commit to user 21
Tabel 2. Distribusi penggunaan tanah di Kecamatan Musuk. No. Jenis penggunaan tanah
Luas tanah ha Persentase
1. Tanah pekarangan 2. Tanah tegalankebun
4. Hutan negara 5. Tanah lainnya
1.987,83 3.843,84
100,63 571,83
30,56 59,10
1,55 8,79
Total 6.504,13
100 Sumber :Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, 2010
B. Karakteristik Peternak
Setiap rumah tangga peternak memiliki karakteristik berbeda-beda yang mengambarkan tingkat kemampuan masing-masing rumah tangga peternak.
Unsur-unsur karakteristik yang dikumpulkan dari peternakantara lain umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan pekerjaan utama.
a. Umur peternak Umur peternak sangat berpengaruh terhadap kinerja suatu
peternakan sapi perah. Karakteristik umur peternak di Kecamatan Musuk
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Umur peternak di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. No. Umur peternak
Jumlah orang Prosentase
1. 15-35 tahun
2. 36-56 tahun
3. 57 tahun
Total 7
37 16
60 11,66
61,67 26,67
100 Sumber : Data primer terolah, 2010
Menurut Arsyad 1999 umur produktif adalah umur antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun, sedang umur dibawah 15 dan 64 tahun termasuk
dalam umur non produktif. Hasil penelitian peternak sapi perah paling banyak umur 36-56 tahun sebanyak 61,67 yang berarti peternak
tergolong dalam umur produktif sehingga masih dapat ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan cara memberi inovasi baru dibidang
peternakan. Menurut Setiana 2000, pada umur produktif mempunyai kondisi
fisik. tindakan serta kemampuan berfikir seseorang masih cukup baik.
commit to user 22
Umur produktif memiliki kondisi emosional relatif stabil sehingga mudah menerima pengarahan atau inovasi dari pihak-pihak yang lebih menguasai
hal tersebut dan didukung oleh adanya dorongan yang cukup untuk memperoleh pengalaman pada umur itu.
Umur produktif manusia memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif dan dapat menambah daya kerja dalam meningkatkan produktifitas. Lebih
lanjut dijelaskan dalam kisaran umur bagi seseorang dapat melakukan segala sesuatu dengan berpikir panjang lebih dahulu dan pada usia yang
masih muda mereka memiliki kondisi fisik yang lebih baik dari pada golongan tua, sehingga potensi umur dalam hal ini dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha. b. Tingkat pendidikan peternak
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa yang merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
bangsa. Kualitas sumberdaya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan. Menurut Prayitno dan Susanto 1996 menyatakan bahwa
tujuan dari pendidikan adalah untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia yang bertumpu pada
pendidikan ini, pada dasarnya untuk meningkatkan kinerja manusia. Tingkat pendidikan peternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pendidikan peternak sapi perahdi Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
No Pendidikan peternak
Jumlah orang Prosentase
1 2
3 4
5 Tidak Sekolah
SD SMP
SMA PT
8 25
17 8
2 13,33
41,66 28,33
13,33
3,33 Total
60 100
Sumber : Data primer terolah, 2010 Ditinjau dari segi pendidikan formal yang pernah ditempuh tingkat
pendidikan responden terbanyak 41,66 hanya tamat SD, hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden masih rendah. Alasan yang
commit to user 23
diungkapkan oleh peternak tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi adalah masalah ekonomi. Tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap penyerapan informasi dan pengetahuan serta cara berfikir peternak. Tingkat pendidikan peternak yang masih rendah kemungkinan
akan mengalami kesulitan dalam mengadopsi inovasi. Melalui pendidikan peternak mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan inovasi baru dalam
melakukan kegiatan usaha sehingga dengan pendidikan yang lebih tinggi hasil juga akan lebih baik Mosher 1987 cit. Haryanti 2009.
c. Pengalaman beternak Tingkat pengalaman beternak berkaitan dengan lamanya melakukan
usaha dibidang peternakan. Mosher 1985 menyatakan bahwa lama usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya sehingga dapat
membantu peternak dalam usahanya, karena semakin lama usahanya semakin banyak pengalaman yang diperoleh peternak. Hasil penelitian
menunjukan bahwa rata-rata pengalaman beternak di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengalaman beternak sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
No. Pengalamana beternak Jumlah orang
Prosentase 1.
1 – 5 th 2.
6 – 10 th 3.
11 th Total
13 7
40 60
21,66 11,66
66,66
100 Sumber : Data primer terolah, 2010
Hasil penelitian paling banyak peternak beternak selama 11 tahun lebih, hal tersebut menggambarkan bahwa peternak sudah cukup lama
dalam mengembangkan usaha sapi perah. Pengalaman beternak yang dimiliki akan menjadikan peternak lebih mandiri dan terampil dalam
pengelolaan usaha ternaknya. Menurut Fauzia dan Tampubolon 1991 bahwa pengalaman
seseorang dalam beternak sapi perah berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Pengalaman diukur dari lamanya peternak itu aktif secara
mandiri mengusahakan ternak tersebut dari awal mulai beternak sampai
commit to user 24
diadakan penelitian. Faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor topografi, iklim, keadaan sosial,
tersedianya bahan pakan hijauan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak sangat menentukan perkembangan
peternakan didaerah tersebut. d. Pekerjaan utama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan utama peternak sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel6.
Tabel 6. Pekerjaan utama peternak sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
Pekerjaan utama Jumlah orang
Prosentase a. PNS
b. Wiraswasta c. Peternak
d. Petani
Total 3
7 2
48 60
5 11,66
3,33 80
100 Sumber : Data primer terolah, 2010
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan utama dari responden adalah sebagai petani sebanyak 80. Besarnya jumlah responden yang
bermata pencaharian sebagai petani karena di Kecamatan Musuk mempunyai sumber daya alam yang pokok yaitu tegalan. Beternak hanya
merupakan pekerjaan sampingan, hanya 2 responden yang menjadikan usaha ternak sapi perah sebagai mata pencaharian utama. Sesuai dengan
pendapat Sabrani 1989 bahwa untuk menghadapi resiko usaha seperti kegagalan produksi, peternak melakukan usaha sambilan sebagai salah
satu sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Menurut Hermanto 1980 bahwa pertanian dan peternakan saling mengisi
dan berkaitan, peternak dapat memanfaatkan hasil pertanian sebagai makanan ternak dan dapat memberikan sumbangan pupuk bagi tanaman
pertaniannya. e. Penggunaan tenaga kerja
Penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besaran tenaga kerja
commit to user 25
efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan macam tenaga
kerja yang diperlukan Soekartawi, 1987. Tabel 7. Rata-rata pengunaan tenaga kerja usaha ternak sapi perah
pertahun di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. No
Penggunaan Tenaga Kerja JOK Rupiah
1. Mencari pakan
1,19 1.359.244,79
2. Pemeliharaan
3,09 3.526.432,29
Total 4,28
6.564.935,81 Sumber :Data primer terolah, 2010
Rata-rata penggunaan tenaga kerja total dalam usaha ternak sapi perah adalah 4,28 JKOth dalam rupiah sebesar 6.564.935,81. Hasil
perhitungan jenis pekerjaan yang paling banyak digunakan adalah untuk pemeliharaan memberi pakan, memandikan, membersihkan kandang,
dan memerah sebesar Rp. 3.526.432,29 3,09 JKOth. Penggunaan tenaga kerja untuk mencari pakan adalah kegiatan mencari pakan hijauan
yaitu sebesar Rp. 1.359.244,79 1,19 JKOth. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mencari pakan relatif kecil karena mudah mencari
rumput dan tersedia di ladang para peternak.
C. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah