementara itu seorang ahli administrsi dalam bukunya, organizational behavior, mengemukakan bahwa di dalam konsep manajemen motivasi berarati setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi, 3). Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.(Abdul Rahman shaleh, 2004).

Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk yang dikehendaki. Kemudian


(32)

John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam devinisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Disamping itu istilah itupun mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.

Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

Untuk menjaga dan menopang tingkah laku,linkungan sekitar harus menguatkan (reinforce ) intensitas dan arah dorongan – dorongan dan kekuatan – kekuatan individu.

Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas, Hoy dan Misket dalam buku Educational Administration (1982 : 137) mengemukakan bahwa “motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyatan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.”


(33)

2.6.2 Hakekat motivasi

Seluruh upaya umat manusia, dengan cara apa pun atau melalui cara apa pun, sebenarnya merupakan upaya untuk hidup tentram dan untuk menepis kematian. Dengan memusatkan seluruh kekuatan yang berpusat didalam hatinya., seseorang akan menemukan diri sejatinya dan akan berhasil mencapai kebahagian, kedamaian,

dan kehidupan abadi. Dikatakan juga bahwa Orang dengan profil “nurturance” tinggi

akan dapat dimotivasi dengan menciptakan suasana persahabatan yang akrab.(Jahja umar, 2010, hal 131).

Motivasi dapat juga diselidiki pada tingkat yang lebih mendasar. Secara fisik, kita dilahirkan sebagai kumpulan rumit yang mengagumkan dan sebagai organisme efisien yang dilengkapi segala peralatan yang diperlukan untuk melihat, mendengar, bergerak, tumbuh, bahasa, belajar, dst.(lynn wilcok, 2003).

2.6.3 Tujuan motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang manajer, tujuan motivasi ialah untuk menggerakan pegawai atau bawahan dalam usaha untuk meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan Sdan didalam kurikulum sekolah.


(34)

2.6.5. Definisi Motivasi kerja

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kerja seseorang. Besar atau kecilnya hubungan motivasi kerja seseorang tergantung pada etos kerja yang diberikan. Sedangkan arti motivasi kerja itu sendiri artinya dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang. Untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi ekternal.

2.6.6 Hakekat Motivasi Kerja

Meneliti Pengusaha warteg sebagai salah satu pelaksana kegiatan usaha jual beli makanan. Tidak jarang ditemukan pengusaha yang kurang memeiliki gairah dalam menjalani usahanya ketika pendapatnya merosot, yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang ingin dicapai. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor.Salah satunya adalah kurangnya motivasi kerja pengusaha. Pertanyaan yang muncul yaitu apa yang dimaksud dengan motivasi kerja itu? Untuk membahas motivasi kerja,terlebih dahulu dikemukakan tentang konsep motivasi. Motivasi seperti yang telah dikemukakan diatas berasal dari kata yang motif yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang memengaruhi kesiapan untuk melakukan rangkaian kegitan dalam suatu prilaku(Hamzah, 2010). Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling, dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menciptakan keinginan yang merangsang dorongan-dorongan dalam diri individu untuk mencapainya. Dorongan inilah yang menimbulkan perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian, pemberian motivasi tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan manusia. Motivasi merupakan istilah umum yang mencakup keseluruhan dorongan keinginan, kebutuhan, dan gaya yang sejenisnya. Dengan menyatakan


(35)

bahwa pengusaha memotivasi pegawainya, berarti mereka melakukan hal-hal yang diharapkan dapat memuaskan dorongan dan keinginan tersebut sehingga menimbulkan dorongan bagi pegawainya untuk bertindak sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam melakukan pekerjaan, biasanya seseorang tidak selamanya hanya dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik seperti pemenuhan keuangan semata, tetapi motivasi intrinsik merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Motivasi intrinsic tersebut antara lain kebanggaan akan dirinya dapat melakukan sesuatu pekerjaan orang lain belum tentu mampu melakukanya, kecintaan terhadap pekerjaan itu, atau minat yang besar terhadap tugas atau pekerjaan yang dilakukan selama ini. Oleh sebab itu, motivasi kerja tidak hanya berwujud kepentingan ekonomis saja, tetapi bias juga berbentuk kebutuhan psikis untuk lebih melakukan pekerjaan secara aktif.

2.2.6 Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah :

a. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Implikasi dari teori ini adalah anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.


(36)

b. Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok – yang dalam hal ini disebut juga naluri – yaitu:

- dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, - dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan

- dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan kebiasaan atau tindakan-tindakan dan tingkah laku manusi yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

c.Teori Reaksi yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasrkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang balajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan.oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didik, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong atau jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan


(37)

Aktua lisasi

penghargaan

Sosial

Rasa aman dan perlindungan

Fisiologis

terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing.

e. Teori Kebutuhan

Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Teori Abraham Maslow mengemukakan lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut:


(38)

Keterangan:

1. Kebutuhan fisiologis; kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan Vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil. Anggota kelompok sebaiknya bekerja dalam rasa ama, tidak terdapat ancaman dari salah seorang anggota terhadap yang lain.(Gerungan, 2004, hal 134).

3. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.

4. Kebutuhan akan Penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dsb.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreatifitas dan ekspresi diri.


(39)

Tingkatan atau hirarki kebutuhan dari maslow ini tidak dimaksud sebagai suatu keranga yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu - waktu bila mana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melakukan sesuatu.

Di dalam kehidupan sehari - hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan Manusia itu berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, pandangan atau falsafah hidup, cita – dan harapan masa depan,dari tiap individu.

Berdasarkan urutan tngkat kebutahan menurut teori maslow kehidupan tiap manusia dapat dijelaskan sebagai berikut: pada mulanya kebutuhan manusia yang paling mendasak adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan.jika kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang mendesak ialah kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman dan terlindungi.Apabila kebutuhan ini pun telah terpenuhi sehingga tidak dirasakan lagi sebagai kebutuhan yang mendesak, maka timbul kebutuhan berikutnya yang dirasakan mendesak, yaitu kebutuhan sosial seperti ingin masuk organisasi kemasyarakatan, ikut aktif dalam perkumpulan arisan keluarga dsb. Jika kebutuhan sosial ini pun telah dapat terpenuhi sehingga tidak terasa lagi sebagai kebutuhan mendesak, timbul kebutuhan lain yang dirasakan mendesak, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau prestise.demikian seterusnya sampai kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri: ingin menjadi orang ternama, terkenal diseluruh Negara atau dunia.


(40)

Namun, jangan diartikan bahwa kehidupan tiap manusia itu akan mengikuti urutan kelima tingkatan kebutuhan maslow itu secara teratur dari tingkat kebutuhan fisiologis sampai dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri.Proses kehidupan manusia itu berbeda beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat. Kadang kadang melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui ting kat kebutuhan yang berbeda diatasnya.atau kemungkinan pula terjadi lompatan balik; dari tingkat kebutuhan lebih tinggi ke tinvkat kebutuhan dibawahnya.dengan demikian,pada saat – saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang – orang yang lain.

Meta kebutuhan dari Maslow 1. Kebenaran 11. Keadilan 2. Kebaikan 12. Keteraturan 3. Keindahan/kecantikan 13. Keserhanaan 4. Keseluruhan 14. Kekayaan


(41)

6. Berkehidupan 16. Bermain

7. keunikan 17. Mencukupi diri sendiri 8. Kesempurnaan

9. Keniscayaan 10. Penyelesaian (Sarlito, 2000).

Maslow juga membedakan antara basicneeds dan metaneeds. Basicneeds meliputi: lapar, kasih sayang , rasa aman, harga diri, dan sebagainya.Sedangkan metaneeds meliputi: Keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan dan sebagainya.(Supratiknya, 2005, hal 109).angagapan maslow dalam psikoanlisis bahwa nilai-nilai tinggi dalam kehidupan hanyalah topeng untuk menutupi kebutuhan naluriah yang rendah, ia menjadi menjadi halic.(jalaludin rakhmat, 2004, hal 120).

6. Gender

Para teoritis psikoanalitis seperti Sigmund Freud dan Erik Erikson berpendapat bahwa jenis kelamin seseorang memainkan suatu peran yang sangat penting. Freud berpendapat bahwa perilaku dan sejarah manusia secara langsung dipengaruhi oleh dorongan-dorongan seksual dan menyatakan bahwa perilaku gaender dan seksual pada dasarnya tidak dipelajari dan bersifat naluriah. Erikson bahkan berpendapat lebih jauh, ia berpendapat bahwa karena struktur jenis kelamin, laki-laki lebih suka mengganggu dan agresif, perempuan lebih inklusif dan pasif. Pengkritik Erikson berpendapat bahwa, ia tidak memberi cukup penghargaan terhadap pengalaman, dan mereka mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki lebih bebas memilih perilaku mereka dari pada yang diijinkan Erikson. Sebagai tanggapan, Erikson mengklarifikasi


(42)

pandangannya dengan menunjukan bahwa ia tidak pernah menentukan perbedaan-perbedaan antara jenis-jenis kelamin. Menurut faktor biologis berinteraksi baik dengan faktor kebudayaan maupun faktor psikologis untuk menghasilkan perilaku.(john w.Santrock, hal 281)

Penentuan jenis kelamin, Jenis kelamin ini tergantung pada jenis spermatozoa yang menyatu dengan ovum. Setiap sel benih mengandung 23 kromosom.salah satu dari 23 pasangan kromosom ini terdapat kromosom jenis kelamin. Sel telur atau ovum wanita yang matang mengandung kromosom X, sedangkan spermatozoa pria mengandung sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y. Bila telur wanita yang mengandung kromosom X bersatu dengan sperma pria yang mengandung kromosom Y, hasilnya menjadi kombinasi kromosom XY, yang akan menghasilkan jenis kelamin pria. Bila spermatozoa yang mengandung kromosom X bersatu dengan ovum, hasilnya menjadi kombinasi kromosom XX, ini selalu menghasilkan keturunan wanita.(Samsunu wiyati, 2007, hal 76).

7. Pendidikan

Mengapa anak (manusia) perlu dan harus dididik? Pertanyaan ini menuntut jawaban yang tidak berbeda dengan pertanyaan mengapa anak(manusia) harus belajar?sebagai jawaban terhadap pertanyaan ini,agaknya kita sependapat bahwa didunia I ini tak ada mahluk hidup,yang sewaktu baru dilahrkan sedemikian tidak lain di dunia ini setelah dewesa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.

Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa yang lain, tidak belajar, niscaya binasahlah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia. Benar bahwa bayi yang bru dilahirkan telah membawa beberapa naluri/instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk


(43)

kelangsungan hidupnya, tetapi jumlahnya terbatas sekali. Jika potensi-potensi bawaan itu tidak mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari luar. Disamping kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill, motor ability), seperti: merangkak, duduk berjalan tegak, lari, naik sepeda, makan dengan sendok dan sebagainya, anak(manusia) itu membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohaniah. Manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya. Jelaslah kiranya, bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Juga mengerti pula kita sekarang, mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan di manapun ia

berada. (Ngalim, 1990)

8. Usia

Freud berpendapat bahwa anak sampai kira-kira umur 5;0 melawati fase-fase terdiferensiasikan secara dinamik, kemudian sampai umur 12;0 atau 13;0 mengalami masa tenang atau fase laten, pada masa laten ini dinamika menjadi stabil.Dengan datangnya masa remaja (pubertas) dinamika meletus lagi, dan selanjutnya makin tenang kalau orang menjadi makin dewasa, yaitu sekitar umur 20;0. Walaupun perkembangan ke arah kedewasaan itu berlangsung sampai individu berumur 20;0, namun menurut Freud masa yang paling menentukan dalam pembentukan kepribadian adalah masa sampai umur 5;0.(Fauji, 1999).

Dari teori – teori motivasi diatas, pada teori kebutuhan maslow yang dijadikan objekpenelitian lebih lanjut oleh peneliti,dengan dimensi sebagai berikut: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman dan perlindungan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutahan akan penghargaan, (5) kebutuhan akan aktualisasi diri.Dari 5 dimensi


(44)

tersebut ditambah 3 dimensi lagi diambil dari identitas responden guna perkembangan variabel X, yaitu: (1) Gender, (2) pendidikan, (3) usia

2.7 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian teoritik diatas, maka dapat dibangun kerangka berpikir sebagai berikut:

Seseorang termasuk pengusaha warteg memiliki kebutuhan, sesuai dengan teori motivasi pada teori maslow, Mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. kelima tingkat kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan kunci mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud adalah: kebutuhan psikologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan aktualisasi diri. Dari 5 kebutuhan tersebut, yang akan dijadikan dimensi motivasi dalam penlitian dan ditambah 3 dimensi dari identitas responden yaitu: Jenis kelamin, usia dan pendidikan yang dijadikan pengembangan variabel X.

Disampimg itu etos kerja seseorang pengusaha warteg yang memiliki sifat-sifat: efesiensi dalam bekerja, kerajinan dalam bekerja, ketrampilan atas apa yang dikerjakan, memiliki sikap tekun ketika bekerja, tepat waktu ketika melaksankan pekerjaan, kesederhanaan dalam kehidupan sehari - harinya, menggunakan rasio, kegesitan jika ada kesempatan, bekerja energik, berpikir jauh ke masa depan.Dari sifat

– sifat tersebut kemudian dijadikan indikator dalam penelitian yaitu sebagai variabel Y

Hubungan antara variabel mayor tersebut dapat digambarkan secara bagan sebagai berikut:


(45)

Keterangan:

Variabel Bebas (X) = Motivasi Variabel Terikat(Y) = Etos kerja

Gambar kerangka Berpikir antara varibel minor X dengan variabel Y

X

Y

Fisiologis


(46)

2.8Hipotesis Penelitian

Karena di dalam penelitian ini terdapat lima aspek Motivasi kerja dan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia dan pendidikan. Maka dapat ditarik sebanyak 8 hipotesa minor. Untuk setiap korelasi antara suatu jenis motivasi kerja dengan etos kerja. Selanjutnya untuk keperluan analisa statistika maka hipotesa-hipotesa diatas diubah menjadi hipotesa mayor yaitu:

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Motivasi kerja dengan etos kerja

Ha : Ada hubungan yang siginifikan antara Motivasi kerja dengan Etos kerja. Sedangkan untuk hipotesa minor yaitu :

Gender

Pendidikan

Usia

Etos kerja Sosial

Penghargaan

Aktualisasi diri


(47)

H1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Fisiologis dengan Etos kerja H2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Rasa aman dan perlindungan

dengan Etos kerja

H3 : Ada hubungan yang signifikan antara Sosial dengan Etos kerja H4 : Ada hubungan yang signifikan antara Penghargaan dengan Etos kerja H5 : Ada hubungan yang signifikan antara Aktualisasi diri dengan Etos kerja H6 : Ada hubungan yang signifikan antara Gender dengan Etos kerja

H7 : Ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan dengan Etos kerja H8 : Ada hubungan yang signifikan antara Usia dengan Etos kerja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai :Tujuan penelitian, Waktu dan tempat penilitian, Metode penelitian, Populasi dan sampel penilitian, Instrument penilitian,Teknik analisis data.

3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan etos kerja pada pengusaha warteg.

Untuk lengkapnya tujuan penilitian ini dapat diidentifikasikan dalam variabel yang diteliti yaitu:

1.Variabel bebas adalah : Motivasi kerja. 2.Variabel terikat adalah: Etos kerja.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


(48)

2.penelitian ini bertempat tinggal di wilayah Jakarta selatan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey, dimana kita perlu mengkaji populasi yang berarti seluruh elemen yang akan diteliti dan sampel yang berarti sepereangkat elemen yang merupakan bagian dari populasi, baik mengkaji populasi (univers) yang besar maupun yang kecil tentunya juga dilakukan penyelesaian serta pengkajian sampel yang dipilih dari populasi untuk menentukan endensi, distribusi dan interelasi relatif dari variable-variabel penelitian. Arahnya adalah membuat interpretasi yang akurat mengenai karakteristik-karakteristik keseluruhan populasi sehingga dimungkinkan tercapainya deskripsi dari masing-masing variabel penelitian serta hubungan antar variabel yang dalam penelitian ini adalah motivasi Kerja sebagai variabel bebas dan etos Kerja sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan antat variabel tersebut digunakan teknik uji regresil.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian a.Populasi

Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu. (Sugiono, 2010). Karena populasi dalam penelitian ini sangat besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, diarenakan keterbatasan dana, waktu dan tenaga, sehingga peneliti tidak mencantumkan jumlah populasi.


(49)

b.Sampel

Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peniliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). (Sugiono, 2010).

penelitian digunakan sebanyak 121 orang. Dengan Try out : 60 orang dan Penilitian : 61 orang, Penentuan jumlah sampel dilakukan secara proporsional mewakili masing-masing warteg. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan peneliti untuk menjangkau populasi. Sedangkan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu terjun langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan sampel yang dibutuhkan. Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.Teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.(sugiyono , 2009, hal.96) .

Adapun metode Pengumpulan data yang menggunakan teknik sample random sampling atau sampel acak sederhana yaitu semua Individu yang masuk dalam katagori terjangkau mempunyai kesempatan yang sama dan bebas untuk dipilih atau terpilih dan terwakili sebagai anggota dari suatu sampel.


(50)

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian maka dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner untuk memperoleh data-data variabel Etos Kerja dan Motivasi Kerja kuesioner merupakan salah satu jenis instrument pengumpul data yang disampaikan kepada responden/subyek penelitian melalui sejumlah pernyataan. Teknik ini dipilih semata-mata karena; subyek adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya dan interpretasi subyek tentang pertanyaan/pernyataan yang diajukan kepada subyek subtansinya sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan skala model Likert yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan obyek yang hendak diungkap.

Penskoran atau kuesioner skala model Likert yang digunakan dalam penelitian ini variabel motivasi dan etos kerja merujuk pada empat alternatife jawaban sebagai berikut: Sangat setuju(Ss), Setuju(S), Tidak Setuju(Ts), Sangat tidak setuju(Sts).(Saifudin Azwar, 2006).

Tabel 3.1 Skoring item

Kelompok pernyataan Favorabel Unfavorabel

Ss Sangat setuju 4 1


(51)

Ts Tidak setuju 2 3

Sts Sangat tidak setuju 1 4

1. Definisi Operasional a. Etos kerja (Y)

Etosa kerja adalah semangat dan sikap batin pengusaha warteg yang tetap yang memuat tekanan nilai – nilai moral tertentu dan yang tereflesikan dalam kehidupan sosial(etos social), suatu pekerjaan(etos kerja), atau kegiatan ilmiah(etos ilmiah),dan sebagainya, yang diukur melalui indikator : Efesiensi, Kerajinan, Ketrampilan, Sikap tekun, Tepat waktu, Kesederhanaan, Menggunakan rasio dan tindakan, Kegesitan ketika muncul kesempatan, Bekerja energik, Berpikir jauh kemasa depan.

Tabel 3.2. Try out Etos kerja. No

Indikator

No. Butir pernyataan

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Efesiensi 1,2,3 31*,32*,33 6

2 Kerajinan 4,5*,6,35 34,36 6

3 Ketrampilan 7,9,37,38*,39* 8 6


(52)

5 Tepat waktu 13,14,15*, 43,45 44 6

6 Kesederhanaan 16,17,18*, 48* 46*,47* 6

7 Menggunakan Rasio 19,20,21*, 49*,51* 50* 6

8 Kegesitan jika ada kesempatan 22,23*,24, 53,54 52 6

9 Bekerja energik 25,26*,27*,56*,57 55 6

10 Berpikir jauh ke masa depan 28*,29*,30*,58*,59* 60* 6

Jumlah Total 60

Tabel 3.3.Skala Etos kerja. No

Indikator

No. Butir pernyataan

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Efesiensi - 31*,32* 2

2 Kerajinan 5* - 1

3 Ketrampilan 38*,39* - 2

4 Sikap tekun 10* - 1

5 Tepat waktu 15* - 1

6 Kesederhanaan 18*, 48* 46*,47* 4

7 Menggunakan Rasio 21*, 49*,51* 50* 4


(53)

9 Bekerja energik 26*,27*,56* - 3 10 Berpikir jauh ke masa depan 28*,29*,30*,58*,59* 60* 6

Jumlah Total 25

b. Motivasi (X)

Motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang,untuk melakukan sesuatu yang terlihatdari dimensi internal dan dimensi eksternal.atau dengan kata lain , Motivasi kerja memiliki dua dimensi, yaitu (1) dimensi dorongan internal, dan (2) dimensi dorongan eksternal.

Tabel 3.4 Try out Motivasi kerja No

Indikator

No. Butir Pernyataan

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Kebutuhan Fisiologis 1*,2,6,8,9,51,52* 3,4*,5,7*,10*,53*,5 4*,55*, 56*,57*

17

2 Rasa Aman dan Perlindungan 11,12*,15,18,59 13,14,16*,17,19*,20 11 3 Kebutuhan social 21*,23*,25,26,28 22,24,27*,29,30*,60 11 4 Kebutuhan akan Penghargaan 32,34,35,36*,40 31,33,37,38,39 11 5 Kebutuhan akan Aktualisasi

Diri

41,42,43,44,46,4 7,48*

45*,49*,50* 10

Jumlah Total 60


(54)

Tabel 3.5. Skala Motivasi kerja No

Indikator

No. Butir Pernyataan

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Kebutuhan Fisiologis 1*,52* 4*,7*,10*,53*,4*,55 *, 56*,57*

10

2 Rasa Aman dan Perlindungan 12* 16*,19* 3

3 Kebutuhan social 21*,23* 27*,29,30* 5

4 Kebutuhan akan Penghargaan 36* - 1

5 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

48* 45*,49*,50* 4

Jumlah Total 23

Ket: * : Item valid

3. 6 Uji Validitas

Validitas skala adalah sejauh mana skala tersebut menghasilkan data yang akurat (tepat) dan cermat sesuai dengan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2003).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Sedangkan teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik yaitu


(55)

menghitung korelasi antara skor butir (X) dengan skor total (Y) memakai rumus korelasi Product Moment.

3.6.1 Validitas Etos kerja

Dari tabel skala Etos kerja dapat kita lihat bahwa ada 25 item yang valid, yang terbagi dalam item Efisiensi : 2 item, Kerajinan : 1item, Sikap tekun: 1 item, Tepat waktu : 1item, Kesederhanaan: 4 item,Menggunakan rasio: 4 item, Kegesitan ketika ada kesempatan: 1 item, Bekerja energik: 3 item, Berpikir jauh kemasa depan: 4 item.

3.6.2 Validitas Motivasi kerja

Dari tabel Motivasi kerja pada organisasi dapat kita lihat bahwa ada 23 item yang valid, yang terbagi dalamitem Fisiologis: 9 item, Rasa amn dan penghargaan: 3 item, Sosial: 5 item, Penghargaan :1 item, Aktualisasi diri : 4 item.

3. 7 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal . secara eksternal pengujian dapat dilakukan test-retest(stability)equivalentdan gabungan keduanya.secara internal realibilitas dapat diuji dengan menanalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.(Sugiyono, 2010, hal 354).

Uji reliabilitas dilakukan pada 60 orang. Pengusaha warteg. Uji reliabilitas skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS versi 17.00 hasil uji reliabilitas skala etos kerja dan motivasi kerja adalah sebagai berikut:

1. Nilai reliabilitas skala Kecerdasan emosional dengan 25 item yang valid adalah sebesar 0,416. Oleh karena itu, skala etos kerja ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.


(56)

2. Nilai reliabilitas skala Komitmen pada Organisasi dengan 23 item yang valid adalah sebesar 0,448. oleh karena itu, skala Motivasi ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti dikutip oleh Hasan (2002) dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel > 0,9

Reliabel 0,7 – 0,9

Cukup Reliabel 0,4 – 0,7 Kurang Reliabel 0,2 – 0,4

Tidak Reliabel < 0,2

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara Etos kerja dengan Motivasi kerja adalah menggunakan analisis regresi. Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap varibel terikat. Data yang akan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression). Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan sistem perhitungan SPSS versi 17.

Rumus regresi berganda:

Ŷ = a + b1X1 + b2C + b3X3 + b4X4 + b5X5 Keterangan.


(57)

Ŷ : Dependent variabel (DV) yang dalam hal ini adalah kecerdasan emosional.

X1, X2,..., XP : Independent variabel (IV) yang jumlahnya p p : Jumlah independent variabel (IV)

a : Intercept / konstanta

b1, b2,..., bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV

Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari satu per satu IV, sehingga nilai R2 yang dihasilkan dapat dilihat secara murni. Fungsi R2 ini adalah untuk melihat proporsi varians dari perilaku konsumtif yang dipengaruhi oleh IV yang ada. Melihat jumlah R2 X (dikalikan) 100%. Maka dihasilkanlah proporsi varians atau determinant. R2 sendiri didapatkan dengan rumus :

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikan pada F test biasa. Selain itu juga uji signifikan bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (dilambangkan k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai denumerator. Jika digambarkan maka :

Atau dengan cara yang berbeda namun hasil yang sama, pembagi adalah Ssreg dbagi dengan df nya (k) didapat mean square regresi , kemudian penyebutnya Ssres dibagi dengan df nya (N – k – 1) didapat mean square residu. Sehingga hasil bagi


(58)

Msreg dengan Msres didapatkan hasil F. Numerator dan denumerator juga dari df pembagi dan df penyebut.

Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah

bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.

Jika ditulis dengan rumus maka :

Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu : 1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan dependent variabel

(DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).

2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yag signifikan dari independent variabel (IV) yang bersangkutan.

3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.

3.9 Prosedur Penelitian

Penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian


(59)

- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti.

- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat.

- Melakukan penelitian awal sebelum penelitian dilakukan.

- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala Motivasi kerja dan Etos kerja yang dirancang berupa skala Likert.

2. Tahap Uji Coba

Peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada tanggal 20 januari 2011 pada pengusaha warteg.

Tahap Pengambilan Data:

- Menentukan jumlah sampel penelitian.

- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.

- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden. 3. Tahap Field Study

Skala Motivasi kerja dan Etos kerja dengan 60 item pernyataan. Selanjutnya skala ini diberikan kepada 60 pengusaha warteg. Pada tanggal 02 Desember 2010.

4. Penutup

Akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan dari apa yang didapat pada hasil penelitian serta membuat saran bagaimana layaknya penelitian ini untuk dijadikan rujukan penelitian lanjutan.


(60)

- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden. - Analisis data menggunakan teknik statistik.

- Melakukan Interpretasi dan membahas hasil yang didapat, serta membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai uji regresi dan uji hipotesis 4.1 Gambaran Umum Responden


(61)

Pada penelitian ini subyek penelitian di tetapkan berdasarkan jenis usaha. Usaha tersebut yaitu salah satu jenis usaha yang bergerak dalam bidang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Salah satu jenis usaha yang bergerak dibidang menyediakan makanan dan minuman yaitu Warung Tegal atau yang sering kita kenal dengan sebutan Warteg. Nama ini sudah populer untuk warung makan kelas menengah ke bawah, baik yang berada ditegal maupun ditempat lain, baik yang dikelola oleh orang asal tegal maupun daerah lain.

Subyek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengusaha warteg di Jakarta selatan. Jumlah subyek penelitian yang digunakan setelah diseleksi berdasarkan ketentuan yang ada maka ditetapkan subyek penelitian sebanyak 61 orang.

1. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin

Berikut tabel di bawah ini penjelasan mengenai responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1

Responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 22 36,1%

Perempuan 39 63,9%

Jumlah 61 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden paling banyak adalah pengusaha laki-laki sebanyak 22 orang dengan persentase 36.1%, sedangkan responden pengusaha perempuan berjumlah 39 orang dengan persentase 63.9%.


(62)

2. Gambaran responden berdasarkan pendidikan.

Berikut tabel dii bawah ini, penjelasan mengenai responden berdasarkan pendidikan. Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

Setara SMA 37 60,7%

>SMA 24 39,3%

Jumlah 61 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden paling banyak adalah pengusaha berpendidikan setara SMA sebanyak 37 orang dengan persentase 60.7%,sedangkan responden pengusaha ber pendidikan >SMA sebsnyak 24 orang dengan persentase 39.3%.

3. Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Berikut tabel di bawah ini penjelasan mengenai responden berdasarkan usia : Tabel 4.3

Responden Bersarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

20 – 35 27 44,3%

>35 34 55,7%

Jumlah 61 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kelompok usia antara 20 – 35 tahun sebanyak


(63)

27 orang pengusaha, dengan persentase 44.3%, sedangkan kelompok usia >35tahun sebanyak 34 orang pengusaha dengan persentase 55.7%.

4.2 Uji regresi

Peneliti juga melakukan uji analisa regresi yaitu dengan menggunakan analisis regresi ganda digunakan oleh peniliti ,bila jumlah variabel independennya minimal 2 atau dengan kata lain variabel independennya lebih dari satu .untuk mengetahui besarnya sumbangan tiap variabel. Pada penelitian ini,uji analisis regresi dilakukan untuk mengetahui sumbangan variabel motivasi kerja (Fisiologis, Rasa aman, Sosial, Penghargaan, Aktualisasi diri, Jenis kelamin, Pendidikan dan Usia) terhadap variabel etos kerja.regresi ganda ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Persamaan regresi untuk 8 prediktor (Richard lungan, 2006, hal 32). Y=a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+b5x5+b6x6+b7x7+b8x8

Keterangan :

Y = Etos kerja X3 = Sosial X8 = Usia X = Motivasi kerja X4 = Penghargaan

a = Konstan b X5 = Aktualisasi diri X1 = Fisiologis X6 = Gender

X2 = Rasa aman X7 = Pendidikan

Akan tetapi uji analisis regresi ini dilakukan dengan SPSS 17. Untuk mengetahui besarnya sumbangan motivasi kerja terhadap etos kerja.dapat dilihat pada tabel berikut:


(1)

55. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan papan saja. 56. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

fisik saja.

57. Saya bekerja untuk kebutuhan biologis saja. 58. Saya tidak peduli ketika teman pengusaha saya

bangkrut.

59. Hasil usaha saya sebagian digunakan untuk asuransi jiwa.s


(2)

Assalamualaikum wr.wb

Saya adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN tingkat akhir yang sedang menyelesaikan tugas skripsi mengenai penyusunan yang berjudul motivasi kerja dan etos kerja pengusaha warteg.

Dalam rangka pengumpulan data, kami mohon kesediaan anda untuk menjadi responden kami dalam rangka menyusun angket ini. Data ini sangat tergantung dari jawaban anda yang sejujur-jujurnya dan sesuai dengan diri anda. Saya akan menjamin kerahasiaan anda dan identitas dari jawaban anda. Bantuan anda sangat berharga untuk penelitian yang sedang kami lakukan. Dan untuk itu, sudilah kiranya anda sekali lagi untuk memeriksa kelengkapan jawaban anda.

Atas segala bantuan dan kerja sama yang anda berikan saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya, (Bambang Pranoto)

Peneliti

IDENTITAS RESPONDEN Nama/Inisial :

Usia :

Jenis kelamin : Pendidikan terakhir :

SKALA ETOS KERJA

Dalam hal ini anda diminta untuk menilai pernyataan di bawah ini, dengan cara memberikan tanda checklist (√), pada kolom penilaian yang menggambarkan pilihan anda. Adapun pilihan sebagai berikut:

Ss : Sangat setuju Ts : Tidak Setuju

S : Setuju Sts : Sangat tidak setuju

No Pernyataan Ss S Ts Sts

1. Pekerjaan dapat saya selesaikan dengan cepat.

2. Saya lelah ketika menghadapi pekerjaan yang banyak. 3. Saya mencari jalan alternatif ketika menuju tempat

usaha saya.

4. Saya sering bekerja lembur, tetapi hasilnya tidak maksimal.

5. Saya berusaha untuk mengembangkan usaha saya. 6. Saya sering melakukan pekerjaan saya dengan baik. 7. Saya sering membantu pekerjaan pegawai saya. 8. Saya kesal sewaktu saya tidak bisa berbuat apa-apa

terhadap pekerjaan saya.

9. Saya bisa berwirausaha karena terbiasa. 10. Saya selau semangat dalam bekerja. 11. Saya tidak keberatan untuk bekerja keras.

12. Walaupun usaha saya terkadang sepi, tetapi saya tidak pernah putus asa.

13. Saya terkadang bangun kesiangan.

14. Saya suka menyianyiakan waktu yang ada.

15. Saya menuntut diri saya untuk mengonsep waktu hidup saya.


(3)

25. Saya tidak boleh malas dalam bekerja.

26. Saya akan cepat tanggap dalam menghadapi pekerjaan saya.

27. Saya selalu menyianyiakan kesempatan dalam bekerja. 28. Saya selalu membuat perencanaan dalam hidup saya. 29. Saya selalu memikirkan kebutuhan sekarang saja. 30. Saya harus bekerja maksimal untuk kebaikan


(4)

Assalamualaikum wr.wb

Saya adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN tingkat akhir yang sedang menyelesaikan tugas skripsi mengenai penyusunan yang berjudul motivasi kerja dan etos kerja pengusaha warteg.

Dalam rangka pengumpulan data, kami mohon kesediaan anda untuk menjadi responden kami dalam rangka menyusun angket ini. Data ini sangat tergantung dari jawaban anda yang sejujur-jujurnya dan sesuai dengan diri anda. Saya akan menjamin kerahasiaan anda dan identitas dari jawaban anda. Bantuan anda sangat berharga untuk penelitian yang sedang kami lakukan. Dan untuk itu, sudilah kiranya anda sekali lagi untuk memeriksa kelengkapan jawaban anda.

Atas segala bantuan dan kerja sama yang anda berikan saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Bambang Pranoto) Peneliti

IDENTITAS RESPONDEN Nama/Inisial :

Usia :

Jenis kelamin : Pendidikan terakhir :

SKALA MOTIVASI KERJA

Dalam hal ini anda diminta untuk menilai pernyataan di bawah ini, dengan cara memberikan tanda checklist (√), pada kolom penilaian yang menggambarkan pilihan anda. Adapun pilihan sebagai berikut:

Ss : Sangat setuju Ts : Tidak setuju

S : Setuju Sts : Sangat tidak setuju

No Pernyataan Ss S Ts Sts

1. Saya bertanggung jawab penuh atas pekerjaan saya. 2. Pekerjaan saya ada kalanya diselesaikan orang lain. 3. Saya tidak pernah menyelesaikan pekerjaan sampai

akhir.

4. Saya tidak suka ada orang lain yang mengerjakan pekerjaan saya.

5. Saya mengerjakan tugas tepat waktu.

6. Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan saya terlebih dahulu menentukan target pelaksanaannya.

7. Saya selalu gelisah, jika pekerjaan saya belum selesai.

8. Saya kadang-kadang menyisakan pekerjaan saya. 9. Saya tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan

pegawai saya.

10. Saya segan untuk mengerjakan yang tidak ada kaitannya dengan tugas saya.

11. Saya mempunyai pekerjaan tambahan selain tugas ruutin saya.


(5)

pengusaha dan pegawai perlu ada pertemuan. 20. Kerjasama yang baik diantara pegawai mendorong

saya untuk bekerja keras dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

21. Saya mengharapkan usaha saya maju.

22. Tambahan pendapatan diluar usaha dibagikan secara merata.

23. Dengan keterampilan yang saya miliki, kesempatan mendapatkan penghasilan tambahan terbuka luas. 24. Saya tidak dilarang keluarga untuk mencari tambahan

penghasilan diluar, asal pekerjaan di tempat usaha saya selesai.

25. Pendapatan yang saya terima tidak sesuai dengan pekerjaan saya (pendapatan lebih kecil).

26. Pendapatan yang saya terima sesuai dengan tenaga yang saya keluarkan.

27. Pada waktu senggang, saya gunakan untuk berpikir tentang kemajuan usaha saya.

28. Saya suka mendiskusikan masukan atau ide dengan pegawai saya.

29. Saya cenderung untuk mengkritik cara kerja pegawai saya.

30. Saya menolak orang lain yang ingin membantu pekerjaan saya.

31. Tidak ada kesempatan bagi saya untuk memecahkan sendiri masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan.

32. Untuk memperoleh hasil yang baik, saya harus memperhatikan kebutuhan pegawai saya.

33. Tidak semua pengusaha menghargai saran untuk perbaikan yang diusulkan pegawainya.

34. Saya selalu berinisiatif membantu pekerjaan pegawai saya, yang saya anggap susah.

35. Saya melaksanakan hasil keputusan yang sudah disepakati demi kemajuan usaha saya.


(6)