Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan perekonomian sangat penting dalam perubahan bangsa dan Negara. Bangsa yang ingin maju harus mampu mengembangkan perekonomian yang ada di negaranya. Warga Negara yang ikut serta mengembangkan perekonomian dinegaranya adalah selalu berusaha untuk membuka lapangan kerja. Salah satunya orang tegal yang dikenal dengan usahanya yaitu warung tegal Warteg. Pengusaha Warung Tegal dikenal membuka jenis usaha jenis usaha yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Warung Tegal biasa dikenal juga dengan singkatan Warteg. Nama warteg ini seolah sudah menjadi istilah generik untuk warung makan kelas menengah ke bawah di pinggir jalan, baik yang berada di kota Tegal maupun di tempat lain, baik yang dikelola oleh orang asal Tegal maupun dari daerah lain. Warung Tegal pada awalnya banyak dikelola oleh masyarakat dari tiga desa di Tegal yaitu warga desa Sidapurna, Sidakaton Krandon, Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Mereka mengelola warung tegal secara bergiliran antar keluarga dalam satu ikatan famili setiap 3 sd 4 bulan. Yang tidak mendapat giliran mengelola warung biasanya bertani di kampung halamannya. Pengelola warung tegal di Jakarta yang asli orang Tegal biasanya tergabung dalam Koperasi Warung Tegal, yang populer dengan singkatan Kowarteg. Fakta yang unik dari bisnis Warteg ini, meski melayani masyarakat menengah ke bawah, hasil yang didapatkan cukup besar. Hal ini terbukti dari tingkat ekonomi para pengusaha Warteg yang lebih mampu dibandingkan dengan masyarakat tegal pada umumnya. Di Kelurahan, Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon dapat menyaksikan rumah-rumah relative mewah dibangun disana.Rumah-rumah itu kebanyakan milik para pengusaha Warteg yang membuka usaha di rantan. Walaupun Pengusaha Warteg itu identik dari Tegal. Pada awalnya Warteg banyak dikelola oleh masyarakat. Tegal yang berasal dari Desa Sidapurna, Sidakaton Krandon. Namun saat ini, karena bisnis ini sangat menjanjikan, sehingga pengelolannya tidak hanya di lakukan oleh masyarakat Tegal saja, melainkan masyarakat daerah lain pun membuka Wartegt. Walaupun banyak yang bilang Warteg konsumennya dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, tapi hasil yang didapatkan oleh pengusaha Warteg relatif menguntungkan. Pengusaha Warteg mempunyai taraf ekonomi yang relative berkecukupan. Tak heran didaerah asalnya tidak jarang dijumpai rumah pengusaha warteg yang berjejer mewah di pinggir jalan. Pengusaha warteg lebih termotivasi karena hampir tiada satu manusia pun di Jakarta maupun di pelosok nusantara yang tidak mengenal tentang Warteg alias Warung Tegal. Hingga dalam seluruh masyarakat seniman Tegal pun memberikan semacam apresiasi tersendiri keberadaan Warteg sebagai penawar kekalahan Pasukan perang Sultan Agung ke wilayah Batavia ketika jaman kerajaan. Dan seiring dengan perkembangannya, Warteg hidup dan berkembang layaknya jamur dimusim penghujan. Pengusaha warteg bermunculan disudut-sudut Metropolitan, di pusat-pusat perkantoran serta wilayah-wilayah perdagangan maupun dikawasan elite pun Warteg ada. Hingga sekarang anggota kowarteg yang terakomodir di Puskowarteg berjumlah 26.700 warteg yang tersebar diseluruh penjuru Jakarta dan sekitarnya. www.goole.com Hal itu mengingat keberadaan warteg yang terdapat di berbagai pelosok daerah di Indonesia seperti di Pulau Jawa sendiri, Kalimantan, Timor Timur dan lain-lain. Namun berdirinya Induk koperasi, tentunya setelah pada tiap provinsi sudah memiliki minimal 5 Puskowarteg Pusat Koperasi Warung Tegal . Kini keberadaan pengusaha warteg semakin tersebar luas karena banyak orang tegal tertarik dengan usaha tersebut.yang makin maju dan menjanjikan, bahkan sebagian penduduk Kabupaten Tegal menjadikan peluang usaha warteg sebagai mata pencaharian utama. Makin banyaknya persaingan di bisnis ini, membuat para pengelolanya semakin giat dan memutar otak untuk mengembangkannya, misalnya dengan membuat cabang warteg yang baru. Karena mereka berfikir semakin bnyak membuka cabang, maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh. Di tahun 2010 para pengusaha warteg sudah semakin sulit untuk mendapatkan pendapatan yang besar, ini karena makin maraknya warteg-warteg yang bermunculan dan berdekatan. Makin sulitnya mendapatkan keuntungan yang besar ini, semakin memunculkan banyak kontra dengan kebijakan pajak 10 yang sedang digodog oleh pemda DKI jakarta. Pajak 10 dianggap makin memberatkan para pengusaha warteg, karena pendapatan mereka tidak sebanyak dulu. Ditambah lagi dengan kondisi semakin mahalnya bahan baku, gaji untuk para pembantu dan sewa tempat yang terus melambung tinggi. Karena ini dikhawatirkan akan memberikan dampak besar bagi kelangsungan warteg. Tidak menutup kemungkinan juga, sebagian pengusaha warteg akan mengalami kerugian, karena semakin menipisnya keuntungan yang diperoleh, apalagi jika kebijakan pajak 10 diberlakukan. Ketika Menteri Koperasi Adi Sasono yang memang punya perhatian besar pada koperasi, Puskowarteg kini memiliki kekuatan hukum. Pengusaha warteg tidak kwatir lagi, dengan keberadaan wartegnya.usaha ini diharapkan berkembang pesat. Sementara pada perkembangan selanjutnya, warteg akan mempunyai wadah yang cakupannya akan semakin luas dengan akan di dirikannya Induk Koperasi Warteg. Di era kompetisi yang makin ketat seperti sekarang ini, seorang pengusaha dituntut mampu menciptakan dan menyediakan produk permintaan konsumen yang dapat terjamin kualitas dan kuantitasnya. Semakin banyaknya pengusaha yang bergerak dalam bidang yang sama, maka semakin ketat pula kompetisi antara pengusaha yang bergerak dibidang tersebut. Pengelolanya biasa kita kenal dengan pengusaha, tepatnya pengusaha warteg, para pengusaha warteg ini berbeda –beda dalam meningkatkan kulitas kerja dan mengembangkan usahanya, etos kerja para pengusaha warteg diharapkan selalu meningkat, karena pada umumnya etos kerja masyarakat kita rendah, sebagai contoh yaitu suka meremehkan waktu, suka menera bas, tidak percaya diri, tidak disiplin dan suka mengabaikan tanggung jawab.Kasiram,2002. Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu diupayakan peningkatan etos kerja tersebut sescara terus menerus dan dengan berbagai jalur serta metode. Menurut kuntjaraningrat sekurang – kurangnya ada empat upaya dalam meningkatkan kualitas etos kerja yaitu: memberikan contoh yang baik, memberikan stimulasi yang cocok, persuasi dan penerangan, serta pembinaan dan pengasuhan generasi muda untuk masa depan sejak kecil didalam kalangan keluarga Kasiram, 2002 Ada banyak hal yang dapat mendukung keberhasilan mereka, salah satunya adalah memiliki motivasi kerja yang tinggi. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, guna melakukan sesusatu, yang terlihat dari dimensi eksternal dan dimensi internal, atau dengan kata lain, Motivasi kerja memilki dua dimensi, yaitu 1 dimensi dorongan internal, dan 2 dimensi dorongan eksternal Hamzah, 2007. Berdasarkan dari penjelasan diatas, motivasi kerja pengusaha warteg tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan pengusaha warteg agar prilakunya dapat diarahkan pada upaya – upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Variabel motivasi kerja hampir sama dengan variabel lain yang sangat berpengaruh terhadap etos kerja pengusaha warteg.secara implisit motivasi kerja pengusaha warteg tampak melalui teori maslow tentang hirarki kebutuhan: 1 Kebutuhan Fisiologis, 2 Kebutuhan akan rasa aman, 3 Kebutuhan Sosial, 4 Kebutuhan akan Penghargaan, 5 Kebutuhan Aktualisasi diri. Dari kelima hal tersebut dapat dijadikan dimensi penting guna menelusuri motivasi kerja pengusaha warteg. Ngalim, 2003. Motivasi kerja pengusaha warteg banyak menimbulkan hasil dari kerja keras yang telah dilakukan, Kerja keras tidak bisa diabaikan karena persaingan usaha semakin ketat, dalam hal ini adalah pengembangan usaha yang dimiliki pengusaha warteg, begitu juga dengan dorongan untuk maju pengusaha warteg, setiap seorang pengusaha menginginkan usaha untuk maju, untuk itu dibutuhkan dorongan untuk maju. Setiap pengusaha tentunya memiliki kebutuhan sehingga berusaha meningkatkan serta mengembangkan usahanya, dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program peningkatan mutu motivasi kerja pengusaha khususnya pengusaha pada warteg .Dalam Teori Kebutahan beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia pada hakekatya adalah untuk memenuhi kebutuhanya, baik kebutuhan fisik maupun psikis.Ngalim Purwanto, 2002, hal.77. Pengusaha yang maju mampu menerapkan sistem kerja dengan baik dan benar. Sistem kerja yang baik dan benar merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan dan kemajuan usahanya, yang akhirnya akan mampu bersaing dengan pengusaha lain tentunya secara sportif. Motivasi kerja pengusaha terkait erat dengan etos kerja, baik dari dalam diri pengusaha itu sendiri maupun dari luar dirinya. Tinggi rendanya motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha dipengaruhi oleh etos kerja dari pengusaha yang bersangkutan. Semakin tinggi etos kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha akan semakin meningkatkan motivasi para pengusaha, sehingga dapat memajukan usahanya. Etos kerja dan motivasi kerja adalah dua hal yang berbeda namun berkaitan dan saling melengkapi. Etos kerja adalah semangat dan sikap batin yang tetap yang memuat tekanan dan nilai nilai moral tertentu, serta yang terlefleksikan dalam kehidupan social etos social, suatu pekerjaan etos kerja atau kegiatan ilmiah etos ilmiah dan sebagainya.Kasiram. Sedangkan motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinrja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas pada motivasi yang diberikan.Hamzah, 2007. Motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang pengusaha mempengaruhi oleh etos kerja sehingga dapat membentuk prestasi atau produktifitas kerja. Kelemahan pada salah satunya, apalagi keduanya, akan menurunkan produktifitas kerja tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka hubungan antara dua variabel tersebut perlu diteliti lebih lanjut penilitian ini berjudul, “Hubungan antara Motivasi Kerja Dengan Etos Kerja Pen gusaha Warung tegal Warteg”.

1.2 Pembatasan Masalah