PRA OPERASI DAN PASCA OPERASI

BAB V PRA OPERASI DAN PASCA OPERASI

Masalah-Masalah Fetus Yang Dapat Dilakukan Pembedahan Koreksi Sebelum Lahir Malformasi anatomi yang membutuhkan perhatian serius serta bersifat letal dan dapat menganggu perkembangan organ fetus, dan jika dikoreksi, memungkinkan terjadinya perkembangan organ fetus yang normal Tabel. Seiring dengan teknik intervensi invasif yang makin berkembang dan terbukti aman, serta kemajuan dalam pengobatan pencegahan persalinan prematur, pengobatan pre natal dan pemilihan anomali-anomali letal yang dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi in utero. 10 Tabel . Malformasi yang Dapat Dikoreksi Sebelum Lahir dari Harrison 10 Defek Efek pada Perkembangan Rasional untuk Pengobatan Hasil tanpa Pengobatan Pengobatan yang direkomendasikan Yang mengancam nyawa Obstruksi urinair katup- katup uretra Hidronefrosis Hipoplasia paru Gagal ginjal Gagal paru Kateter perkutaneous Vesikostomi per fetoskopik Vesikostomi terbuka Ablasi katup per fetoskopik Malformasi adenomatoid kistik Hipoplasia paru hidrops Hidrops fetaliskematian Lobektomi pulmonal terbuka Hernia diafragmatika Hipoplasia paru Gagal paru Koreksi terbuka komplit Eksteriorisasi usus Oklusi trakea temporer Teratoma sakrokoksigeus High ouput failure Hidrops fetaliskematian Reseksi tumor Oklusi vaskular per fetoskopik Sindroma twin-twin transfusion Vascular steal melalui plasenta Hidrops fetaliskematian Fetektomi terbuka Fetoscopic laser division of placental vessels Ligasi tali pusat per fetoskopik Stenosis akuaduktus Hidrosefalus Kerusakan otak Ventriculoamniotic shunt Open ventriculoperitoneal shunt Blokade jantung komplit Low output failure Hidrops fetalis kematian Pacemaker perkutaneous Pacemaker terbuka Obstruksi pulmonal aorta Hipertrofi ventrikuler Gagal jantung Percutaneous valvuloplasty Valvuloplasti terbuka Atresia trakeastenosisobstruksi oleh tumor Overdistensi karena cairan paru Hidrops kematian Trakeostomi per fetoskopik Trakeostomi terbuka Prosedur EXIT Non letal Myelomeningocele Kerusakan medula spinalis Paralisis, neurogenic bladder Fetoscopic coverage Koreksi terbuka Bibir dan palatum sumbing Cacat muka Deformitas yang persisten Koreksi per fetoskopi Koreksi terbuka Perawatan Pasca Operasi Manajemen pasca operasi dilakukan di Unit Perawatan Intensif Fetus. Dilakukan pemantauan tekanan darah, tekanan vena sentral, urine output, dan saturasi oksigen secara berkala. Kesejahteraan janin dan aktivitas uterus dipantau secara eksternal dengan tokodinamometer dan dengan sebuah radiotelemeter yang diimplantasikan pada waktu pembedahan yang berfungsi secara kontinyu merekam EKG fetus, temperatur, dan tekanan intraamniotik. Analgesia pasien yang terkontrol dengan pemakaian anestesi epidural yang kontinyu berguna untuk menurunkan stress pada ibu dan membantu sebagai tokolisis. Ketika persalinan terkontrol dan fetus dalam keadaan stabil. Pasien ditransfer ke ruang rawat inap obstetri dimana pemantauan dengan radiotelemeter dilanjutkan sampai pasien diperbolehkan untuk pulang biasanya dalam satu minggu. Pemulihan pasca operasi dapat mencapai 5 sampai 10 hari. Pasien akan dimonitor ketat untuk meyakinkan bahwa tidak akan timbul persalinan prematur. Beberapa tanda-tanda persalinan prematur termasuk kontraksi, kram, nyeri punggung belakang, perdarahan pervaginam, dan keluarnya cairan dari vagina. Obat-obat tokolitik diberikan untuk menunda atau menghentikan persalinan. Tokolitik seperti terbutaline, indomethacin atau sulfas magnesikus. Antibiotik digunakan untuk mencegah infeksi pasca pembedahan. Pemantauan dilanjutkan sebagai pasien rawat jalan dan pemberian tokolisis dilanjutkan serta pemeriksaan ultrasonografi fetus dilakukan sedikitnya dalam seminggu sekali. Seksio cesarea dilakukan ketika membran ruptur atau persalinan tidak terkontrol, biasanya dalam usia kehamilan 36 minggu. Partus spontan pervaginam dapat dilakukan pada pasien- pasien dengan prosedur FETENDO. 10 Persalinan Prematur Manipulasi uterus, baik dengan tusukan atau insisi, dapat menimbulkan kontraksi uterus. Disamping kemajuan teknik pembedahan, persalinan prematur merupakan kelemahan pada terapi fetus. Rejimen pra operatif seperti pemberian indomethacin, anestesi intraoperatif yaitu inhalasi halogen, indomethacin pasca operatif, sulfas magnesikus, dan betamimetik, yang sebelumnya diakui efektif pada ujicoba pertama kali pada domba dan kera, ternyata tidak efektif bila digunakan pada manusia. Walaupun rejimen inhalasi halogen menghasilkan anestesi yang memuaskan bagi ibu dan fetus, kedalaman anestesi diperlukan untuk memperoleh relaksasi uterus intraoperatif dan harus berhati-hati karena dapat menimbulkan depresi myokardium maternal serta berpengaruh pada perfusi plasenta. Indomethacin dapat menyempitkan ductus arteriosus fetus, dan kombinasi sulfas magnesikus dengan - mimetik dapat mengakibatkan edema pulmonum maternal. Restriksi cairan yang dimaksudkan untuk menghindari komplikasi ini dapat mengganggu sirkulasi maternal-plasenta dan dapat menimbulkan persalinan prematur. Penelitian untuk rejimen tokolitik yang lebih efektif dengan toksisitas yang rendah telah dilakukan pada kera, bahwa nitrit oksida eksogen dapat mengurangi persalinan prematur, yang diinduksi oleh histerotomi. Nitrogliserin intravena merupakan tokolitik yang poten, tetapi memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari komplikasi yang serius. Untuk mengurangi kejadian persalinan prematur, sekarang dipakai anestesi regional dikombinasikan dengan sulfas magnesikus. 6,10

BAB VI OBSTRUKSI TRAKTUS URINARIUS