Faktor Pendukung Enabling Factors, yang mencakup lingkungan fisik, Faktor Penguat Reinforcing Factors, faktor-faktor ini meliputi undang-

perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal lingkungan. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosiobudaya masyarakat dan sebagainya Notoatmodjo, 2012.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2012 menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non behavior causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

a. Faktor Predisposisi Predisposing Factors, yang mencakup pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor Pendukung Enabling Factors, yang mencakup lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersediaan alat pelindung diri APD, pelatihan, dan sebagainya.

c. Faktor Penguat Reinforcing Factors, faktor-faktor ini meliputi undang-

undang, peraturan-peraturan, kebijakan, pengawasan dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

2.3.3.1. Faktor Predisposisi Predisposing Factors

2.3.3.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2012. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng long lasting daripada perilaku yang tidak didasari oleh Pendidikan Kesehatan Predisposing Factors - kebiasaan - kepercayaan - tradisi - pengetahuan - sikap Enabling Factors - ketersediaan fasilitas - ketercapaian fasilitas Reinforcing Factors - sikap dan perilaku petugas - peraturan pemerintah Non Perilaku Perilaku Masalah Kesehatan Gambar 2.1 Bagan Precede Lawrence W. Green Universitas Sumatera Utara pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan Notoatmodjo, 2012. a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu Universitas Sumatera Utara objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada. Menurut Lavine 1962 pengetahuan pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri yang baik dan aman mutlak dimiliki penggunanya mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan, untuk itu pekerja harus tahu fungsi dari APD itu sendiri serta potensi bahaya pada tempat kerjanya. Dengan demikian pengetahuan akan timbul akibat rasa takut akan sesuatu yang mungkin terjadi dan jika pekerja tahu akan dampak atau bahaya yang akan timbul jika tidak menggunakan APD, maka diharapkan Universitas Sumatera Utara pekerja akan memberikan perhatian dalam penggunaan APD Elfrida, 2006. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pudjowati pada tahun 1998 dikatakan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pekerja dengan perilaku penggunaan APD. Menurutnya bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang perlu tetapi bukan merupakan faktor yang cukup kuat untuk mengubah perilaku, bahkan tidak jarang mereka yang mempunyai pengetahuan yang tinggi cenderung bertindak ceroboh, dengan demikian pengetahuan yang tinggi merupakan sarana yang baik untuk mengubah perilaku, namun perlu dibarengi dengan niat yang kuat sehingga seorang pekerja akan bertindak sesuai dengan tingkatan pengetahuannya.

2.3.3.1.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan –batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo, 2012. Allport 1954 dalam Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok : 1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek 3. Kecendrungan untuk bertindak tend to behave Universitas Sumatera Utara Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total atitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.3.3.2. Faktor Pendukung Enabling Factors

2.3.3.2.1. Ketersediaan Alat Pelindung Diri

Dalam UU No.1 Tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus pengusaha diwajibkan untuk mengadakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Perlindungan perorangan harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir, karena sering peralatan ini tidak praktis untuk dipakai dan menghambat gerakan. Karenanya tidak mengherankan bila kadangkala dikesampingkan oleh pekerja. Karena peralatan dirancang untuk mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja, ia menahan panas tubuh dan uap air di dalamnya, sehingga pekerja menjadi gerah, berkeringat dan cepat lelah ILO, 1989. Oleh karena itu alat pelindung diri yang dianggap sebagai garis pertahanan terakhir harus disediakan sesuai dengan kebutuhan dan cocok untuk setiap pekerja yang menggunakannya agar tidak timbul adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja disebabkan karena ketidaknyamanan pekerja dalam menggunakan APD tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pudjowati pada tahun 1998 dikatakan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara proporsi penggunaan APD yang mengatakan bahwa fasilitas tersedia cukup dan yang menyatakan fasilitas tersedia kurang. Menurut penjelasannya bahwa selain sebagian besar pekerjanya menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia mencukupi juga berdasarkan informasi dari pihak manajemen yang disediakan telah mencukupi. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan alat pelindung yang cukup menjadi salah satu faktor yang memudahkan untuk terbentuknya perilaku menggunakan APD. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumbung pada tahun 2000 bahwa secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara fasilitas dengan penggunaan APD. Menurut pernyataan sebagian besar pekerja bahwa fasilitas APD yang telah disediakan telah mencukupi namun masih terdapat beberapa jenis alat pelindung diri yang kurang nyaman pada saat dipakai. Sehingga memungkinkan pekerja tidak disiplin dalam menggunakannya.

2.3.3.3. Faktor Penguat Reinforcing Factors

Faktor-faktor ini mencakup faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

2.3.3.3.1. Dukungan Koperasi TKBM

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haru 2008 terhadap praktek kerja TKBM di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Tahun 2008 menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan koperasi TKBM terhadap penggunaan APD untuk pencegahan kecelakaan kerja dan berkaitan dengan penyakit yang bisa ditimbulkan akibat kerja. Universitas Sumatera Utara

2.3.3.3.2. Dukungan Petugas Kesehatan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim terhadap Perilaku penggunaan APD oleh pekerja radiasi pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit di Kota Palembang Tahun 2004 bahwa dukungan petugas kesehatan menunjukkan hubungan yang bermakna dengan perilaku penggunaan APD, dimana dari hasil penelitian tersebut perlu dilakukan penyuluhan atau sosialisasi tentang perlunya penggunaan APD untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.4. Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi dan Faktor Pendukung terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Primkop “Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan

0 71 124

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

11 86 142

Hubungan faktor enabling dengan pemakaian alat pelindung diri (apd) pada tenaga kerja di pt. suwastama pabelan Titin

0 0 81

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG

2 8 62

Alat pelindung diri

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pneumokoniosis 2.1.1. Definisi Pneumokoniosis - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan L

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

0 0 7

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

0 0 19