responsiveness, jaminan assurance serta empati emphaty mampu menjelaskan variasi pada variabel terikat kepuasan pasien sebesar 77,9, selebihnya 22,1
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi yang digunakan.
4.8.3 Pengaruh Kepuasan Pasien terhadap Minat Pemanfaatan Ulang
Untuk menganalisis pengaruh kepuasan pasien terhadap minat pemanfaatan ulang RSGMP FKG USU Medan menggunakan uji regresi sederhana linier
regression test, seperti diuraikan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Pengaruh Kepuasan Pasien terhadap Pemanfaatan Ulang
Variabel Koefisien Regresi B
Sig.
Konstanta 1,715
0,000
Kepuasan Pasien
0,025 0,010
Kepuasan pasien pada uji regresi linier diperoleh nilai p=0,000 0,05, artinya kepuasan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pemanfaatan
ulang RSGMP FKG USU Medan. Nilai koefisien regresi = 0,025 artinya peningkatan sebesar satu poin nilai kepuasan pasien maka minat pemanfaatan ulang
akan meningkat sebesar 0,025 poin.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Dimensi Penampilan Fisik
Tangible terhadap Kepuasan Pasien di RSGMP FKG USU Medan
Persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi penampilan fisik di RSGMP
FKG USU Medan menunjukkan bahwa dari 5 pernyataan ditemukan jawaban terbanyak adalah baik dengan persentase tertinggi 45,0 jawaban baik tentang
kelengkapan seragam dan atribut petugas kesehatan, serta ditemukan penilaian responden tentang dimensi penampilan fisik kurang puas.
Hasil uji multivariat dengan uji statistik regresi berganda menunjukkan dimensi penampilan fisik dalam kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan
pasien p0,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa penampilan fisik yang ditampilkan dalam pelayanan kesehatan akan meningkatkan
kepuasan pasien. Peningkatan dimensi penampilan fisik tangible dalam bentuk kebersihan dan kerapian petugas, ruangan dan peralatan akan mendukung kualitas
pelayanan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan akhir dari pelayanan dapat tercapai.
Permasalahan kualitas pelayanan yang dihadapi sarana pelayanan kesehatan secara umum yaitu kurang efektif dan efisiennya pelayanan juga dihadapi oleh
RSGMP FKG USU Medan. Penggunaan peralatan, bahan serta obat-obatan dalam tindakan penanganan kasus gigi dan mulut belum sebanding dengan tingkat
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kesembuhan yang dirasakan pasien serta waktu tunggu pasian untuk mendapatkan pelayanan belum menunjukkan kondisi yang efisien. Akibat dari kurang efisiennya
sistem dan alur pelayanan di RSGMP FKG USU Medan sehingga menunjukkan kesan bahwa pelayanan secara keseluruhan belum efektif.
Sesuai penelitian Anggraeni, dkk 2011 bahwa rata-rata harapan responden terhadap aspek tangible pasien yang berada di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Airlangga Surabaya sebesar 3,2967. Penilaian harapan tentang penampilan fisik berupa kerapian, kebersihan, kelengkapan dan kenyamanan dari
fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi. Sesuai penelitian Sinaga 2006 menemukan kepuasan yang kurang terhadap
pelayanan kesehatan gigi dan secara statistik kepuasan terhadap pelayanan dengan berhubungan dengan kunjungan ulang. dengan demikian perlu penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan meningkatkan mutu pelayanan di poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
Menurut Oktaviyani 2007 bahwa tanggapan pasien terhadap jasa pelayanan radiografi di RSGM Kandea FKG Universitas Hasanuddin yang meliputi biaya
pemeriksaan radiografi di bagian Radiologi RSGM Kandea menyatakan masih terjangkau. Pasien yang datang ke RSGM Kandea rata-rata dari golongan kelas
menengah ke bawah yang sangat memperhitungkan masalah biaya pelayanan kesehatan, untuk itu dalam memberikan suatu pelayanan sebaiknya dapat
memberikan suatu kepuasan bagi pasien. Ketika pasien merasa puas dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
pelayanan yang didapatkan, besar kemungkinan mereka akan kembali lagi, bahkan bisa merekomendasikan kepada kerabatnya.
Kepuasan pasien akan mendukung peningkatan pemanfaatan pelayanan sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut, hal ini juga berdampak terhadap peningkatan
pendapatan dari pengelola sarana pelayanan. Hal ini ditemukan pada penelitian Sutardjo dkk 2002 bahwa dengan meningkatnya kunjungan masyarakat Kota
Bandung untuk memanfaatkan Balai Pengobatan Gigi yang disediakan oleh pemerintah, maka pendapatan asli daerah di era otonomi daerah ini juga meningkat.
Peran sektor kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan pendapatan daerah merupakan salah satu bentuk implementasi dari
dimensi penampilan fisik dalam kajian kesehatan secara umum.
5.2 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Dimensi Keandalan