Hubungan Sikap dengan Pencegahan Pneumokoniosis

Rogers 1974 menguraikan, seseorang yang berperilaku baru melalui tahapan- tahapan kesadaran, tertarik, menilai, mencoba, dan mengadopsi perilaku tersebut sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya. Lawrence W. Green dalam teorinya juga mengungkapkan bahwa secara umum perilaku seseorang dilandasi oleh latar belakang yang dimilikinya, termasuk pengetahuan tentang pencegahan pneumokoniosis faktor predisposisi. Seseorang yang berpengetahuan tentang pencegahan pneumokoniosis lebih baik akan mempunyai tingkat pemahaman dan kesadaran tentang pencegahan pneumokoniosis lebih baik, namun jika seseorang yang pengetahuannya tentang pencegahan pneumokoniosis kurang baik maka tingkat pemahaman dan kesadaran tentang pencegahan pneumokoniosis kurang baik.

5.2.2. Hubungan Sikap dengan Pencegahan Pneumokoniosis

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan pencegahan pneumokoniosis. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap dengan pencegahan pneumokoniosis diperoleh data bahwa dari 53 responden yang sikapnya kurang, hanya ada 10 responden 18,9 yang melaksanakan pencegahan pneumokoniosis dengan baik. Secara teoritis, sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo, 2012. Allport 1954 dalam Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 Universitas Sumatera Utara komponen pokok yaitu kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak tend to behave. Menurut asumsi peneliti, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan sikap, karena sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang, artinya jika pengetahuannya baik belum tentu dibarengi dengan sikap yang baik karena bisa saja terjadi sebaliknya begitu juga kalau pengetahuannya kurang belum tentu sikapnya kurang baik bisa saja terjadi sebaliknya. Tindakan pencegahan pneumokoniosis salah satunya dipengaruhi oleh sikap dimana sikap belum secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan, terwujudnya suatu sikap menjadi tindakan perlu adanya faktor pendukung antara lain yaitu ketersediaan alat pelindung diri yang disediakan oleh koperasi TKBM. Dari analisis data penelitian menunjukkan bahwa pembentukan sikap yang positif terhadap pencegahan pneumokoniosis perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap tersebut adalah dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya dilakukan pencegahan pneumokoniosis kepada TKBM. Sikap yang positif akan mengahasilkan perilaku TKBM yang baik dalam pencegahan pneumokoniosis. Adapun kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerjasama dengan pengelola koperasi TKBM adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang penggunaan APD untuk pencegahan pneumokoniosis dan melakukan pengawasan secara rutin dilapangan pada saat TKBM melakukan kegiatan bongkar muat. Universitas Sumatera Utara Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner Notoatmodjo, 2003.

5.2.3. Hubungan Ketersediaan Alat Pelindung Diri APD dengan Pencegahan Pneumokoniosis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi dan Faktor Pendukung terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Primkop “Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan

0 71 124

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

11 86 142

Hubungan faktor enabling dengan pemakaian alat pelindung diri (apd) pada tenaga kerja di pt. suwastama pabelan Titin

0 0 81

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG

2 8 62

Alat pelindung diri

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pneumokoniosis 2.1.1. Definisi Pneumokoniosis - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan L

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

0 0 7

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

0 0 19