OBSTRUKSI TRAKTUS URINARIUS Bedah Pada Fetus

BAB VI OBSTRUKSI TRAKTUS URINARIUS

Obstruksi uretra fetus dapat merusak ginjal karena peningkatan tekanan intrarenal yang lama, sehingga dapat menghambat perkembangan paru hipoplasia pulmonum disebabkan terjadinya oligohidramnion, hal ini dapat dikurangi dengan dekompresi traktus urinarius sebelum lahir. Pada kebanyakan kasus, dijumpai malformasi traktus urinarius mayor dikarenakan aneuplody atau gangguan genetik serta selalu mempunyai prognosis yang buruk. Malformasi seperti displasia kistik dan agenesis renal tidak dapat dikoreksi. Sebaliknya, janin-janin dengan lesi-lesi obstruksi traktus urinarius terisolasi mempunyai prognosis yang lebih baik setelah operasi korektif. Diperkirakan kejadiannya sekitar 1 dari 5000 kelahiran hidup. 1,10 Kriteria untuk pemilihan pasien sebagai kandidat operasi harus berdasarkan pemeriksaan elektrolit urin fetus dan kadar β 2 mikroglobulin serta gambaran ultrasonografi pada ginjal fetus. Dari semua fetus dengan dilatasi traktus urinarius, sebanyak 90 tidak memerlukan intervensi. Fetus-fetus dengan hidronefrosis bilateral karena obstruksi uretra yang akan mengakibatkan terjadinya oligohidramnion harus segera membutuhkan penanganan. Jika paru-paru fetus matang, fetus dapat dilahirkan lebih dini untuk kemudian dilakukan dekompresi pasca natal. Jika paru-paru tidak matang, dapat dilakukan dekompresi in utero dengan pemasangan shunt kateter perkutaneous di bawah panduan ultrasonografi, melalui prosedur vesikostomi fetus terbuka atau dengan bantuan vesikostomi per fetoskopik, atau dengan pemasangan sebuah wire mesh stent yang dapat memecahkan masalah teknis yang biasanya ditemukan pada pemasangan shunt malfungsi, tercabut, gangguan dinding abdomen. 1,10 Lesi-lesi pada katup uretra posterior, atresia uretra, dan obstruksi sambungan uteropelvik sering terjadi pada ginjal yang normal, yang biasanya memproduksi jumlah urine dan cairan ketuban yang normal. Penempatan kateter double pigtail in utero dengan ujung yang satu berakhir di vesika urinaria fetus dan yang lain di kavum amnion sehingga menghasilkan shunt antara vesica urinaria ke kavum amnion, kemudian akan mengembalikan jumlah cairan amnion yang normal serta mengurangi tekanan intrarenal. Angka ketahanan hidup setelah pemasangan shunt sekitar 70 Holzgreve dan Evans, 1993. Penggunaan sistostomi dengan endoskopi fetus telah dievaluasi oleh Quintero dkk, pada tahun 2000, untuk kasus- kasus dengan komplikasi, dimana pemasangan shunt sendiri tidak cukup. 1 Pemilihan fetus sebagai kandidat untuk operasi diperlukan untuk menghindari intervensi yang berlebihan. Tidak jelas apakah dekompresi dapat mengembalikan fungsi ginjal yang sudah rusak. 10 b a c Gambar 6. a Obstruksi Traktus Urinarius Bagian Bawah, b Posisi Double Pigtail Catheter in Utero, c Double Pigtail Catheter. 14,15,16

BAB VII MALFORMASI ADENOMATOID KISTIK KONGENITAL