commit to user 6
C. Pola Usaha Ternak Sapi Perah
Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh usaha ternak sapi perah kecil dan menengah. Peternakan sapi perah di Indonesia
dengan kepemilikan sapi perah kurang dari empat ekor mencapai 80, dan selebihnya peternak dengan kepemilikan empat sampai tujuh ekor sapi perah
mencapai 17, dan peternak skala besar dengan pemilikan lebih dari tujuh ekor sapi perah sebanyak 3. Tingkat efisiensi usaha yang rendah, maka
skala kepemilikan ternak tersebut dapat ditingkatkan menjadi tujuh ekor perpeternak, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi usaha sekitar 30
Mandaka dan Hutagaol, 2005. Peternakan sapi perah rakyat mampu memberikan kontribusi terhadap
pendapatan keluarga yang cukup memadai. Kedepannya usaha peternakan rakyat diupayakan mengarah sesuai perkembangan agrobisnis peternakan,
sehingga tidak hanya sebagai usaha sampingan, tetapi sudah mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian keluarga Siregar, 2009.
Pengembangan usaha ternak sapi menjadi suatu sistem agrobisnis yang lebih mengutamakan kesejahteraan. Pengembangan agrobisnis
peternakan rakyat yang tidak terlepas dari usaha tani lainnya, maka peningkatan skala usaha ternak harus dikombinasikan sebagai faktor produksi
yang dimiliki
agar hasil
yang diperoleh
lebih optimal
Noferdiman dan Novia, 1992.
D. Aspek Sosial Ekonomi Ternak Sapi Perah
Perhitungan modal usaha dibagi menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk investasi tetap seperti pembelian sapi, penyusutan bangunan kandang, penyusutan peralatan dan sebagainya. Biaya tetap
adalah biaya yang dikeluarkan relatif tetap untuk setiap periodenya, seperti pajak, tenaga kerja, administrasi, dan lain sebagainya. Biaya variabel adalah
biaya-biaya yang diperlukan untuk pembelian input produksi yang nilainya disesuaikan dengan keperluan ternak dan dari harga input produksi tersebut,
commit to user 7
misalnya biaya pakan konsentrat, biaya pakan hijauan, listrik, tenaga kerja, IB, kesehatan hewan, peralatan habis pakai dalam jangka kurang dari setahun.
Jumlah seluruh biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel diperoleh total biaya secara keseluruhan Firman A, 2010.
Penerimaan usaha tani ternak adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usaha setiap tahunnya. Menurut Mahekam dan Malcom 1991 ada
lima sumber umum atau kategori penerimaan usaha tani ternak, diantaranya adalah:
a Penjualan produksi tanaman, ternak dan hasil-hasil ternak b Produksi-produksi usaha tani ternak yang dikonsumsi oleh keluarga petani
ternak. c Sisa hasil usaha SHU dari koperasi, kelompok tani dimana petani
tersebut menjadi anggota d Pendapatan non uang tunai yang berasal dari perubahan investasi
e Pekerjaan-pekerjaan di luar usaha tani ternak seperti bagi hasil, kontrak atau bekerja sebagai buruh kota.
Penerimaan peternak dari usaha pengembangan sapi perah selama masa laktasi yaitu berasal dari hasil penjualan susu yang diperoleh dari
perkalian antara jumlah susu selama masa laktasi dengan harga susu. Penerimaan lainnya diperoleh dari penjualan pedet dan penjualan pupuk
kandang Nuraeni dan Purwanta, 2006.
E. Analisis Pendapatan
Pendapatan usaha ternak sapi perah merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan.
Komponen penerimaan dalam usaha ternak sapi perah meliputi penjualan susu, penjualan pedet, dan penjualan kotoran. Pendapatan dari usaha ternak
sapi perah ditentukan dengan produksi susu sebesar 56,79, karena susu merupakan produk utama dari usaha ternak sapi perah. Penerimaan dari hasil
penjualan pedet dan kotoran ternak merupakan penerimaan sampingan yang diperoleh dari usaha tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan meliputi biaya
commit to user 8
pakan, biaya
penyusutan, biaya
obat-obatan, dan
biaya IB
Gayatri et al., 2005. Faktor yang terkait dengan ekonomi produksi sapi perah yaitu faktor
biaya. Biaya terbagi atas empat bagian yaitu biaya investasi, biaya produksi, biaya operasional, dan biaya non operasional. Biaya investasi atau biaya tetap
fixed cost adalah biaya yang digunakan untuk investasi jangka panjang untuk pembelian lahan, bangunan, peralatan dan mesin, kendaraan, serta
kegiatan lainya yang sifatnya jangka panjang. Biaya produksi atau biaya variabel variable cost adalah biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi
dan sangat tergantung pada jumlah produksi dan harga yang berlaku. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kegiatan
produksi, seperti biaya tenaga kerja, listrik, telepon, dan sebagainya. Biaya non operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran pinjaman
termasuk bunganya, depresiasi, serta pajak perusahaan. Total biaya keseluruhan tersebut disebut dengan total biaya Firman A, 2010.
Rendahnya tingkat pendapatan peternak disebabkan oleh keterbatasan modal untuk menambah jumlah ternak. Pemanfaatan fungsi ternak sebagai
tabungan masih dapat menjadi pilihan terbaik berikutnya bagi peternak, terutama yang dihadapkan kepada keterbatasan tenaga kerja. Memelihara
ternak sebagai tabungan dimotivasi oleh kenyataan bahwa ternak dapat dikonversikan menjadi uang tunai setiap saat. Peternak cukup puas dan dapat
menerima tingkat pendapatan apa adanya sebagai refleksi dari tingkat produktivitas yang rendah Soedjana, 2005.
F. Faktor Produksi Usaha Peternakan