BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. OBJEK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DI BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
1. Objek pajak penghasilan pasal 21 di Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara adalah penghasilan yang diterima secara teratur maupun tidak teratur, baik final maupun tidak. Contohnya : gaji pokok,
tunjangan-tunjangan, honor, uang rapel, gaji ke-13 dan tambahan penghasilan lainnya.
2. Wajib pajak penghasilan pasal 21 di Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara adalah Pegawai Negeri Sipil PNS, dalam hal ini adalah Pegawai Negeri Sipil golongan II samapai golongan IV.
B. SISTEM PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Seperti yang telah disebutkan pada bab III tentang sistem pemotongan, kantor Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan salah satu kantor yang
menggunkan sistem tersebut. Dimana gaji para pegawai negeri sipil, baik gaji tetap maupun penghasilan lain yang berupa bonus, honor, ataupun gaji ke-13,
pajak penghasilannya dipotong oleh pihak ketiga dalam hal ini adalah bendaharawan.
Di kantor Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara memiliki 2 dua bendaharawan, yaitu:
1. Bendaharawan kantor, yang fungsinya pemberi atau penerima dana dalam
hal-hal yang menyangkut kegiatan yang akan dilaksanakan oleh atau di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara.
Bendaharawan ini juga yang memberikan upah honorarium pada para staf ahli yang bekerja di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera
Utara. 2.
Bendaharawan gaji. Bendaharawan inilah yang memiliki tugas untuk memberikan gaji pada para pegawai yang bekerja di Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Adapun prosedur Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai yang
dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara adalah :
1. Pengecekan pada daftar gaji pegawai
Sebelum mendaftarkan pegawai di Badan Penelitian dan Pengembangan menjadi Wajib Pajak dan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak. Terlebih
dahulu melakukan pengecekan guna mengklasifikasikan besar gaji atau penghasilan pegawai. Pengecekan tersebut dilakukan dengan sistem
komputerisasi yang secara otomatis dapat diketahui besarnya jumlah penghasilan dan jumlah pajak yang terutang atas penghasilan pegawai
tersebut, sehingga dapat diketahui pula jumlah pegawai yang dapat dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Dalam hal ini, khusus pada penghasilan Pegawai
Negeri Sipil pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah golongan II ke atas.
2. Pemotongan gaji pegawai di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi
Sumatera Utara Untuk mempermudah pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara dalam hal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang, maka penghasilan yang diterima yang merupakan gaji pokok
langsung dipotong pajak penghasilan. Dalam hal ini pemotong pajak penghasilan di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara
adalah Biro Keuangan di Kantor Gubernur Sumatera Utara. Yang kemudian gaji pokok yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 tersebut
diserahkan kepada Bendaharawan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diserahkan kepada para pegawai.
Pemotongan ini dilakukan setiap bulan sesuai dengan jumlah pajak yang terutang pada masing-masing pegawai. Namun berbeda dengan cara
pemotongan gaji pokok, penghasilan yang berupa honorarium, bonus, gaji ke- 13 ataupun tambahan penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
pemotongannya dilakukan oleh bendaharawan di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara itu sendiri. Pemotongan dialakukan
dengan menggunakan tarif 15 lima belas persen untuk setiap golongan. Namun pada tahun 2011 telah dibuat peraturan baru yang menyatakan bahwa
untuk golongan III pemotongan atas penghasilan diluar gaji pokok sebesar 5 lima persen, dan golongan IV sebesar 15 lima belas persen.
3. SISTEM PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu wajib pajak yang penghasilannya ditanggung oleh pemerintah. Penghasilan yang dimaksud
dalam hal ini adalah gaji pokok. Namun penghasilan lain yang berupa honorarium, bonus, gaji ke-13, uang rapel ataupun tambahan penghasilan
lainnya yang dipotong pajak penghasilan pasal 21 yang pembayarannya langsung dipotong oleh bendaharawan di kantor tidak mendapat tanggungan
dari pemerintah. Pajak penghasilan tersebut disetor oleh bendaharawan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara ke beberapa Bank
Persepsi yang ditunjuk,dalam hal ini pajak yang terutang disetor bendaharawan ke Bank Sumut.
4. SISTEM PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Bendahara melaporkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan SPT
Masa dalam daftar gaji kepada KPPN untuk gaji pokok. Dan penghasilan lainnya diluar gaji dilaporkan menggunakan Surat Pemberitahuan SPT
Masa oleh Bendaharawan ke Kantor Pajak Pratama KPP Medan Kota. Dan para Pegawai Negeri Sipil di Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara juga melaporkan pajak yang terutang dalam bentuk
Surat Pemberitahuan 1770 SS atau 1770 S dengan menyertai lampiran 1721- A2 ke Kantor Pelayan Pajak ataupun tempat yang telah ditentukan oleh
Direktorat Jendral Pajak paling lama tanggal 30 Maret setiap tahun khusus untuk gaji pokok.
5. TATA CARA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Disini penulis akan memaparkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan data yang diperoleh melalui beberapa sampel Pegwai
Negeri Sipil di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Penulis akan membandingkan penghitungan yang dilakukan oleh
bendaharawan secara komputerisasi dengan penghitungan manual yang dilakukan penulis.
1. Penghasilan Setahun
Nyonya A adalah Pegawai Negeri Sipil golongan III di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara berstatus janda dan
mempunyai 2 orang tanggungan. Menerima gaji pokok Rp. 2.332.300bulan. Pada tahun 2010 Nyonya A dua kali mengalami
kenaikan gaji yaitu pada bulan Mei 2010 menjadi Rp. 2.455.700bulan dan pada bulan Juli 2010 menjadi Rp.2.516.000bulan. Nyonya A
menerima gaji ke-13 pada bulan Juni 2010 sebesar Rp. 2.516.000. Disamping itu Nyonya A memperoleh tunjangan-tunjangan. Berikut
adalah perhitungann pajak penghasilan pasal 21 Nyonya A
Gaji Pokok setahun + gaji ke-13 Rp. 32.707.922
Tunjangan anak Rp. 1.308.320
Tunjangan struktural Rp. 7.020.000
Tunjangan beras Rp. 1.930.500
Tunjangan khusus Rp. 959.127
Tunjangan lain-lain Rp. 312+
Penghasilan brutto setahun Rp. 43.926.181
Pengurangan Biaya jabatan
5 x Rp. 43.926.181= Rp. 2.196.309
Iuran pensiun Rp. 2.721.299+
Rp. 4.917.608- Penghasilan Neto setahun
Rp. 39.008.573 Penghasilan Tidak Kena Pajak J2
Wajib Pajak Rp. 15.840.000
Status Kawin Rp. 0
2 Tanggungan Rp. 2.640.000+
Rp. 18.480.000- Penghasilan Kena Pajak
Rp. 20.528.573 Pembulatan
Rp. 20.528.000 Pajak Penghasilan Pasal 21
5 x Rp. 20.528.000 = Rp. 1.026.400 ditanggung pemerintah 2.
Penghasilan Sebulan Desember 2010
Gaji pokok sebulan Rp. 2.516.000
Tunjangan anak Rp. 100.640
Tunjangan struktural Rp. 540.000
Tunjangan beras Rp. 148.500
Tunjangan Khusus Rp. 73.779
Pembulatan Rp. 24 +
Penghasilan Bruto Rp. 3.378.943
Pengurangan Biaya Jabatan
5 x Rp. 3.378.943 = Rp. 168.947 Iuran Wajib
Rp. 261.664 + Rp. 430.611-
Penghasilan Neto Rp. 2.948.332
Penghasilan Tidak Kena Pajak J2 Wajib Pajak
Rp. 1.320.000 Status Kawin
Rp. 0 2 tanggungan
Rp. 220.000 + Penghasilan Kena Pajak
Rp. 1.540.000 Pajak Penghasilan Pasal 21
5 x Rp. 1.540.000 = Rp. 70.417 ditanggung pemerintah
Dengan membandingkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara
mengenai perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 secara manual dan komputerisasi, tidak ada perbedaan-perbedaan dalam
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang dalam setahun. Namun dalam perhitungan perbulan terjadi perbedaan sebesar Rp. 3.362
Rp.73.779 – Rp. 70.417 atas pajak penghasilan pasal 21. Hal ini dikarenakan pada daftar gaji perbulan terdapat pengurangan-pengurangan
lain seperti iuran askes dan sewa rumah yang tidak sesuai dengan pengurangan pada perhitungan pajak penghasilan pasal 21.
3. Honorarium
Tuan A adalah seorang Jabatan Fungsional di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara golongan III. Pada bulan
Desember 2010 Tuan A mendapatkan honorarium atas kegiatan yang dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera
Utara sebagai peneliti sebesar Rp. 3.500.000. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang adalah
15 x Rp. 3.500.000 = Rp. 525.000 Pada tahun 2010 tarif yang dikenakan pada golongan III dan IV adalah
sama-sama 15. Namun pada tahun 2011 terjadi perbedaan tarif antara golongan III dan golongan IV. Untuk golongan III besar tarif yang
dikenakan adalah 5 dan untuk golongan IV sebesar 15. Namun apabila ada pegawai yang tidak memiliki Nomor Induk Pegawai NIP
dan menerima honorarium maka Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang dikenakan tarif sebesar 20.
F. DAMPAK ATAS PROSEDUR YANG DIGUNAKAN
Dampak Positif : 1.
Tidak terjadinya penunggakan pajak penghasilan pasal 21 yang terutang, karena adanya pemotongan pajak secara langsung oleh bendaharawan
setiap bulan. 2.
Semakin kecilnya kemungkinan bagi Wajib Pajak untuk menghindari atas kewajiban membayar Pajak Penghasilan 21 yang terutang.
3. Para pegawai tidak lagi disibukkan untuk menghitung ataupun membayar
pajaknya sehingga dapat menggangu pekerjaannya karena telah dibantu oleh bendaharawan.
Dampak Negatif : 1.
Karena telah dipotong langsung oleh bendaharawan, para pegawai menjadi kurang peduli terhadap hal-hal yang menyangkut perpajakan.
2. Karena menggunakan sistem komputerisasi ada terjadi perbedaan anatara
perhitungan pajak penghasilan pasal 21 sebulan dengan pajak penghasilan pasal 21 setahun.
G. KENDALA-KENDALA DALAM PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21
1. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak secara otomatis berpengaruh
atas besar kecilnya pajak penghasilan pasal 21 yang terutang sesuai dengan bertambah atau berkuranya Penghasilan Tidak Kena Pajak
tersebut. Dalam hal ini pegawai harus melampirkan surat pernyataan yang berisi bertambah atau berkurangya statustanggunngan wajib pajak
pegawai tersebut disertai dengan bukti seperti akte kelahiran, surat cerai atau surat keterangan kematian.
2. Kenaikan gaji pokok dalam tahun berjalan juga mempengaruhi kenaikan
tunjangan untuk keluarga dan anak. Sehingga membuat pajak penghasilan yang akan dipotongdipungut bertambah.
3. Tidak adanya software perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
penghitungan tambahan penghasilan lainnya seperti honorarium. 4.
Perubahan Peraturan Perundang-undangan perpajakan yang sering terjadi atas tarif-tarif yang ditetapkan pada Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
berpengaruh pada besar kecilnya pajak penghasilan. Hal ini menjadi kendala karena program software pada aplikasi perhitungan daftar gaji
harus selalu di update sesuai tarif yang ditentukan pada tahun tersebut.
H. REKAPITULASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 YANG