commit to user 25
efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan macam tenaga
kerja yang diperlukan Soekartawi, 1987. Tabel 7. Rata-rata pengunaan tenaga kerja usaha ternak sapi perah
pertahun di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. No
Penggunaan Tenaga Kerja JOK Rupiah
1. Mencari pakan
1,19 1.359.244,79
2. Pemeliharaan
3,09 3.526.432,29
Total 4,28
6.564.935,81 Sumber :Data primer terolah, 2010
Rata-rata penggunaan tenaga kerja total dalam usaha ternak sapi perah adalah 4,28 JKOth dalam rupiah sebesar 6.564.935,81. Hasil
perhitungan jenis pekerjaan yang paling banyak digunakan adalah untuk pemeliharaan memberi pakan, memandikan, membersihkan kandang,
dan memerah sebesar Rp. 3.526.432,29 3,09 JKOth. Penggunaan tenaga kerja untuk mencari pakan adalah kegiatan mencari pakan hijauan
yaitu sebesar Rp. 1.359.244,79 1,19 JKOth. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mencari pakan relatif kecil karena mudah mencari
rumput dan tersedia di ladang para peternak.
C. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah
Jenis sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden adalah Peranakan Friesian Holstein PFH. Umumnya sistem pemeliharaan sapi
di Kecamatan Musuk sudah bersifat intensif dimana ternak tidak lagi digembalakan. Sesuai pendapat Siregar 1995, menyatakan bahwa
hampir seluruh hidupnya sapi perah berada dalam kandang, hanya kadang-kadang saja sapi perah dibawa keluar kandang.
Lokasi kandang ternak pada umumnya berada dibelakang rumah pemilik ternak, sehingga memudahkan peternak mengontrol ternaknya.
Tipe kandang pada umumnya adalah tipe kandang tunggal single stall. Atap kandang yang digunakan peternak responden pada umumnya adalah
genting dan asbes gelombang. Bahan-bahan untuk atap yang digunakan
commit to user 26
peternak telah sesuai karena mempunyai sifat mudah menyerap panas sehingga suhu kandang pada siang hari tidak terlalu panas. Lantai
kandang pada umumnya terbuat dari semen dan ada beberapa yang dilapisi karet, sesuai pendapat Mulyana 1992 yang menyatakan bahwa
lantai kandang yang terbuat dari semen berguna agar alas kandang tetap kering dan tidak menyebabkan sapi mudah terserang penyakit. Tempat
pakan dan minum umumnya terbuat dari bahan semen dan ember yang diletakkan di depan ternak sehingga memudahkan ternak dalam
mengkonsumsi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peternak sapi perah yang terdapat didaerah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pemberian pakan dan minum Pemberian pakan dan minum ternak didaerah penelitian dilakukan
oleh peternak sendiri. Pakan yang diberikan peternak untuk sapinya ada dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Umumnya responden
memberikan pakan hijauan yang berupa rumput-rumputan yang telah dicacah dengan alat sederhana arit. Pakan hijauan yang diberikan
berupa rumput gajah Pennisetum Purpureum, rumput benggala, rumput lapangan dan terkadang jagung yang didapat dari ladang peternak.
Pemberian pakan hijauan biasanya diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Pemberian pakan hijauan dalam sehari kurang lebih 40 kg
untuk satu ekor ternak laktasi, dan pemberian pada pedet kurang lebih 4 kg . Pakan konsentrat diberikan dua kali sehari pagi setelah pemerahan
dan sore setelah pemerahan. Jenis pakan konsentrat yaitu bren, bekatul, ampas tahu dan pakan tambahan singkong.
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum. Menurut Soetarno 2003 menyatakan jumlah air yang dibutuhkan oleh sapi perah
bervariasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi air bagi sapi adalah umur, berat badan, produksi susu, panas dan kelembaban udara,
dan jenis ransum pakan.
commit to user 27
b. Pemerahan Pemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi sekitar pukul
04.00 WIB dan siang hari sekitar pukul 13.00 WIB. Sebelum dilakukan pemerahan peternak membersihkan daerah ambingnya dengan air agar
susu tidak tercemar kotoran yang ada di bagian ambing. Produksi susu rata-rata perharinya 8 literekor, untuk pemerahaan pagi hari kurang lebih
5 liter dan pemerahan sore 3 liter. Harga susu per liter dari peternak ditentukan oleh koperasi dengan menggunakan standart dari tingginya
kadar lemak dan berat jenis susu yang disetor dengan harga rata-rata Rp. 2.750,00
c. Pembersihan kandang Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi
salah satu faktor penting dalam beternak, dimana kebersihan kandang dapat menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan sapi terutama faktor kelembaban, kebecekan, dan sarang lalat yang dapat mengganggu kenyamanan serta
keleluasaan sapi. Letak kandang harus terpisah dari rumah, tetapi pada kenyataannya didaerah penelitian masih ada beberapa peternak yang
membuat kandangnya menyatu dengan rumah. Kebersihan kandang di daerah penelitian dilakukan setiap hari
dua kali di pagi hari sebelum pemerahan dan sore hari sebelum pemerahan dengan menyapu dan membersihkan kotoran ternak. Kotoran
dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan mengunakan gerobak. Kotoran tersebut dikumpulkan dilubang sementara
biasanya berada dibelakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa saat kotoran dibawa keladang untuk pupuk tanaman pertaniannya. Hasil
kotoran atau pupuk tidak dijual namun dipakai sendiri karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
d. Pembersihan ternak sapi perah Tujuan pembersihan ternak sapi adalah untuk mencegah
timbulnya berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat
commit to user 28
produktivitas ternak menurun. Pembersihan ternak di daerah penelitian dilakukan dengan memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan apabila
ternak sudah kelihatan kotor. Tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan ternaknya.
e. Pengendalian penyakit Serangan
penyakit dapat
menimbulkan masalah
yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat
mengurangi keuntungan peternak. Penyakit yang menyerang ternak di daerah penelitian adalah cacingan, lumpuh dan mastitis, tetapi yang
sering diderita sapi laktasi yaitu mastitis. Penyakit mastitis sering juga disebut dengan radang ambing yang disebabkan oleh bakteri yang masuk
melalui lubang ambing. Susu yang yang diproduksi menjadi abnormal, yaitu bila dilakukan uji mastitis terjadi perubahan pada susu tersebut.
Biasanya apabila ternak sakit hal yang pertama kali dilakukan adalah pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Peternak
akan memanggil petugas dari Dinas Peternakan atau mantri yang bertugas di desanya apabila ternak sakit dan tidak bisa ditangani peternak
sendiri. Petugas kesehatan disini biasanya diwakili oleh petugas IB inseminasi buatan untuk memeriksa ternak yang sakit.
f. Kinerja reproduksi Peternak responden di daerah penelitian dalam mengawinkan
ternaknya memilih cara kawin suntik atau IB Inseminasi Buatan. Menurut Toelihere 1981, bagi peternak-peternak kecil yang ada di
Indonesia, penggunaan inseminasi buatan sangat menghemat biaya, disamping dapat menghindari bahaya dan menghemat tenaga
pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan. Alasan yang dikemukakan responden lebih memilih
kawin IB karena kualitas bibit unggul, efisien, dan anjuran dari dinas. Biaya sekali IB berkisar Rp. 25.000,00 sampai Rp. 30.000,00.
Tingkat keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
commit to user 29
lainnya yaitu pemilihan sapi aseptor, pengujian kualitas semen, ketrampilan inseminator dan akurasi deteksi birahi oleh para peternak
yang merupakan ujung tombak pelaksanaan IB sekaligus sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap berhasil atau tidaknya program IB
Hastuti, 2000. Jumlah pelayanan inseminasi buatan yang dibutuhkan oleh ternak
untuk menghasilkan satu kali kebuntingan atau service per conception berpengaruh terhadap calving interval. Kisaran SC dari penelitian yang
dilakukan yaitu sebesar 2 kali. SC pada sapi perah yang ada dilapangan sudah cukup baik. Nilai SC yang baik, berkisar antara 1,6 sampai 2,0.
Makin rendah nilai SC makin tinggi nilai kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut. Sebaliknya makin tinggi nilai SC,
makin rendah nilai kesuburan kelompok betina tersebut Toelihere,1981. Kawin pertama setelah melahirkan atau disebut post partum
mating PPM pada sapi perah di daerah penelitian rata-rata 63 hari. Menurut Djanuar 1985, bagi sapi yang habis beranak, baru bisa
dikawinkan kembali minimal 60 hari sesudah melahirkan. Sebab pada saat itu jaringan alat reproduksi yang rusak akibat melahirkan telah pulih
kembali. Menurut Soetarno 2003, peternak dapat mengatur sapi perah
beranak pertama umur sekitar 2-3 tahun, jarak beranak calving interval 12 bulan, dengan masa kering 2 bulan dan lama laktasi pemerahan 10
bulan. Hasil penelitian didapatkan bahwa calving interval yang ada di tingkat peternak sudah cukup baik.
D. Analisis Pendapatan Pengujian Hipotesis I