3. SISTEM PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu wajib pajak yang penghasilannya ditanggung oleh pemerintah. Penghasilan yang dimaksud
dalam hal ini adalah gaji pokok. Namun penghasilan lain yang berupa honorarium, bonus, gaji ke-13, uang rapel ataupun tambahan penghasilan
lainnya yang dipotong pajak penghasilan pasal 21 yang pembayarannya langsung dipotong oleh bendaharawan di kantor tidak mendapat tanggungan
dari pemerintah. Pajak penghasilan tersebut disetor oleh bendaharawan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara ke beberapa Bank
Persepsi yang ditunjuk,dalam hal ini pajak yang terutang disetor bendaharawan ke Bank Sumut.
4. SISTEM PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Bendahara melaporkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan SPT
Masa dalam daftar gaji kepada KPPN untuk gaji pokok. Dan penghasilan lainnya diluar gaji dilaporkan menggunakan Surat Pemberitahuan SPT
Masa oleh Bendaharawan ke Kantor Pajak Pratama KPP Medan Kota. Dan para Pegawai Negeri Sipil di Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara juga melaporkan pajak yang terutang dalam bentuk
Surat Pemberitahuan 1770 SS atau 1770 S dengan menyertai lampiran 1721- A2 ke Kantor Pelayan Pajak ataupun tempat yang telah ditentukan oleh
Direktorat Jendral Pajak paling lama tanggal 30 Maret setiap tahun khusus untuk gaji pokok.
5. TATA CARA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Disini penulis akan memaparkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan data yang diperoleh melalui beberapa sampel Pegwai
Negeri Sipil di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Penulis akan membandingkan penghitungan yang dilakukan oleh
bendaharawan secara komputerisasi dengan penghitungan manual yang dilakukan penulis.
1. Penghasilan Setahun
Nyonya A adalah Pegawai Negeri Sipil golongan III di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara berstatus janda dan
mempunyai 2 orang tanggungan. Menerima gaji pokok Rp. 2.332.300bulan. Pada tahun 2010 Nyonya A dua kali mengalami
kenaikan gaji yaitu pada bulan Mei 2010 menjadi Rp. 2.455.700bulan dan pada bulan Juli 2010 menjadi Rp.2.516.000bulan. Nyonya A
menerima gaji ke-13 pada bulan Juni 2010 sebesar Rp. 2.516.000. Disamping itu Nyonya A memperoleh tunjangan-tunjangan. Berikut
adalah perhitungann pajak penghasilan pasal 21 Nyonya A
Gaji Pokok setahun + gaji ke-13 Rp. 32.707.922
Tunjangan anak Rp. 1.308.320
Tunjangan struktural Rp. 7.020.000
Tunjangan beras Rp. 1.930.500
Tunjangan khusus Rp. 959.127
Tunjangan lain-lain Rp. 312+
Penghasilan brutto setahun Rp. 43.926.181
Pengurangan Biaya jabatan
5 x Rp. 43.926.181= Rp. 2.196.309
Iuran pensiun Rp. 2.721.299+
Rp. 4.917.608- Penghasilan Neto setahun
Rp. 39.008.573 Penghasilan Tidak Kena Pajak J2
Wajib Pajak Rp. 15.840.000
Status Kawin Rp. 0
2 Tanggungan Rp. 2.640.000+
Rp. 18.480.000- Penghasilan Kena Pajak
Rp. 20.528.573 Pembulatan
Rp. 20.528.000 Pajak Penghasilan Pasal 21
5 x Rp. 20.528.000 = Rp. 1.026.400 ditanggung pemerintah 2.
Penghasilan Sebulan Desember 2010
Gaji pokok sebulan Rp. 2.516.000
Tunjangan anak Rp. 100.640
Tunjangan struktural Rp. 540.000
Tunjangan beras Rp. 148.500
Tunjangan Khusus Rp. 73.779
Pembulatan Rp. 24 +
Penghasilan Bruto Rp. 3.378.943
Pengurangan Biaya Jabatan
5 x Rp. 3.378.943 = Rp. 168.947 Iuran Wajib
Rp. 261.664 + Rp. 430.611-
Penghasilan Neto Rp. 2.948.332
Penghasilan Tidak Kena Pajak J2 Wajib Pajak
Rp. 1.320.000 Status Kawin
Rp. 0 2 tanggungan
Rp. 220.000 + Penghasilan Kena Pajak
Rp. 1.540.000 Pajak Penghasilan Pasal 21
5 x Rp. 1.540.000 = Rp. 70.417 ditanggung pemerintah
Dengan membandingkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara
mengenai perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 secara manual dan komputerisasi, tidak ada perbedaan-perbedaan dalam
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang dalam setahun. Namun dalam perhitungan perbulan terjadi perbedaan sebesar Rp. 3.362
Rp.73.779 – Rp. 70.417 atas pajak penghasilan pasal 21. Hal ini dikarenakan pada daftar gaji perbulan terdapat pengurangan-pengurangan
lain seperti iuran askes dan sewa rumah yang tidak sesuai dengan pengurangan pada perhitungan pajak penghasilan pasal 21.
3. Honorarium
Tuan A adalah seorang Jabatan Fungsional di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara golongan III. Pada bulan
Desember 2010 Tuan A mendapatkan honorarium atas kegiatan yang dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera
Utara sebagai peneliti sebesar Rp. 3.500.000. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang adalah
15 x Rp. 3.500.000 = Rp. 525.000 Pada tahun 2010 tarif yang dikenakan pada golongan III dan IV adalah
sama-sama 15. Namun pada tahun 2011 terjadi perbedaan tarif antara golongan III dan golongan IV. Untuk golongan III besar tarif yang
dikenakan adalah 5 dan untuk golongan IV sebesar 15. Namun apabila ada pegawai yang tidak memiliki Nomor Induk Pegawai NIP
dan menerima honorarium maka Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang dikenakan tarif sebesar 20.
F. DAMPAK ATAS PROSEDUR YANG DIGUNAKAN